37
lereng. Material berupa tanah atau campuran tanah dan rombakan batuan akan bergerak ke arah bawah lereng dengan cara air meresap kedalam celah pori batuan
atau tanah, sehingga menambah beban material permukaan lereng dan menekan material tanah dan bongkah-bongkah perombakan batuan, selanjutnya memicu
lepas dan bergeraknya material bersama-sama dengan air.
2.7.1 Upaya Stabilisasi Lereng
Ada beberapa upaya dalam pengendalian kelongsoran pada suatu lereng, diantaranya adalah :
1. Mengurangi beban di puncak lereng
• Pemangkasan lereng • Pemotongan lereng atau cut biasanya digabungkan dengan pengisian
pengurugan atau fill di kaki lereng. 2.
Menambah beban di kaki lereng • Menanam tanaman keras biasanya pertumbuhannya cukup lama.
• Membuat dinding penahan bisa dilakukan dalam waktu yang relatif cepat berupa dinding penahan atau retaining wall.
• Membuat bronjong, yaitu batu-batu bentuk menyudut diikat dengan kawat dengan bentuk angular atau menyudut lebih kuat dan tahan
lama dibandingkan dengan bentuk bulat. 3.
Mencegah lereng jenuh dengan air tanah atau mengurangi kenaikan kadar air
• Membuat beberapa pengaliran air dari bambu atau pipa paralon di kemiringan lereng dekat ke kaki lereng yang berguna supaya muka air
Universitas Sumatera Utara
38
tanah yang naik di dalam tubuh lereng akan mengalir ke luar sehingga muka air tanah turun.
• Menanam vegetasi dengan daun lebar di puncak-puncak lereng sehingga evapotranspirasi meningkat. Air hujan yang jatuh akan
masuk ke tubuh lereng infiltrasi. • Peliputan rerumputan. Cara yang sama untuk mengurangi pemasukan
atau infiltrasi air hujan ke tubuh lereng, selain itu peliputan rerumputan jika disertai dengan desain drainase juga akan
mengendalikan run-off. 4.
Mengendalikan air permukaan • Membuat desain drainase yang memadai sehingga air permukaan dari
puncak-puncak lereng dapat mengalir lancar dan infiltrasi berkurang. • Penanaman vegetasi dan peliputan rerumputan juga mengurangi air
larian run-off sehingga erosi permukaan dapat dikurangi.
2.7.2 Klasifikasi Tanah Longsor
Tanah longsor yang disesuaikan dengan dasar klasifikasi yang dipergunakan masing-masing ahli, berikut ini dijelaskan nama-nama kelas
gerakan tanah yang umum dipakai Ritter, 1986 :
1. Tanah Longsor tipe jatuhan
falls
Tanah longsor tipe ini, material batuan atau tanah atau campuran kedua- duanya bergerak dengan cara jatuh bebas karena gaya beratnya sendiri. Proses
tanah longsor semacam ini umumnya terjadi pada lereng terjal , bisa dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
39
bongkah individual batuan berukuran besar atau dalam bentuk guguran fragmen bongkah bercampur dengan bongkah-bongkah yang berukuran lebih kecil.
2. Tanah Longsor tipe robohan
toples
Gerakan massa tipe robohan hampir serupa dengan tanah longsor tipe falls
, pada tipe topples ini gerakannya dimulai dengan bagian paling atas dari bongkah lepas dari batuan dari batuan induknya karena adanya cela retakan
pemisah, bongkah terdorong kedepan hingga tidak dapat menahan bebannya sendiri
3. Tanah Longsor tipe gelincir
slides
Tanah longsor tipe gelincir adalah tanah longsor batuan atau tanah atau campuran keduanya yang bergerak melalui bidang gelincir tertentu yang bertindak
sebagai bidang diskontinuitas berupa bidang perlapisan batuan atau bidang patahan, bidang kekar, bidang batas pelapukan. Jika bidang-bidang diskontinuitas
tersebut sejajar dengan bidang perlapisan, maka semakin besar peluang terjadinya tanah longsor.
