Peran Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif dalam Mengupayakan Perluasan Kesempatan Kerja

film dari Inggris ia juga aktif menyuarakan ekonomi kreatif kepada pemerintah Inggris sehingga dia banyak terlibat dalam diskusi-diskusi pembentukan kebijakan ekonomi kreatif dikalangan pemerintahan negara-negara Eropa. Menurut definisi Howkins , ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah gagasan. Dengan modal gagasan, seseorang yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang sangat layak. Gagasan yang dimaksud yaitu gagasan yang orisinil dan dapat diproteksi oleh HKI. Contohnya adalah penyanyi, bintang film, pencipta lagu, atau periset mikro biologi yang sedang meneliti farietas unggul padi yang belum pernah diciptakan sebelumnya. Pelaku usaha industri kreatif dapat dikelompokkan menjadi 14 subsektor. Setiap subsektor tersebut terdapat para pelaku usaha yang dapat menghasilkan keuntungan dan memperluas kesempatan kerja sebagai bentuk dukungan pada kebijakan pemerintah untuk mendorong ekonomi kreatif.

B. Peran Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif dalam Mengupayakan Perluasan Kesempatan Kerja

Peran pelaku usaha ekonomi kreatif dalam membangunan ekonomi suatu bangsa merupakan pilar penting bagi terselenggaranya proses pembangunan di segala bidang, karena jika pembangunan ekonomi suatu bangsa berhasil, maka bidang-bidang lain seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan lain-lain akan sangat terbantu. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektormlain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk- produk industrial selalu memiliki ‘dasar tukar’ term of trade yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar Universitas Sumatera Utara dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marginal yang tinggi kepada para memakainya. 1. Peranan pelaku usaha ekonomi kreatif Suatu pekerjaan pelaku usaha dapat berjalan secara efektif dan efisien, apabila manajemen pelaku usaha dalam perusahaannya memiliki suatu alat bantu yang mempunyai peranan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan. Perilaku pelaku usaha dalam peran mengandung hak dan kewajiban yang harus dijalani seorang individu dalam bermasyarakat. Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku juga di masyarakat. Seorang individu akan terlihat status sosialnya hanya dari peran yang dijalankan dalam kesehariannya. Pengertian tentang peranan yang dikemukakan oleh Komarudin dapat didefenisikan sebagai berikut : 39 a. Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang dalam manajemen. b. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu usaha. c. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata. d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada padanya e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat. 39 Komaruddin, Esiklopedia Manajemen Jakarta : Bumi Aksara edisi kesatu, 1994, hlm.34 Universitas Sumatera Utara Seperti yang telah dijelaskan dapat diketahui bahwa maksud dengan peranan adalah suatu bagian dari tugas utama yang dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Aktor bisnis merupakan pelaku usaha, investor dan pencipta teknologi‐teknologi baru, serta juga merupakan konsumen industri kreatif. Aktor bisnis juga perlu mempertimbangkan dan mendukung keberlangsungan industri kreatif dalam setiap peran yang dilakoninya. Misalnya melalui prioritas penggunaan input antara industri kreatif domestik, seperti jasa‐ jasa industri kreatif dalam riset, iklan dan lain‐lain. 40 Pelaku usaha dalam hal ini pengusaha dan memiliki arti yang luas, tidak semata-mata membicarakan produsen, tetapi juga pedagang perantara atau pengusaha. 41 Undang-undang perlindungan konsumen memberikan pengertian pelaku usaha yaitu setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melaluiperjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 42 Pelaku usaha merupakan salah satu dari pelaku ekonomi yang dibagi dalam tiga kelompok pelaku usaha, yaitu : 43 40 Diambil dari http:arifh.blogdetik.comekonomi-kreatifalasan-ekonomi-kreatif diakses tanggal 17 Juli 2014 41 Mariam Darus, Perlindungan Konsumen Dilihat dari Perjanjian Baku standar,Kertas Kerja Pada Simposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen, Jakarta: Alumni 1980, hlm. 57. 42 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 angka 3. 