BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN
KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
A. Arah Kebijakan Nasional Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan
Suatu kebijakan, terutama kebijakan pembangunan meminta biaya dan pengorbanan yang tidak kecil, baik materi, waktu dan tenaga, termasuk
opportunity cost lainnya. Oleh karena itu, sudah seharusnya apabila suatu
kebijakan diawali dengan berbagai persiapan, perencanaan yang matang, pembahasan yang intens, sebelum akhirnya dituangkan dalam suatu naskah atau
sebagai dokumen kebijakan. Bila tahapan ini diikuti secara konsisten dan jujur, maka arah kebijakan yang dihasilkan akan memberi peluang yang besar bagi
keberhasilan kebijakan yang dilaksanakan. Sebaliknya, bila tahapan ini tidak dilakukan secara konsisten dan jujur, maka besar kemungkinan arah kebijakan
yang dihasilkan akan memberi arah yang salah dan berakibat kebijakan yang diterapkan menemui kegagalan loss development.
12
Berdasarkan pengamatan selama beberapa tahun belakangan ini, kebijakan ketenagakerjaan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi belum menunjukkan hasil yang signifikan. Beberapa hal yang kemungkinan besar menyebabkan hal itu adalah:
13
a. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi belum secara metodik dan
sistematis mempertimbangkan issu-issu di luar ketenagakerjaan sebagai dasar
12
Khristianto Wheny, “Peluang dan Tantangan Industri Kreatif di Indonesia”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Volume 5 No.1, hlm. 33-37.
13
Program Kerja Pengembangan Industri Kreatif Nasional 2009-2015 Jakarta :
DepartemenPerdagangan RI, 2008, hlm.52.
Universitas Sumatera Utara
atau bahan dalam menyusun kebijakan ketenagakerjaan, yang mengakibatkan kurangnya inovasi dan kreasi dalam penyusunan kebijakan.
b. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi belum melakukan koordinasi
yang efektifnya dengan KementerianLembaga terkait lainnya dalam menyusun arah kebijakan ketenagakerjaan.
c. Masih banyak program dalam kebijakan ketenagakerjaan yang tidak dapat
mencapai target dan sasaran seperti yang direncanakan. d.
Masih terdapat program ketenagakerjaan yang luput dari kebijakan ketenagakerjaan.
e. Masih terdapat duplikasi program ketenagakerjaan antar satuan kerja dan atau
unit kerja. f.
Masih terdapat program ketenagakerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang tanpa perubahan yang signifikan.
Menghadapi masalah itu diperlukan suatu arah kebijakan yang memuat pemikiran dan informasi yang dapat digunakan sebagai tuntunan dalam
menyusun kebijakan, strategi, dan program oleh pemerintah. maka berikut ini akan dijelaskan arah kebijakan yang harus dilakukan :
14
a. Menurunkan tingkat fertilitas, karena dengan jumlah anak sedikit
memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan.
b. Menahan masuknya penduduk ke dalam angkatan kerja melalui program
wajib belajar 12 tahun atau 15 tahun yang konsisten.
14
Studi Industri Kreatif Indonesia, Op.Cit., hlm.42.
Universitas Sumatera Utara
c. Meningkatkan kualitas penduduk baik melalui sisi kesehatan maupun
pendidikan. d.
Merubah orientasi penduduk dari orientasi pekerja upahan menjadi wirausahawan melalui peningkatan jiwa kewirausahawan di sekolah-sekolah
menengah dan perguruan tinggi. e.
Meningkatkan employment creation dan job creation padat karya yang layak, sehingga pendapatan perkapita naik dan bisa menabung yang akan
meningkatkan tabungan nasional. f.
Mengarahkan dan memotivasi penduduk agar menginvestasikan tabungan rumah tangga untuk kegiatan produktif.
g. Seiring dengan menurunnya jumlah penduduk usia 0-15 tahun, maka
anggaran yang sebelumnya dipakai untuk anak usia 0-15 tahun dialihkan kepada peningkatan sumber daya manusia untuk penduduk usia 15 tahun ke
atas seperti untuk traning, pendidikan, dan upaya pemeliharaan kesehatan remaja terutama kesehatan reproduksi dan penanggulangan perilaku tidak
sehat seperti alkohol, narkoba, rokok dan seks bebas.
15
B. Perluasan Kesempatan Kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan