adalah sebesar 6,3 atau setara dengan 104,6 Triliun rupiahnilai konstan dan 152,5 triliun rupiah nilai nominal. Industri ini telah mampu menyerap tenaga
kerja rata‐rata tahun 2002‐2006 adalah sebesar 5,4 juta dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8.
31
Ditinjau dari sisi ekspor, maka berdasarkan estimasi klasifikasi subsektor, peran ekonomi kreatif terhadap total ekspor rata‐rata untuk tahun
2002‐2006 adalah sebesar 10,6. Ada kemungkinan bahwa estimasi ini terlalu tinggi karena untuk fesyen dan alas kaki sulit dibedakan antara ekspor yang
produk maklon dengan yang memiliki konten kreatif di dalamnya. Sisi lain, ekspor industri kreatif yang berbasis jasa, nilai ekspornya dinilai masih
underestimed . Kajian yang dilakukan adalah berdasarkan data sekunder yang
memang ada ketidaksempurnaan. Hal tersebut akan diperbaiki dan direvisi secara terus‐ menerus dengan survei dan rapid mapping.
B. Tanggung Jawab Pemerintah untuk Mewujudkan Perluasan Kesempatan Kerja pada Sektor Ekonomi Kreatif
Keterlibatan pemerintah dalam pembangunan industri kreatif sangatlah dibutuhkan terutama melalui pengelolaan otonomi daerah yang baik,
penegakan demokrasi, dengan prinsip‐prinsip good governance. Ketiganya bukan merupakan hal yang baru, memang sudah menjadi agenda utama
reformasi. Jika berhasil dengan baik, ketiganya merupakan kondisi positif bagi pembangunan industri kreatif.
31
Studi pemetaan Industri Kreatif Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia,2007, hlm.72
Universitas Sumatera Utara
Peran utama Pemerintah dalam pengembangan industri kreatif adalah :
32
a. Katalisator, fasilitator dan advokasi
memberi rangsangan, tantangan, dorongan, agar ide‐ide bisnis bergerak ke tingkat kompetensi yang lebih tinggi. Tidak selamanya dukungan itu
haruslah berupa bantuan finansial, insentif ataupun proteksi, tetapi dapat juga berupa komitmen pemerintah untuk menggunakan kekuatan
politiknya dengan proporsional dan dengan memberikan pelayanan administrasi publik dengan baik;
b. Regulator.
Menghasilkan kebijakan‐kebijakan yang berkaitan dengan people, industri, insititusi, intermediasi, sumber daya, dan teknologi. Pemerintah
dapat mempercepat perkembangan industri kreatif jika pemerintah mampu membuat kebijakan‐kebijakan yang menciptakan iklim usaha
yang kondusif bagi industri kreatif. Pemerintah juga harus mengatur bahwa kebijakan yang telah dikeluarkan yang akan dijalankan.
c. Konsumen, investor bahkan entrepreneur.
Pemerintah sebagai investor harus dapat memberdayakan aset negara untuk menjadi produktif dalam lingkup industri kreatif dan
bertanggung jawab terhadap investasi infrastruktur industri. Sebagai konsumen, pemerintah perlu merevitalisasi kebijakan procurement yang
dimiliki, dengan prioritas penggunaan produk‐produk kreatif. Sebagai entrepreneur
, pemerintah secara tidak langsung memiliki otoritas terhadap badan usaha milik pemerintah BUMN.
32
Todaro Michel, Pembangunan Ekonomi Kreatif Jakarta : Bumi Aksara, 2000, hlm. 33
Universitas Sumatera Utara
d. Urban planner.
Kreativitas akan tumbuh dengan subur di kota - kota yang memiliki iklim kreatif. Agar pengembangan ekonomi kreatif ini berjalan
dengan baik, maka perlu diciptakan kota‐kota kreatif di Indonesia. Pemerintah memiliki peran sentral dalam penciptaan
kota kreatif
creative city, yang mampu mengakumulasi dan mengkonsentrasikan energi dari individu‐individu kreatif menjadi magnet yang menarik minat
individuperusahaan untuk membuka usaha di Indonesia. Ini bisa terjadi karena inidividuperusahaan tersebut merasa yakin bisa berinvestasi
secara serius jangka panjang di kota‐kota itu, karena melihat adanya potensi suplai SDM yang berpengetahuan tinggi yang bersirkulasi
aktif di dalam daerah itu. Silicon Valley di San Jose Amerika, Mumbai, Bangalore di India, Shanghai di Republik Rakyat Tiongkok
RRT adalah kota‐kota yang sudah dijuluki sebagai kota kreatif. Banyak kota‐kota di Indonesia yang memiliki energi yang cukup untuk
dijadikan kandidat kota kreatif.
1. Teori pertanggungjawaban
Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang
luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan
kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu
kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang
dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat
kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.
33
Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig ada dua teori yang melandasinya yaitu:
a. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya
itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku pribadi.
b. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang
bersangkutan. Menurut teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah
kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada
tanggung jawab yang harus ditanggung.
34
2. Tanggung jawab pemerintah untuk mewujudkan perluasan kesempatan
kerja pada sektor ekonomi kreatif
33
Ridwan H.R, Hukum Administrasi Negara Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 335-337.
34
Ibid., hlm. 365.
Universitas Sumatera Utara
Hingga saat ini, beberapa tanggung jawab yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk industri kreatif ini antara lain:
35
a.
Undang‐Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, yaitu pada Bab VI Pasal 17 yang menyatakan bahwa Desain produk industri
mendapat perlindungan hukum.
b.
Undang - Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri dalam Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual.
c.
Keputusan Menteri
Perindustrian dan
Perdagangan Nomor
20MPPKepI2001 tentang
pembentukan Dewan
Desain NasionalPusat Desain Nasional PDN.
d.