43 Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen Bogor : Ghalia Indonesia, 2008, hlm. 10. Universitas Sumatera Utara 1. Investor, yaitu pelaku usaha penyedia dana untuk membiayai berbagai kepentingan. Seperti perbankan, penyedia dana dan lain sebagainya. 2. Produsen, yaitu pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang danatau jasa dari barang-barang danatau jasa-jasa lain bahan baku, bahan tambahanpenolong dan bahan-bahan lainnya. Mereka dapat terdiri dari orangbadan usaha berkaitan dengan pangan, orangbadan yang memproduksi sandang, orangusaha yang berkaitan dengan pembuatan perumahan, orangusaha yang berkaitan dengan jasa angkutan, perasuransian, perbankan, orangusaha berkaitan dengan obat-obatan, kesehatan narkotika, dan lain sebagainya. 3. Distributor, yaitu pelaku usaha yang mendistribusikan atau memperdagangkan barang danatau jasa tersebut kepada masyarakat, seperti pedagang secara retail, pedagang kaki lima, warung, toko, supermarket, rumah sakit, “warung dokter”, usaha angkutan darat, laut, udara, kantor pengacara, dan sebagainya. Tiga kelompok pelaku usaha ekonomi kreatif tersebut memiliki peranan dalam hal penciptaan produk dan jasa kreatif, pasar baru yang dapat menyerap produk dan jasa yang dihasilkan serta penciptaan lapangan kerja bagi individu- individu kreatif dan tenaga kerjapendukung lainnya. Pelaku usaha ekonomi kreatif juga memiliki peranan dalam membentuk komunitas dan enterpreneur kreatif, yaitu sebagai motor penggerak dalam sharing pemikiran, alih pengetahuan, bimbingan bisnis dan pelatihan menajemen pengelolaan usaha di bidang ekonomi kreatif. 44 44 Khristianto, Op.Cit., hlm. 42 Universitas Sumatera Utara Kita ketahui peranan dibutuhkan setiap negara yang mempunyai permasalahan ekonomi dan setiap negara mempunyai cara tersendiri dalam mengatasinya. Ada negara yang dengan tegas menentukan bahwa pemerintah yang harus mengatasi setiap masalah ekonomi, dan pemerintahlah pula yang mengatur semua kegiatan ekonomi. Sebaliknya ada negara yang berpendapat bahwa dalam mengatasi setiap masalah ekonomi dan mengatur semua kegiatan ekonomi diserahkan pada pihak swasta. Ada juga negara yang mencari jalan tengah antara keduanya. Bagaimana setiap negara menjawab permasalahan- permasalahan ekonomi menunjukkan sistem ekonomi yang dianutnya. Kebijakan dalam rangka menjalankan sistem ekonominya, negara akan membutuhkan pelaku pelaku ekonomi. Dijelaskan pula mengenai bagaimana bentuk-bentuk sistem ekonomi yang ada di dunia dan siapa saja pelaku-pelaku ekonominya. 45 Mengetahui hal ini peranan para pelaku usaha pada masing-masing subsektor dibutuhkan untuk menunjang segala aspek, yaitu : 46 a. Aspek pariwisata Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keindahan alam dan warisan budaya yang tinggi. Indonesia memiliki potensi besar menarik wisatawan asing namun saat ini wisatawan asing masih lebih memilih lokasi di negara lain di Asia. Pelaku usaha industri kreatif dapat memberikan peran yang sangat luas dalam memperbaiki citra pariwisata nasional. Dengan kemampuan mengangkat warisan budaya lokal dalam konteks yang baru diharapkan wisatawan asing akan mendapatkan pengalaman baru new experience yang dapat dibawa pulang ke 45 Diambil dari http:ririsatria40.wordpress.comekonomi-kreatif diakses tanggal 12 Juli 2014 46 Departemen Perdagangan, Op.Cit., hlm.32- 43 Universitas Sumatera Utara negaranya dan disebarkan dari mulut ke mulut. Pengalaman baru tersebut dapat diciptakan pelaku usaha dari sisi arsitektur perhotelan, tata kota, variasi kuliner, cinderamata, seni pertunjukan, musik dan film. b. Aspek ikon nasional Dari sisi individu kreatif, Iwan Tirta, Gesang, Obin, Nyoman Nuarta, Affandi adalah ikon‐ ikon di dalam industri kreatif Indonesia yang telah dihargai secara internasional yang diharapkan dapat menjadi global brand bagi bangsa Indonesia. Mereka menikmati penghasilan yang sangat besar dari karya‐karyanya. Semakin banyak ikon‐ikon nasional yang dikenal secara internasional, akan semakin mengharumkan nama bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat dipelajari dari tokoh‐tokoh ini adalah, bisnis mereka tidak perlu membangun seluruh rantai produksi sendiri. Mereka membangun jaringan di berbagai tempat di Indonesia sehingga memberi lapangan kerja bagi pengerajin‐pengerajin setempat. c. Aspek budaya Dari sisi karakter bangsa, pembangunan yang terarah di sektor industri kreatif berbasis budaya pada akhirnya akan dapat