Instrumen Penelitian METODE PENELITIAN
sebelumnya yang membuat Nietzsche menjadikan kehendak untuk berkuasa sebagai dasar pandangan filsafatnya. Bukti dari hal ini nampak pada kutipan
kalimat dalam prolog roman Also Sprach Zarathustra. “Du groβes Gestirn Was wäre dein Glück, wenn du nicht die hättest,
welchen du leuchtest ”
1
Artinya adalah: “Kamulah sang Bintang AgungDimana keberuntunganmu, ketika kamu
tidak pernah memilikinya, sebagaimana kamu bersinar ”Nietzsche, 1994
: 1 “Alle Wesen bisher schufen Etwas über sich hinaus: und ihr wollt die
Ebbe dieser grossen Fluth sein und lieber noch zum Tiere zurückgehn, als den Menschen überwinden?“
2
Artinya adalah: “Semua makhluk telah menciptakan sesuatu yang melebihi dirinya: dan
kalian akan menjadi surut dari arus pasang yang agung ini dan lebih suka menjadi binatang kembali daripada melampaui manusia?” Nietzsche,
1994:10.
Pada prolog roman Also Sprach Zarathustra apa yang sedang Zarathustra sampaikan ialah hasil pemikirannya. Cara-cara penggambaran tokoh, kutipan
tersebut menggunakan teknik yang dinamakan teknik pikiran tokoh Sayuti, 2000:95. Teknik ini sengaja digunakan untuk memberikan gambaran tokoh
Zarathustra, karena melalui pikiran kita dapat mengenali watak seseorang. Di kutipan pertama Zarathustra mengungkapkan pemikirannya tentang siapa
sesungguhnya manusia. Manusia adalah kehendak untuk berkuasa yang agung namun manusia tidak pernah menyadarinya, dan ini yang membuat manusia
sebagai kehendak untuk berkuasa yang agung. Seorang manusia yang menganggap dirinya sesuatu yang sempurna justru tidak akan pernah
memperbaiki kekurangannya, bahkan bisa menyalahgunakan kesempurnaan dirinya. Pemikiran-pemikiran yang disampaikan Zarathustra, terlihat bahwa
Zarathustra adalah sesosok manusia yang kuat dan tahan menderita. Kekuatannya muncul pada pikirannya yaitu ia harus menjadi seorang yang mampu melampaui
batas normal. Dan untuk melampaui batas tersebut tidak mudah, hanya orang yang sanggup menahan cobaan maupun kegagalan penderitaan yang mampu
mewujudkannya. Penokohan tersebut sesuai dengan apa yang ingin Nietzsche sampaikan dalam roman Also Sprach Zarathustra. Ia ingin menyampaikan bahwa
kehendak untuk berkuasa seharusnya membuat orang menjadi kuat dan tahan menderita.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa kehendak untuk berkuasa memang dimiliki untuk dipergunakan manusia yang selalu ingin meningkatkan taraf
hidupnya. Manusia yang selalu dapat mengatasi tantangan dan rasa sakitnya atau manusia yang dapat mewujudkan kehendaknya adalah manusia sejati. Nietzsche
memiliki pendapat bahwa yang membedakan manusia dengan binatang adalah manusia mempunyai tujuan yang hanya dapat dicapai oleh manusia itu sendiri.
Tujuan manusia dapat membuatnya menjadi lebih baik atau menjadikannya lebih buruk, meski ia di tempat yang baik.
Kutipan prolog di atas tidak hanya menunjukkan bahwa kehendak untuk berkuasa sebagai Das Ding an Sich agar orang menjadi kuat, tahan terhadap
penderitaan demi mencapai tujuannya. Kehendak untuk berkuasa juga menunjukkan kekuatan power atau kehendak Macht, will yang dapat muncul
ketika seseorang tidak menyadarinya. Dan hal ini bisa terjadi sebaliknya. Orang