Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif

BAB IV PERAN PELAKU USAHA EKONOMI KREATIF DALAM MENGUPAYAKAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA

A. Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif

1. Pengertian pelaku usaha Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pengertian pelaku usaha dijelaskan dalam Pasal 1 Angka 1 dikatakan yang termasuk dalam pengertian pelaku usaha adalah perusahaan, Badan Usaha Milik Negara, koperasi, importir, pedagang, distributor dan lain- lain. Pengertian di atas mengandung makna bahwa yang termasuk pelaku usaha tidak hanya produsen pabrikan yang menghasilkan barang danatau jasa, tetapi juga para rekanan, termasuk para agen, distributor, serta jaringan-jaringan yang melaksanakan fungsi pendistribusian dan pemasaran barang danatau jasa kepada masyarakat luas selaku pemakai danatau pengguna barang danatau jasa. 36 Pelaku usaha terfokuskan kepada suatu yang menghasilkan suatu produksi yaitu produk barang yang dipergunakan oleh masyarakat. Pelaku usaha juga bisa menghasilkan dalam bentuk jasa. Jasa seseorang yang memiliki keahlian dapat dihasilkan dengan menghasilkan keuntungan yang baik. Jasa seseorang yang digunakan adalah sesuai dengan bidang keahliannya, profesinya, dan dilihat dari kemampuan, kemahiran dan kepintarannya. Jasa yang dapat digunakan dalam 36 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2003, hlm.5. Universitas Sumatera Utara menghasilkan suatu keuntungan yaitu: jasa pembantu rumah tangga, jasa supir, dan jasa dalam pelayanan pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit. Sebagai contoh, rumah sakit sebagai pelaku usaha dalam menghasilkan keuntungan tidak dalam menghasilkan atau mengeluarkan suatu produk, tapi memberikan jasa pelayanan yang professional, dan ahli dalam bidang masing- masing. Bentuk yang diberikan oleh rumah sakit berupa pelayanan kesehatan kepada pasien yang pelaku sebagai konsumen. Dalam hal ini rumah sakit dalam bidang jasa memberikan pelayanan kesehatan yang baik, benar dan akurat yang bertujuan, pasien mengunjungi rumah sakit dapat pulih atau sehat kembali dan merasa puas dengan kinerja pelayanan kesehatan di dalam rumah sakit. 37 Pelaku usaha merupakan suatu badan hukum yang berdiri sendiri maupun bersama-sama yang menyelenggarakan suatu usaha baik usaha dalam menghasilkan suatu produkbarang, dan usaha yang bergerak dalam bidang jasa. Pelaku usaha didirikan bertujuan untuk menambah lapangan kerja, pendapatan Negara dan mendapatkan profit atau keuntungan dari suatu hasil produksi barang maupun jasa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pelaku usaha digolongkan dalam 3 tiga kriteria menurut usahanya yaitu : a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan 37 M.Sofyan Lubis dan M.Harry, Konsumen dan Pasien Yogyakarta : Liberty, 2008, hlm.21 Universitas Sumatera Utara anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Berdasarkan beberapa definisi UKM di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa usaha kecil menengah UKM merupakan usaha kecil yang dapat menghasilkan omset pertahunnya setinggi-tingginya Rp.200.000.000 - Rp.600.000.000 tanpa termasuk tanah dan bangunan. Serta memiliki pekerja 5 sampai dengan 19 orang. Sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang omset pertahun paling banyak Rp.200.000.000 sampai dengan Rp Rp.10.000.000.000 diluar tanah dan bangunan dengan tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang yang dilakukan perorangan maupun badan usaha. 38 2. Pelaku usaha ekonomi kreatif Istilah ekonomi kreatif pertama kali diperkenalkan oleh tokoh bernama John Howkins , penulis buku Creative Economy, How People Make Money from Ideas . Jhon Howkins adalah seorang yang multi profesi. Selain sebagai pembuat 38 Partomo, T. dan A. Soejodono, Ekonomi Skala KecilMenengah dan Koperasi Jakarta : Ghalia, 2004, hlm. 23 Universitas Sumatera Utara film dari Inggris ia juga aktif menyuarakan ekonomi kreatif kepada pemerintah Inggris sehingga dia banyak terlibat dalam diskusi-diskusi pembentukan kebijakan ekonomi kreatif dikalangan pemerintahan negara-negara Eropa. Menurut definisi Howkins , ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah gagasan. Dengan modal gagasan, seseorang yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang sangat layak. Gagasan yang dimaksud yaitu gagasan yang orisinil dan dapat diproteksi oleh HKI. Contohnya adalah penyanyi, bintang film, pencipta lagu, atau periset mikro biologi yang sedang meneliti farietas unggul padi yang belum pernah diciptakan sebelumnya. Pelaku usaha industri kreatif dapat dikelompokkan menjadi 14 subsektor. Setiap subsektor tersebut terdapat para pelaku usaha yang dapat menghasilkan keuntungan dan memperluas kesempatan kerja sebagai bentuk dukungan pada kebijakan pemerintah untuk mendorong ekonomi kreatif.

B. Peran Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif dalam Mengupayakan Perluasan Kesempatan Kerja

Dokumen yang terkait

Perjanjian Kerja Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Menurut Hukum Islam.

0 0 15

KETENTUAN SANKSI PIDANA DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 6

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP PEKERJA ANAK YANG MENINGGAL DUNIA AKIBAT KECELAKAAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 2

Penyerahan Pekerjaan dalam sistem Outsourcing Menurut Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

0 0 3

undang undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

0 0 77

TELAAH KRITIS TERHADAP INKONSISTENSI KONSEP HUBUNGAN KERJA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

0 0 28

Peran Serta Masyarakat, Dunia Usaha dan Pemerintah Daerah Dalam Perluasan Kesempatan Kerja Berdasarkan Slogan CIANJUR JAGO dan Visi, Misi Kabupaten Cianjur (Dikaji Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan) Ahmad Hunaeni Zulkarnaen

0 0 22

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN A. Arah Kebijakan Nasional Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan - Tanggung Jawab Pemerintah dalam Mengupayakan Perluasan Kes

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Pemerintah dalam Mengupayakan Perluasan Kesempatan Kerja pada Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

0 0 14

ANALISIS TENTANG HAK-HAK TENAGA KERJA SETELAH PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG RI NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN -

0 0 83