menciptakan landasan karakter budaya lokal yang kuat. Misi Industri kreatif yang memperjuangkan Hak atas Kekayaan Intelektual HKI untuk warisan budaya, kearifan budaya akan berupaya secara proaktif memproteksi warisan budaya yang telah menjadi karakter bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Universitas Sumatera Utara Terdapat warisan kearifan budaya Indonesia yang sebenarnya memiliki potensi pasar namun saat ini kurang menjadi perhatian. Seperti jamu‐jamuan sebenarnya adalah hasil RD salah satu subsektor industri kreatif tradisional Indonesia dimasa silam. RD dibidang keragaman hayati Indonesia yang kemudian di patenkan adalah juga merupakan perhatian industri kreatif. Teknologi‐teknologi dan ilmu pengetahuan lain seperti sistim irigasi subak, sistim pelestarian hutan suku‐suku pedalaman dan masih banyak lagi. Bila ini tidak diberi perhatian, maka negara lain akan mengklaim HKInya. Untuk industri‐industri yang terkait dengan industri komunikasi dan informasi, khususnya yang digital serta multimedia, pekerja kreatif memiliki peranan dalam menciptakan kandungankonten yang berbasis budaya. Upaya pelestarian warisan budaya selama ini dirasa miskin kreasi‐kreasi baru sehingga masyarakat kurang mengapresiasi warisan budayanya sendiri. Industri kreatif dapat berperan dalam menciptakan kreasi yang lebih modern dan kontemporer sehingga tidak hanya masyarakat dalam negeri saja yang dapat menikmatinya namun juga masyarakat internasional. Sebagai contohnya, permainan online Ragnarok yang populer dikalangan remaja sekarang ini sebenarnya diinspirasikan oleh cerita legenda rakyat folklore dari Korea. d. Aspek sumber daya Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta, keterampilan dan kreativitas. Kreativitas adalah elemen dasar individu. Sehingga potensi kreatif terdapat pada semua orang, semua orang memiliki modal Universitas Sumatera Utara dasar yang sama dan gratis pemberian Sang Pencipta. Dengan pembangunan yang berbasis pada sumber daya insani, maka turut serta dalam upaya pembangunan kapasitas sumber daya insani Indonesia capacity building yang dapat menghasilkan tenaga kerja yang kreatif. e. Aspek Green Community Banyak konsep yang dapat dibangun berbasiskan komunitas hijau disesuaikan dengan konteksnya dan sektor‐sektor yang akan dituju. Kreativitas di dalam desain dalam konteks produk berbasis sumber daya alam seperti misalnya industri mebel dapat memperlambat proses eksploitasi sumber daya alam. Seperti contohnya pemerintah membuka ekspor kayu gelondongan ke luar negeri ini akan merangsang pengurangan volume hutan dengan cepat dan pengawasannya sampai saat ini sulit. Dengan merangsang produksi barang jadi di dalam negeri, maka pemakaian bahan baku yang berasal dari sumber daya alam akan hemat, serta lebih banyak menyerap tenaga kerja. Komunitas hijau yang mandiri potensial dibangun didaerah pedesaan, sehingga muncul klaster‐klaster produksi skala desa yang bewawasan lingkungan, ekonomi desa tumbuh dan mencegah terjadinya urbanisasi. Contoh kasus di Thailand dimana ditetapkan program OTOP One TamponKampung One Product yang dibantu JICA beberapa tahun lalu saat ini telah membuahkan hasil yang memuaskan. Produk kerajinan Thailand telah bangkit dan mampu berbicara di pasar internasional. Salah satu contoh nyata dari seorang pelaku industri kreatif di Indonesia di bidang kerajinan dari kayu yang telah mengkampanyekan komunitas hijau Universitas Sumatera Utara adalah Singgih Magno. Dengan kreativitas, Singgih mampu menunjukkan bahwa segelondong kayu bakar firewood jika dijual hanya akan menghasilkan nilai tambah sebesar 0,6 US dengan memberikan lapangan pekerjaan selama 0,2 hari kerja. Akan tetapi jika kayu tersebut ditransformasikan menjadi stapler dari kayu sebanyak 200 buah, maka nilai tambah yang dihasilkan adalah sebesar 1000 US sekaligus memberikan lapangan pekerjaan sebanyak 40 hari kerja. f. Aspek inovasi dan kreativitas Ekonomi saat ini sangat dipengaruhi oleh globalisasi. Salah satu produk dari globalisasi adalah Hak atas Kekayaan Intelektual HKI yang merupakan kapitalisasi dari intelektualitas manusia creative capital. Siapa yang memiliki ide dan gagasan yang unik dapat memproteksi ideny itu dan menghalangi orang lain menggunakannya. Ide bisa didaftarkan sebagai paten, hak cipta, merk dan desain. Di jaman ini ide bukan lagi hal yang bisa dianggap remeh. Hal ini dapat dilihat dari pendaftaran