Pendekatan Penelitian METODE PENELITIAN

karya Nietzsche yang lain Nietzsche hanya menjelaskan satu gagasan filsafatnya. Roman ini mempunyai tahapan cerita yang bagus. Setiap isi cerita dalam setiap bab mampu mendukung baik alur maupun gagasan filsafat Nietzsche.

B. Tema-tema Pokok Pemikiran Filosofis Nietzsche

Roman Also Sprach Zarathustra selain mengungkapkan pemikiran- pemikiran filosofis Nietzsche juga mengungkapkan kritik Nietzsche mengenai bahasa. Kritik bahasa yang dibahas terutama mengenai gramatika. Kritik bahasa yang disampaikan olehnya merupakan bagian dari isi filsafat postmodern. Pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan selama ini membuktikan bahwa pemikiran filosofis Nietzsche dalam roman Also Sprach Zarathustra terbagi dalam beberapa tema dan kritik bahasa terdapat dalam beberapa tema tersebut. Pemikiran filosofi Nietzsche yang terbagi dalam 5 tema pokok pemikiran, yaitu Der Wille zur Macht Kehendak untuk Berkuasa, Übermensch Adimanusia, Nihilismus Nihilisme, die ewige Wiederkehr des Gleichen Kembalinya Sesuatu yang sama yang abadi, Der Gott ist Tot Tuhan Telah Mati. Kelima pokok pemikiran ini didapatkan dari buku-buku karya Nietzsche yang lain contohnya Fröhlichen Wissenschaft, Ecce Homo, Mörgenrote dan Der Antichrist. Buku-buku tersebut dibaca kemudian disimpulkan pokok pikiran yang ada pada masing- masing buku. 1. Der Wille zur Macht Kehendak untuk Berkuasa Kehendak untuk berkuasa adalah gagasan filsafat yang pertama atau yang tercetus ketika permulaan Nietzsche menjadi seorang filsuf. Gagasan ini diinspirasi oleh Schopenhauer. Gagasan Schopenhauer yang menginspirasi kehendak untuk berkuasa adalah Das Ding an Sich. Gagasan inilah yang membuat Nietzsche mencari apa yang sesungguhnya ada di dalam manusia. Nietzsche menemukan bahwa yang membuat manusia menjadi apa yang manusia itu harapkan, bukan disebabkan oleh kepandaian kekayaan atau jabatan. Manusia mampu mewujudkan cita-citanya karena Das Ding an Sich manusia yang berupa Der Wille zur Macht Kehendak untuk Berkuasa Sunardi, 92-95:2006. Seseorang harus sangat berhati-hati dalam memahami kehendak untuk berkuasa, jika tidak berhati-hati maka pemahaman yang keliru yang ia dapatkan dan itu berbahaya baik bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Seseorang dapat berpendirian bahwa menyakiti menindas dan melakukan kejahatan adalah tindakan yang benar, yang terpenting seseorang tersebut menjadi penguasa di semua tempat yang ia inginkan. Hal ini yang terjadi pada Hitler, jadi apa yang Hitler pahami adalah sebuah kesalahan. Nietzsche sesungguhnya merumuskan kehendak untuk berkuasa sebagai pembeda antara manusia dengan binatang. Tanpa adanya kehendak untuk berkuasa manusia dan hewan dapat digolongkan dalam satu kelas karena kedua makhluk tersebut memiliki aktivitas yang serupa. Kehendak untuk berkuasa yang membuat manusia mengerti tujuan hakiki setiap tindakan yang ia lakukan kemudian berusaha melestarikan tujuan tersebut untuk kehidupan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pembahasan yang diungkapkan oleh Bapak St. Sunardi bahwa kehendak untuk berkuasa merupakan motif dasar manusiawi dan juga merupakan titik pusat etika Sunardi, 2006:104. Penjelasan pada kalimat-kalimat