Keterbatasan Penelitian PEMIKIRAN FILOSOFIS NIETZSCHE DALAM ROMAN
                                                                                126
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Istilah Filsafat
absolute :  Lat.  absolutus  berarti  pula  yang  sempurna  atau  lengkap.  Dalam
pengertian ini, bila sesuatu disebut absolut, berarti sesuatu itu tidak membutuhkan yang lain untuk menjadi sempurna
afirmasi:  nama  bagi  aspek  putusan  yang  menyebabkan  putusan  itu  berbeda  dari fungsi-fungsi pengetahuan lainnya. Afirmasi berbeda dari konsep.
antropomorfisme:  sifat-sifat  manusiawi  dari  Allah  yang  dilukiskan  dalam  kitab suci  tidak  dimaksudkan  untuk  menciutkan  konsep  Tuhan  ke  dalam  dimensi  dan
batas-batas  kemanusiaan,  akan  tetapi  justru  untuk  menjelaskan  bahwa  Tuhan  itu bukan sesuatu melainkan seseorang.
Das Ding an Sich: Benda dalam dirinya sendiri, menandakan benda, hal yang ada
sebagaimana  ada  secara  independen  dari  pengetahuan  kita.  Karena  itu  ungkapan itu  menandakan  eksistensi  aktual,  yang  berbeda  dengan  semua  tampakan  yang
tidak  ada  „„dalam  dirinya  sendiri“  tetapi  hanya  „„bagi  kita“.  Disebut  juga noumenon
,  yakni  obyek  pikiran  yang  berbeda  dengan  obyek  panca  indera. Noumenon
hanya  mengarah  kepada  intuisi  intelektual,  bukan  kepada  intuisi inderawi.
Moralitas  Budak:  Ialah  sebutan  yang  diberikan  Nietzsche  untuk  sistem  pikiran manapun  1  yang  mengendalikan  dan  meyakinkan  orang-orang  yang  tertindas
dan  tertekan  bahwa  mereka  sebenarnya  lebih  baik  dan  lebih  unggul  dari  orang-
127 orang  yang  menekan  mereka;  2  yang  menciptakan  ketakutan  akan  perubahan
dan pernyataan kreatif. Moralitas  Tuan:  Nietzsche  mengecam  moralitas  jamannya  pertama-tama  bukan
karena  syarat-syaratnya  yang  spesifik  tetapi  karena  dasar-  dasarnya  yang  paling dalam.  Moralitas  yang  dicela  Nietzsche  adalah  moralitas  yang  mau  mengatur
manusia dengan satu kriteria baik dan buruk, serta menggariskan norma tersebut sebagai  kewajiban  untuk  semua  orang.  Pada  Nietzsche  moralitas  seperti  itu  tak
dapat diterapkan justru karena ia menganut nihilisme. Menurut dia, kebenaran dan kebaikan dari suatu moralitas bergantung pada apakah evaluasi moralitas bertolak
ddari  kehidupan  yang  penuh  daya  ataukah  dari  semangat  yang  lemah.  Moralitas Kristiani, kata Nietzsche, merupakan moralitas budak yang mempunyai ciri khas
tersendiri  yang  bertumbuh  dari  suatu  perasaan  lemah  supaya  menekan  semangat dendam atau kebencian yang kreatif.