paten di Direktorat Jendral Hak Cipta yang realtif terus meningkat tetapi peningkatan ini lebih disebabkan oleh peningkatan registrasi paten asing yang jauh lebih banyak dibandingkan registrasi paten lokal. Tujuan perusahaan asing meregistrasi paten sebanyak‐banyaknya di Indonesia adalah untuk melindungi kepentingan bisnisnya yang pada akhirnya bermotifasi ekonomi. Mereka tidak mau produk, paten, merk dan desain mereka dibajak dan dieksploitasi oleh orang lain. Universitas Sumatera Utara Aspek inovasi industri kreatif adalah penghasil creative capital. Dengan merangsang industri kreatif di Indonesia, industri‐industri lokal bisa mengurangi ketergantungan industri manufaktur dalam hal pembayaran lisensi‐lisensi terhadap produk asing. Istilah inovasi sering dikaitkan dengan penguasaan teknologi tinggi. Itu adalah paradigma lama. Inovasi bisa juga tidak dari teknologinya namun dari nilai baru yang dihasilkan. Inovasi bisa dicapai dengan penciptaan nilai baru. Seperti dengan cara mengadaptasi menggabung‐gabungkan konvergensi teknologi‐teknologi yang telah ada sehingga melahirkan suatu ide yang baru. Kemampuan adaptasi dan konvergensi agar tercipta suatu ide baru membutuhkan daya imajinasi dan daya visualisasi. Kemampuan ini menonjol dimiliki oleh insan‐insan kreatif di dalam industri kreatif. Sebagai contoh adalah di dalam industri telematika. Peluang pasar total bisnis telekomunikasi nasional 2002‐2006 adalah sebesar Rp 40 sd 50 triliuntahun, sedangkan pangsa pasar produk desain sendiri adalah 0.1 ‐ 0.5 dari total tersebut, sekitar 400‐500 milyar pertahun. Pangsa pasar produk telekomunikasi bila didesain sendiri oleh industri dalam negeri cukup besar namun belum ada yang mampu muncul sebagai pemimpin pasar, bahkan perusahaan‐perusahaan lokal justru berguguran. Ini membutuhkan perhatian dari pemerintah dalam menciptakan iklim inovasi yang produktif. g. Aspek sosial Universitas Sumatera Utara Pembangunan bermodalkan kreativitas yang terarah dan tepat sasaran, pada jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan dan keadilan growth and equity, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup well being . Hal ini disebabkan karena: 1 Kreativitas dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia, karena kreativitas merupakan input utama dalam proses desain dan RD yang akan menghasilkan inovasi. Daya saing yang tinggi dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dan meningkatkan pendapatan pekerja, yang akhirnya dapat meningkatkan daya beli dan kualitas hidup well being masyarakat. 2 Pembangunan kewirausahaan berbasis kreativitas dapat pula berorientasi inovasi sosial social innovation. Dalam hal ini, inovasi dan kreativitas berperan dalam memberdayakan masyarakat di lapisan bawah the bottom of the pyramid sebagai pekerjanya. Motivasi dari inovasi sosial adalah mencapai tingkat kualitas hidup yang lebih baik dari sisi kebahagiaan happiness. yang dibangun berdasarkan prinsip kebersamaan togetherness dan saling berbagi sharing. 3 Secara statistik, terbukti bahwa pekerja di sektor industri kreatif memiliki penghasilan di atas rata‐rata penghasilan pekerja di sektor industri lain. Dengan demikian ini menandakan bahwa profesi sebagai pekerja kreatif adalah profesi yang cukup menjanjikan di masa depan. Berdasarkan penelitian mengenai ekonomi kreatif di kota‐kota, didapati bahwa kota‐kota yang memiliki konsentrasi pekerja kreatif yang tinggi adalah kota‐kota yang berdinamika dengan tingkat toleransi sosial yang Universitas Sumatera Utara tinggi. Toleransi sosial merupakan faktor utama untuk menciptakan iklim kreatif yang dapat menarik pekerja kreatif untuk tinggal dan berkreasi. Kota yang memiliki iklim kreatif, umumnya lebih hidup dan ekonominya berjalan dengan cepat. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi pekerja kreatif yang telah menarik minat perusahaan‐perusahaan untuk mendirikan usahanya disana, dan pada akhirnya membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar. Menjalankan perannya, pelaku usaha ekonomi kreatif dituntut untuk menggunakan kemampuan konseptual yang tinggi, mampu menciptakan variasi baru berupa produk dan jasa, mahir berorganisasi, bekerjasama, berdiplomasi semangat kolaborasi dan orkestrasi, tabah menghadapi kegagalan yang dialami, menguasai konteks teknikal dan kemampuan perencanaan finansial. 