Pusat Desain Nasional PDN Sejak tahun 2001 sd 2006, telah memilih 532 desain produk terbaik Indonesia.
e.
Tahun 2006,
Departemen Perdagangan
Republik Indonesia
memprakarsai peluncuran program Indonesia Design Power yang beranggotakan Departemen Perdagangan RI, Departemen Perindustrian
RI, Kementerian Koperasi dan UKM serta Kamar Dagang Indonesia KADIN.
f.
Tahun 2007, diselenggarakan Pameran Pekan Budaya Indonesia, berdasarkan arahan Presiden, dan diprakarsai oleh: Kantor Menteri
Koordinator Kesejahteraan Masyarakat, serta melibatkan lintas departemen antara lain: Departemen Perindustrian, Perdagangan, Budaya
Pariwisata, dan Kementrian UKM Koperasi.
35
Program KerjaPengembangan industri Kreatif Nasional 2009-2015 Jakarta : Departemen Perdagangan RI, 2008, hlm.122
Universitas Sumatera Utara
g.
Tahun 2007, Departemen Perdagangan RI meluncurkan hasil studi pemetaan Industri Kreatif Indonesia dan menetapkan 14 subsektor
Industri Kreatif Indonesia berdasarkan studi akademik atas Klasifikasi Baku Usaha Industri Indonesia KBLI yang diolah dari data Badan
Pusat Statistik dan sumber data lainnya asosiasi, komunitas kreatif, lembaga pendidikan, lembaga penelitian yang rilis di media cetak,
terkait dengan industri kreatif. Tenaga kerja merupakan faktor pendukung perekonomian suatu
Negara. Untuk memajukan perekonomian suatu Negara diperlukan tenaga kerja yang berkualitas. Dalam suatu Negara, tenaga kerja ada
yang dipekerjakan di dalam dan di luar Negara itu sendiri. Seperti halnya Indonesia, tenaga kerja Indonesia banyak bekerja di luar negeri.
Tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, dapat menghasilkan devisa Negara yang turut mendukung perekonomian Indonesia.
Sehingga mereka dikenal dengan istilah pahlawan devisa Negara. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berpendidikan rendah
dengan keterampilan dan keahlian yang kurang memadai minim, sehingga belum mempunyai keterampilan dan pengalaman yang baik
serta maksimal untuk memasuki dunia kerja. Dengan demikian kualitas tenaga kerja di Indonesia tergolong rendah. Kualitas tenaga kerja yang
rendah mengakibatkan kesempatan kerja semakin kecil dan terbatas. Karena mayoritas perusahaan-perusahaan atau lapangan kerja lainnya
lebih memilih tenaga kerja yang berkualitas baik. Sehingga jarang tenaga kerja mendapatkan kesempatan untuk bekerja. Keterampilan dan
Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang terbatas akan membatasi ragam dan jumlah pekerjaan. Rendahnya tingkat pendidikan akan membuat tenaga kerja Indonesia
minim akan penguasaan serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemerintah haruslah memiliki kepekaan dan apresiasi terhadap aspirasi rakyat. Memahami bahwa di dalam membangun insan Indonesia
yang cerdas tidak dapat dijalankan hanya dalam jangka pendek, karena pembangunan kecerdasan berarti ada proses permbelajaran, pemuliaan
dan pengkayaan. Mengejar hasil akhir dalam jangka pendek tanpa dilandasi pembangunan pilar yang kuat akan membuat struktur
ekonomi yang lemah dan tidak berkelanjutan. Untuk itu aktor pemerintah harus dapat menempatkan birokrasi secara proporsional,
transparan dengan semangat mencapai interaksi yang sejajar. Menurut para ahli, kemajuan pembangunan ekonomi kreatif
sangat dipengaruhi oleh lokasiplace identik dengan otonomi daerah, dan toleransipola pikir kreatif identik dengan demokrasi. Sementara
prinsip‐prinsip good governance; partisipasi, penegakan hukum, transparansi, responsiveness, equity keadilan, visi strategis, efektivitas
dan efisiensi, profesionalisme, akuntabilitas, dan supervisi arahan, adalah prinsip‐prinsip pengelolaan dimana industri kreatif bisa tumbuh
agresif. Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan perluasan
kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja dengan cara bersama-sama dengan masyarakat mengupayakan perluasan
Universitas Sumatera Utara
kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja. Semua kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah di setiap sektor, yang
dalam hal ini sektor ekonomi kreatif, diarahkan untuk mewujudkan perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja. Lembaga keuangan baik perbankan maupun non perbankan, dan dunia usaha perlu membantu dan memberikan kemudahan bagi setiap
kegiatan masyarakat yang dapat menciptakan atau mengembangkan perluasan kesempatan kerjadi sektor ekonomi kreatif. Perluasan
kesempatan kerja di luar hubungan kerja dilakukan melalui penciptaan kegiatan yang produktif dan berkelanjutan dengan mendayagunakan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi tepat guna yang dilakukan dengan pola pembentukan dan pembinaan tenaga
kerja mandiri, penerapan sistem padat karya, penerapan teknologi tepat guna, dan pendayagunaan tenaga kerja sukarela atau pola lain yang
dapat mendorong terciptanya perluasan kesempatan kerja. Pemerintah menetapkan kebijakan ketenagakerjaan dan perluasan kesempatan kerja
serta bersama-sama masyarakat mengawasi pelaksanaan kebijakan sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dapat dibentuk badan koordinasi yang
beranggotakan unsur pemerintah dan unsur masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERAN PELAKU USAHA EKONOMI KREATIF DALAM
MENGUPAYAKAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA
A. Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif