Kondisi Lereng Dengan Pengerjaan Di Lapangan Kondisi II

103

4.2 Kondisi Lereng Dengan Pengerjaan Di Lapangan Kondisi II

Perkuatan standar ini menggunakan double sheet pile CCSP W-400 dengan pemasangan kedalaman yaitu ±12 m dan pemasangan geogrid dengan panjang 8 m. Model dari perkuatan ini dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut : Gambar 4.5 Potongan melintang tipikal perkuatan standar. Untuk input program plaxis dibutuhkan data-data dari parameter sheet pile, geogrid yang digunakan, yaitu : Universitas Sumatera Utara 104 Tabel 4.2 Data parameter sheet pile Section Type Dimensions Width Height Thickness B H T Cold-formed CSP1 550500 150 8 550500 150 10 550500 150 12 550500 150 14 Cold-formed CSP1-B 400350 100 8 400350 100 10 400350 100 10.5 400350 100 12 Cold-formed CSP1-D 515250 150 8 515250 150 10 515250 150 12 515250 150 14 Cold-formed CSP2 630575 210 8 630575 210 10 630575 210 12 630575 210 14 Cold-formed CSP2-A 575520 210 8 575520 210 10 575520 210 12 575520 210 14 Cold-formed CSZ1 670630 380 8 670630 380 10 670630 380 12 450400 15 13 Universitas Sumatera Utara 105 Tabel 4.3 Data parameter geogrid Specification Tensile Strength Tensile Strength Tensile Strength Elongation Carbon Content ≥ KNM ≥ 2 Elongation 5 Elongation ≤ Width KNM ≥ KNM ≥ M TGDG50 50 12 23 TGDG60 60 16 30 TGDG80 80 21 40 12 2 TGDG110 110 29.5 58 TGDG130 72 130 36.5 TGDG170 170 50 99 Dengan menggunakan program plaxis 2D, perkuatan standar ini dianalisis untuk melihat bagaimana pengaruh perkuatan standar ini terhadap lereng dan menentukan angka keamanan lereng. Perhitungan angka keamanan lereng menggunakan tahapan perhitungan secara umum, yaitu : Phase 0 : Initial condition. Phase 1 : Pembebanan berjalan. Phase 2 : Beban gravitasi Phase 3 : Safety Faktor. Universitas Sumatera Utara 106 Hasil running dari program plaxis 2D, dapat dilihat pada gambar-gambar berikut : Gambar 4.6 Tahapan perhitungan dengan plaxis 2D Gambar 4.7 Kondisi displacement dengan perkuatan standar Universitas Sumatera Utara 107 Gambar 4.7 menunjukan displacement yang terjadi pada keseluruhan bagian. Perbedaan warna tersebut menunjukkan perbedaan displacement yang terjadi, displacement yang kecil ditunjukkan oleh bagian tanah yang berwarna biru, dan displacement yang terbesar ditunjukkan dengan warna merah. Gambar 4.8 Kondisi strain pada lereng dengan perkuatan standar. Untuk Gambar 4.8, tanah-tanah meregang berada pada daerah yang mengalami displacement yang besar seperti pada daerah yang berhubungan langsung dengan beban diatas permukaan dan didaerah dasar dari perkuatan. Jika melihat Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 perkuatan masih berada pada bidang kelongsoran, hal itu yang menyebabkan perkuatan standar dapat gagal pada kondisi tertentu. Universitas Sumatera Utara 108  Deformasi pada sheet pile Pada konstruksi lereng digunakan sheet pile dengan panjang 12 meter. Dalam proses konstruksi sheet pile mengalami displacement atau deformasi yaitu sebesar 0,97 m pada sheet pile I dan 0,89 m pada sheet pile II. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung deformasi pada sheet pile, dimana arah dari deformasi sheet pile ditunjukkan dengan panah yang berwarna merah. Gambar 4.9 Displacement pada sheet pile I dan II Universitas Sumatera Utara 109  Section Modulus Z Dari tabel profil sheet pile tipe CCSP W-400 dengan panjang 12 m didapat nilai section modulus adalah 12434 m’ Gambar 4.10. Pada program plaxis 2D kita akan menganalisa nilai section modulus yang terjadi pada kedua sheet pile . Rumus yang digunakan untuk mencari section modulus pada double sheet pile : Z = x Dimana : Z = modulus penampang dari sheet pile m’ = bending momen maksimum pada sheet pile KNmm’ = 0,6 x tegangan ijin sheet pile 5950 KN = 3570 KN Sehingga nilai section modulus pada sheet pile I dan II adalah : Jenis sheet pile KNmm’ KN Z m’ Sheet pile I 59,89 3570 1677,59 Sheet pile II 392,91 3570 11005,88 Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pada nilai section modulus pada sheet pile I dan II lebih kecil dari nilai section modulus ijin sheet pile CCSP W-400 aman. Gambar 4.10 Profil sheet pile jenis CCSP Universitas Sumatera Utara 110  Nilai Safety Factor Gambar 4.11 Safety factor dengan perkuatan standar Dari analisis perhitungan plaxis 2D diatas dapat disimpulkan bahwa perkuatan standar mengalami kegagalan dimana perkuatan standar tersebut tidak memperkuat lereng dan kelongsoran masih terjadi, beberapa penyebab terjadinya kegagalan ini yaitu : • Nilai keamanan yang kecil 1,09, nilai angka keamanan yang ini dapat beresiko terjadinya kelongsoran jika ada gangguan terhadap lereng. • Pembebanan yang terjadi disekitar lereng, terutama beban lalu lintas berupa beban kendaraan yang melintas disepanjang lereng yaitu sebesar 10 kNm2. • Kedalaman tanah lunak yang cukup dalam, dimana lapisan tanah lunak ini mencapai kedalaman 13m. Universitas Sumatera Utara 111

4.3 Analisis Dengan Perkuatan Alternatif I Kondisi III