2. Pengaruh Peranan Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif terhadap Subsektor Industri Kreatif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah value added yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan. Menurut Teori Ekonomi Pembangunan, semakin tinggi kontribusi sektor industri terhadap pembangunan ekonomi negaranya maka negara tersebut semakin maju. Jika suatu negara kontribusi sektor industrinya telah diatas 30 maka dapat dikatakan negara tersebut tergolong negara maju Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian di Indonesia. Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan Universitas Sumatera Utara dari peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang sangat dominan di jaman sekarang. 47 Industri Kreatif di berbagai negara di dunia saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya secara signifikan. Banyak studi telah dilakukan untuk melihat perkembangan serta kiprah sektor industri kreatif dalam perekonomian di dunia. Indonesia pun mulai melihat bahwa sektor industri kreatif ini merupakan sektor industri yang potensial untuk dikembangkan, karena jika dilihat dari sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, kreativitas masyarakat Indonesia dapat disejajarkan dengan bangsabangsa lainnya di dunia. Hal ini terbukti dengan banyak sekali karya anak bangsa yang diakui oleh komunitas internasional. Saat ini Indonesia tercatat menempati peringkat ke‐43 di Economic Creativity Index Ranking yang dipublikasikan oleh World Economic Forum . 48 Menurut Departemen Perdagangan, industri kreatif ini memberikan kontribusi PDB pada urutan ke 7 dari 10 sektor yang dianalisis, yaitu rata‐rata sebesar 104,638 triliun rupiah pada tahun 2002‐2006, di atas rata‐rata kontribusi sektor yaitu pengangkutan dan komunikasi, bangunan, listrik, gas, dan air bersih. Pada periode 2002‐2006 industri kreatif mampu menyerap tenaga kerja dengan rata‐rata sebesar 5,4 juta pekerja di atau dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8 serta dengan produktivitas tenaga kerja mencapai 19,5 juta per pekerja tiap tahunnya. Produktivitas tenaga kerja pada sektor ini 47 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008. Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia , Departemen Perdagangan RI, Jakarta. Hal. 53 48 Ibid.,hlm.57. Universitas Sumatera Utara lebih tinggi dari produktivitas nasional yang hanya mencapai kurang dari 18 juta rupiah per pekerja per tahunnya. 49 Jumlah perusahaan yang bergerak di sektor ini hingga tahun 2006 mencapai 2,2 juta, berkisar 5,17 dari jumlah perusahaan yang ada di Indonesia. Pada tahun 2006 ini pula, industri kreatif telah melakukan ekspor sebesar 81,5 triliun rupiah mencapai hingga 9,13 dari total ekspor nasional. 50 Menurut Elitua dan Bastian, perkembangan ekonomi kreatif secara kuantitatif selama 5 tahun terakhir 2006-2010, ditunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan output selama 5 tahun mencapai 3,1. Kemudian berdasarkan rata-rata kontribusi ekonomi secara nasional, industri kreatif berperan cukup besar yaitu 7,28, hasil ini lebih besar dari kontribusi yang disumbangkan sektor keuangan,real estate dan jasa perusahaan 6,53, pengangkutan dan komunikasi 6,5 dan listrik, gas dan air bersih 0,85. Dalam penyerapan tenaga kerja, industri kreatif rata-rata menyerap 7,75 juta tenaga kerja dari 108 juta jumlah rata-rata tenaga kerja nasional dan menciptakan lapangan usaha rata-rata sebesar 3 juta perusahaan dari 47 juta jumlah usaha yang ada secara nasional. 51 Perananan dalam perdagangan internasional mencatat pendapatan bersih sebesar 97,3 milyar rupiah, dimana ekspor sebesar 108,5 milyar lebih tinggi dibanding impor sebesar 11,2 milyar. Rata-rata perbandingan nilai 49 Ibid., hlm.59. 50 Ibid., hlm.63. 51 Simarmata ,Elitua H dan Bastian Simarmata, Bagaimana Posisi Strategi Industri Kreatif dalam Perekonomian Nasional ? Diambil dari http:www.indonesiakreatif.netbagaimanaposisi-strategis-industri-kreatif-dalam-perekonomian- nasional diakses, 11 Juli 2014 Universitas Sumatera Utara ekspor terhadap nilai impornya mencapai 10 kali lipat, kontribusi ekspor pun cukup tinggi sebesar 9,12 terhadap ekspor nasional sedangkan impor hanya 1,22 terhadap impor nasional, hasil ini menunjukkan industri kreatif memiliki peranan dalam meningkatkan pendapatan dalam negeri. 52 Industri kreatif dapat memberikan peran yang sangat luas dalam memperbaiki citra pariwisata nasional serta kemampuannya mengangkat warisan budaya lokal kemudian mengembangkannya. Berdasarkan pengamatan yang ada dapat disimpulkan bahwa ekonomi kreatif diyakini mampu menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek dan menengah nasional. C. Kendala yang dihadapi Pelaku Usaha dalam Menjalankan Perannya untuk Mewujudkan Perluasan Kesempatan Kerja Perekonomian di dunia berkembang dari ekonomi agrikultur menjadi ekonomi industri. Indonesia telah gagal berkompetisi dengan negara lain di era ekonomi industri ini sehingga banyak sumber daya alam Indonesia yang pada akhirnya dikuasai pihak asing. Padahal Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam dan tenaga kerja yang memadai, namun secara de facto yang diuntungkan justru industri asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Ada dua negara yang berpengaruh signifikan dari sektor industri kreatif, yaitu Inggris dan Jepang, walaupun keduanya memiliki fokus industri kreatif yang sangat berbeda. Dalam perkembangannya, beberapa negara di Asia memformulasikan industri kreatifnya dengan mengadaptasi pola industri kreatif Jepang dan berhasil menembus pasar global. Indonesia mengadopsi konsep 52 Departemen Perdagangan, Op.Cit., hlm. 67. Universitas Sumatera Utara ekonomi kreatif dari Inggris, yang sangat berbeda dengan industri kreatif yang sudah berkembang. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan baru, yaitu tidak semua industri kreatif di Indonesia dapat diwadahi dan dikembangkan. 53 Beberapa kendala yang dihadapi pelaku industri kreatif di Indonesia: 54 1. Sumber Daya Manusia Kurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di industri kreatif sangat memprihatinkan. Bukan kekurangan tenaga pendidik, tetapi karena kurangnya komunikasi antara lembaga pendidikan atau universitas terkait dengan para pelaku industri. Disamping itu kurikulum yang diberikan tidak sesuai standar kebutuhan kerja sehingga pemberi kerja harus mendidiknya kembali. Kemudian, dengan hadirnya perusahaan- perusahaan kreatif berbasis Intelectual Property, atau yang biasa disingkat IP dari luar negeri yang bisa dengan bebas mendirikan perusahaannya di Indonesia ini, sangat memberatkan perusahaan lokal karena menjadi pesaing dari segi sumber daya manusia. 2. Jalur Distribusi Produk-produk lokal yang sudah siap jual sulit didistribusikan dikarenakan ada beberapa jalur distribusi mematok dana deposit terlalu tinggi, dan juga adanya preferensi atau bahkan standar ganda untuk produk lokal. Oleh karena itu banyak industri kreatif yang mencoba menciptakan jalur distribusi sendiri tetapi dalam pejalanannya banyak yang gagal. Sehingga dibutuhkan suatu wadah sebagai jalur distribusi alternatif yang 53 Diambil dari http:kem.ami.or.id201109ekonomi-kreatif-harus-memberikan-dampak- yang-positif diakses tanggal 13 Juli 2014 54 Diambil dari http:wikonomics.blogspot.com201112ekonomi-kreatif-dan- pembangunan.html diakses tanggal 11 Juli 2014 Universitas Sumatera Utara lengkap dengan solusinya. Dengan demikian diharapkan para pelaku industri kreatif dapat fokus pada penciptaan IP-IP baru. 3. Preferensi Perusahaan Lokal dan Agency Perantara atau agency, pelaku industri kreatif yang berbasis jasa service di Indonesia sulit berkembang karena tidak dapat berhubungan langsung dengan client yang biasanya perusahaan besar. Perantara atau agensi itu cenderung memiliki hak khusus untuk membelanjakan uang perusahaan dengan menekan harga produksi jasa. Dengan demikian maka diperlukan standar minimum untuk masing masing pelaku industri kreatif dalam menghadapi agensi-agensi itu. Proporsi pembelanjaan terhadap jasa kreatif juga sangat tidak berimbang. Sebagai pembanding, pembelanjaan untuk marketing dan promosi oleh industri consumer good di Indonesia rata-rata 200-400 milyar rupiah. Namun untuk pembe- lanjaan di industri kreatif digital sangat kecil nilainya. Bukan hanya karena jarang, tapi dari segi harga yang dipatok juga sangat rendah. Di samping itu, pada umumnya perusahaan-perusahaan di Indonesia jarang memberi kesempatan kepada pelaku industri kreatif lokal. 4. Regulasi Bebasnya pergerakan perusahaan-perusahaan asing berbasis industri kreatif di Indonesia menimbulkan berbagai masalah bagi industri kreatif lokal, diantaranya dalam persaingan jasa, pencarian tenaga kerja, kebijakan-kebijakan tertentu dalam perusahaan. Sementara itu, CSR perusahaan hanya berfokus pada bidang bidang tertentu seperti pendidikan, kesehatan, bencana dan sebagainya. Padahal apabila 5 dari dana CSR ditujukan untuk membangun Universitas Sumatera Utara industri kreatif digital, maka akan dapat diciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja dan bahkan bisa mengatasi masalah- masalah sosial lainnya secara bertahap, karena industri kreatif digital dapat mem- branding industri produk turunan lainnya 5. Pendanaan Pendanaan merupakan masalah terbesar bagi industri kreatif di Indonesia yang belum mendapat dukungan dari pemerintah seperti halnya di Jepang, Korea, Thailand, maupun Malaysia. Saat ini, Indonesia menjadi target market bagi berbagai industri kreatif dari berbagai negara, sehingga sudah saatnya industri kreatif lokal diinkubasi agar menghasilkan IP yang berpotensi dalam pengembangan bisnis model ekonomi kreatif. Dua tahun kedepan industri kreatif di negara kita ini belum siap, maka Indonesia hanya akan menjadi tujuan market bagi industri kreatif internasional. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya capital outflow besar-besaran dan membuat industri kreatif lokal pincang, karena pasarnya sudah dikuasai pihak asing. 55 Sepuluh dari empat belas sub sektor yang ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia adalah industri kreatif berbasis jasa dimana model bisnisnya tidak dapat dikembangkan economical value- nya, sehingga pada akhirnya akan mengarah pada persaingan yang tidak sehat. Sedangkan sektor kreatif berbasis IP yang menjadi sektor inti industri kreatif justru tidak mendapatkan proporsi yang benar. Kecenderungan industri kreatif pemerintah yang hanya terbatas pada industri kreatif berbasis layanan 55 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia Jakarta : Departemen Perdagangan RI, 2008, hlm.92 Universitas Sumatera Utara dan industri kreatif sekunder menempatkan pelaku industri kreatif Indonesia hanya sebagai ‘tukang’ di negeri sendiri. Hal ini sangat memprihatinkan. Sementara banyak industri kreatif asing yang mendirikan perusahaan di Indonesia untuk membuat IP baru dan menancapkan bisnisnya di Indonesia. 56 Sisi lain, di Amerika, Richard Florida menggolongkan SDM Sumber Daya Manusia kreatif menjadi strata baru disebut creative class. Era ekonomi kreatif, dimana kreativitas menjadi industri, pekerja kreatif tidak hanya dari dunia seni melainkan juga dari dunia manajemen, sains dan teknologi. SDM kreatif meliputi orang‐orang dari bidang sains, insinyur, arsitek, desainer, pendidik, artis, musisi dan entertainer. Mereka adalah orang yang menciptakan ide‐ ide baru, teknologi baru dan konten baru. Pekerja dari sektor manajemen yang pekerjaannya mengandalkan daya pikir dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Terdapat 30 pekerja dalam strata kreatif di Amerika, dengan penghasilan sekitar 2 triliun dollar Amerika. Kontribusi yang sangat besar ini menjadi patokan bahwa SDM kreatif patut diperhitungkan. 57 Berkembangnya industri berbasis kreativitas khususnya di Amerika dan Inggris berdampak besar bagi negara‐negara lain khususnya negara‐negara di Asia, berupa kegiatan subkontrak outsourcing. Perlahan‐lahan negara‐negara Asia mulai menunjukkan kematangannya. Saat ini India telah terkenal dengan industri film dan industri piranti lunak, Jepang dan Korea dikenal sebagai pencipta benda‐benda elektronik, otomotif dan industri konten. 56 Diambil dari http:arifh.blogdetik.comekonomi-kreatif diakses tanggal 07 Juli 2014 57 Diambil dari http:www.madani-ri.com20081106harapan-itu-bernama-industri- ekonomi-kreatif diakses tanggal 05 Juli 2014 Universitas Sumatera Utara Maksud penjelasan diatas artinya Sumber Daya Manusia SDM termasuk dalam kendala pada industri kreatif khususnya pasar global. Sub‐kontrak SDM kreatif belum dirasakan penuh oleh pekerja‐ pekerja kreatif di Indonesia. Kendala yang dihadapi SDM kreatif Indonesia saat ini ada tiga bagian besar: 58 1. SDM kreatif berbasis artistik belum memahami konteks kreativitas di era industri kreatif secara menyeluruh. Sehingga masyarakat melihat dunia artistik sebagai dunia yang eksklusif dan tidak merakyat. 