BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri kreatif di berbagai negara saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya. Beberapa studi telah dilakukan untuk
melihat perkembangan serta kiprah sektor industri kreatif dalam perekonomian. Tahun 2000, di United Kingdom, sumbangan industri kreatif terhadap PDB-nya
adalah 7,9 dan pertumbuhannya 9. Di New Zealand, sumbangan industri kreatif terhadap PDB-nya adalah 3,1 , Australia sumbangan industri kreatif
terhadap PDB-nya adalah 3,3. Indonesia mulai melihat bahwa sektor industri kreatif ini merupakan sektor industri yang potensial untuk dikembangkan. Pada
tahun 2002 – 2006, rata-rata kontribusi industri kreatif di Indonesia adalah Rp 104,638 trilyun atau 6,3 terhadap PDB Indonesia mampu menyerap tenaga
kerja 5,4 juta pekerja di Indonesia dengan tingkat partisipasi tenaga kerja mencapai 5,8 serta produktivitas tenaga kerja mencapai 19,5 juta rupiah per
perkerja tiap tahunnya. Produktivitas ini lebih tinggi dari produktivitas nasional yang mencapai kurang dari Rp 18 juta rupiah per pekerja tahunnya
1
. Sedangkan pertumbuhan dari industri kreatif mencapai 7,3 per tahun, lebih tinggi daripada
pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,6 per tahun.
2
Disisi lain, banyak industri kreatif tumbuh dan tahan terhadap krisis ekonomi.
1
Studi Industri Kreatif Indonesia Jakarta : Departemen Perdagangan RI, 2007, hlm.vi.
2
Diambil dari Lutfi Zainuddin, “Industri Kreatif Makin Prospektif “, http:bisnisindonesia.com diakses tanggal 26 Juni 2014
Universitas Sumatera Utara
Melihat kondisi Indonesia yang demikian maka diperlukan kerja keras, ketekunan dan kerja sama semua pihak baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta demi pemulihan ekonomi negara khususnya di bidang kependudukan. Pembangunan ekonomi dengan tujuan utama yaitu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan mensejahterakan masyarakat menjadi tolak ukur kemapanan suatu negara. Bagi negara berkembang, pertumbuhan ekonomi yang positif merupakan
sasaran yang harus dicapai agar dapat mensejajarkan diri dengan negara – negara maju.
Pemerintah pusat mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Indonesia Kreatif. Pencanangan ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi gelombang
ke empat kreatif yang mempunyai prospek yang cerah terutama ditengah krisis global. Penggunaan industri kreatif juga dianggap dapat mempercepat
pembangunan, membangun kemandirian ekonomi, pemerataan pembangunan dengan cara memberikan kesempatan kepada daerah untuk menggali, mengatur
dan mengelola sumber daya yang dimilikinya.
3
Pertumbuhan ekonomi yang positif berarti meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja yang optimal dari segi jumlah,
produktivitas dan efisiensi memerlukan kebijakan yang memperhitungkan kondisi internal maupun perkembangan eksternal. Kondisi internal dan eksternal meliputi
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, perkembangan dan efisiensi pemanfaatan investasi, produktivitas, elastisitas dan shift – share location quotient
Misalnya akibat perubahan perekonomian atas pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah.
sebagai input bagi pengambilan keputusan.
4
3
Studi Industri Kreatif Indonesia, Op.Cit., hlm. 33.
4
Dwikarinimade, Analisis Prioritas Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja di
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan perluasan kesempatan kerja merupakan suatu kebijakan penting dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini disebabkan karena salah satu
tolak ukur untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara adalah kesempatan kerja yang diciptakan oleh adanya pembangunan ekonomi. Kesempatan kerja
merupakan aspek sosial ekonomi yang sulit diwujudkan. Hal tersebut mempengaruhi produktivitas sosial terpuruk. Dengan demikian, kebijakan dan
program pembangunan perlu diarahkan untuk perluasan kesempatan kerja.
5
Perekonomian yang berkembang dengan pesat bukan jaminan bahwa negara tersebut dikatakan makmur bila tidak diikuti perluasan kesempatan kerja.
Kesempatan kerja yang dimaksud adalah lapangan kerja yang mampu menampung tenaga baru yang setiap tahun memasuki dunia kerja. Dengan
demikian hubungan antara pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja karena faktor produksi tenaga
kerja merupakan faktor yang penting selain modal, teknologi dan alam. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan
kerja agar angkatan kerja yang ada dapat diserap. Sementara itu, dalam kurun waktu 2007 – 2012 penduduk usia kerja
meningkat dari 166,64 juta orang menjadi 177,65 juta orang, dimana jumlah tersebut sudah termasuk dalam kelompok angkatan kerja berkisar antara 65,7
sampai 67,18 dengan angka yang berfluktuasi setiap tahunnya. Seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja juga terus
meningkat dari 90,78 juta orang menjadi 102,55 juta orang. Pada tahun 2008 ada
Kabupaten Karangasem Tahun 1997 – 2006 Jakarta : Piramedia, 2009, hlm.31.
5
Priyo, Pengaruh Investasi PMA Dan PMDN, Kesempatan Kerja, Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB Di Jawa TengahPeriode Tahun 1980-2006
Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm.74.
Universitas Sumatera Utara
sekitar 90,5 penduduk bekerja, tetapi pada tahun 2009 dan 2010 menjadi 90,14 dan 88,8. Pada tahun 2009 - 2010 terjadi peningkatan masing – masing
menjadi 89,72, 90,89 , dan 91,61 di tahun 2010. Meskipun demikian, jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan
kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DALAM MENGUPAYAKAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA PADA
SEKTOR EKONOMI KREATIF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
”
B. Perumusan Masalah