2. SDM kreatif berbasis non‐artistik sains dan teknologi terlalu mikroskopis dalam melihat keprofesiannya sehingga kadang terlalu mekanistis dalam berpikir sehingga kurang inovatif. Dalam bekerja orang‐orang ini lebih termotivasi bekerja pada perusahaan‐perusahaan besar yang membuat mereka tenggelam di dalam rutinitas sehari‐hari dan memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan kreativitas yang ada dalam diri. 3. SDM kreatif baik yang berbasis artistik maupun yang non‐artistik kekurangan sarana untuk bereksperimen dan berekspresi sehingga hasil karya mereka masih kurang kreatif dan kurang inovatif. Akibatnya industri lokal dan internasional belum melihat kepentingan yang besar untuk mengadopsi ide‐ide baru dari mereka. Melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan tidak hanya peranan para pelaku usaha ekonomi kreatif melainkan semua aktor bisnis didalamnya serta peran oleh masyarakat untuk mampu memiliki pola pikir ekonomi kreatif. 58 Program Kerja Pengembangan Industri Kreatif Nasional, Op.Cit., hlm.43 Universitas Sumatera Utara Masyarakat Indonesia sebenarnya sudah ada kesadaran untuk mengarah ke industri kreatif, tetapi hanya sebatas lomba dan pameran tanpa ada program yang berkelanjutan atau roadmap yang jelas. Akhirnya peserta lomba-lomba yang diadakan oleh berbagai kementerian ini semakin sedikit peminatnya, dan banyak peserta dari kalangan awam tanpa pengetahuan dan pengalaman di bidangnya. Media dalam dan luar negeri yang meliput acaranya hanya melihat kualitas industri kreatif kita yang maaf-pas pasan. Pameran yang diadakan juga terlalu sering, dan karena industri kreatif kita masih belum banyak yang sanggup menyelesaikan produk IP mereka, event-event pameran ini malah seringkali dimanfaatkan perusahaan yang sudah established maupun publisher publisher Indonesia-yang semua produknya impor untuk menjaring lebih banyak user dan melakukan penetrasi pasar. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Dalam konteks kebijakan industri masa kini, negara berkembang tidak bisa mengandalkan daya saingnya di bidang industri manufaktur, dengan memanfaatkan keunggulan komparatif dalam bentuk biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan sumber daya alam yang melimpah. Keunggulan komparatif tersebut harus diarahkan dalam bentuk daya saing yang diciptakan berdasarkan nilai keunikan faktor historis, geografis, budaya dan keramahan yang tidak mudah ditiru oleh yang lain. Pengetahuan dan kreativitas adalah kunci bagi penciptaan nilai. 2. Banyaknya instansi pemerintah yang terkait dengan berbagai subsektor industri kreatif, diperlukan koordinasi antar instansi. Koordinasi ini memerlukan sebuah institusi yang mampu berkonsentrasi dengan persoalan dalam industri kreatif, sekaligus memiliki hubungan kerja yang baik dengan Universitas Sumatera Utara berbagai instansi tersebut. Selain itu, mengingat besarnya peran berbagai aktor –tidak hanya pemerintah– dalam industri kreatif untuk tercapainya kesuksesan sinergi antara rencana strategis dan implementasi, maka institusi ini harus merupakan sebuah kolaborasi antara Cendekiawan dunia ilmu pengetahuan dan seni budaya, Bisnis dunia usaha dan creative entrepreneurs , dan Pemerintah, yang disebut sebagai kolaborasi triple helix .

A. Saran

Dokumen yang terkait

Perjanjian Kerja Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Menurut Hukum Islam.

0 0 15

KETENTUAN SANKSI PIDANA DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 6

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP PEKERJA ANAK YANG MENINGGAL DUNIA AKIBAT KECELAKAAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 2

Penyerahan Pekerjaan dalam sistem Outsourcing Menurut Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

0 0 3

undang undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

0 0 77

TELAAH KRITIS TERHADAP INKONSISTENSI KONSEP HUBUNGAN KERJA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

0 0 28

Peran Serta Masyarakat, Dunia Usaha dan Pemerintah Daerah Dalam Perluasan Kesempatan Kerja Berdasarkan Slogan CIANJUR JAGO dan Visi, Misi Kabupaten Cianjur (Dikaji Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan) Ahmad Hunaeni Zulkarnaen

0 0 22

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN A. Arah Kebijakan Nasional Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan - Tanggung Jawab Pemerintah dalam Mengupayakan Perluasan Kes

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Pemerintah dalam Mengupayakan Perluasan Kesempatan Kerja pada Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

0 0 14

ANALISIS TENTANG HAK-HAK TENAGA KERJA SETELAH PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG RI NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN -

0 0 83