2.7.3 Perhitungan Faktor Keamanan Lereng
Faktor Keamanan FS lereng tanah dapat dihitung dengan berbagai metode. Faktor Keamanan FS adalah nilai banding antara gaya yang menahan
dan gaya yang menggerakkan. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan nilai faktor keamanan suatu lereng adalah :
a. Data lereng terutama diperlukan untuk membuat penampang lereng. • Sudut kemiringan lereng
• Tinggi lereng atau panjang lereng dari kaki lereng ke puncak lereng.
Universitas Sumatera Utara
40
b. Data mekanika tanah • Sudut geser dalam Ø
• Berat isi tanah ɣ • Kohesi c
• Kadar air tanah w Perumusan dalam perhitungan suatu faktor keamanan FS suatu lereng
adalah :
Dimana : FS = Faktor Keamanan
= Tegangan geser rata-rata tanah = Tegangan geser yang terjadi di sepanjang bidang runtuh
Sedangkan nilai dan
dari adalah: dan
Sehingga diperoleh persamaan baru yakni :
Faktor keamanan yang diperhitungkan juga ditinjau dari faktor keamanan kohesi
dan faktor keamanan friksi . Persamaan untuk mendapatkan nilai
dari faktor keamanan kohesi dan faktor keamanan friksi
adalah : dan
Membandingkan nilai dan
, sehingga diperoleh :
Universitas Sumatera Utara
41
Maka Faktor keamanan suatu lereng dapat dilihat dari Tabel 2.11 yang dibuat
sesuai dengan besar kestabilan suatu lereng.
Tabel 2.11
Nilai Faktor Keamanan Untuk Perencanaan Lereng
Sosrodarsono , 2003
Faktor Keamanan FS Keadaan Lereng
FS 1,00 Lereng dalam kondisi tidak mantap lereng labil
1,00 FS 1,20 Lereng dalam kondisi kemantapan diragukan
1,30 FS 1,40 Lereng dalam kondisi memuaskan
1,50 FS 1,70 Lereng dalam kondisi mantap lereng stabil
Dalam perhitungan perhitungan nilai faktor keamanan suatu lereng dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan metode grafik. Menurut
Taylor 1937, perhitungan faktor keamanan dapat dilakukan dengan menghitung
resultan gaya dari faktor keamanan kohesi dan faktor keamanan friksi
. Angka stabilitas m diperoleh dari plot antara nilai sudut geser dalam tanah
dengan sudut kemiringan lereng yang ditinjau, atau dengan menggunakan rumusan berupa :
Dimana : m = angka stabilitas c = kohesi tanah kgcm²
ɣ = berat isi tanah gcm
3
H = tinggi lereng m
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 2.4 menunjukkan grafik hubungan antara angka stabilitas dengan sudut kemiringan lereng Ø 0.
Dengan menggunakan metode Taylor, Singh 1970 juga memberikan grafik untuk menentukan angka-angka keamanan FS untuk bermacam-macam
kemiringan lereng. Grafik tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Grafik Hubungan antara Angka Stabilitas
dengan Sudut Kemiringan Lereng, Ø 0 Taylor, 1937
Universitas Sumatera Utara
43
2.8 Faktor Penyebab Kelongsoran
Beberapa faktor-faktor penyebab kelongsoran antara lain dapat dipengaruhi oleh geologi, topografi, proses cuaca, perubahan struktur tanah dan
pengaruh air dalam tanah.
2.8.1 Pengaruh Geologi
Proses geologi dalam pembentukan lapisan-lapisan kulit bumi dengan cara pengendapan sedimen ternyata memungkinkan terbentuknya sutau lapisan yang
potensial mengalami kelongsoran. Sebagai contoh adalah pembentukan lapisan tanah sebagai berikut, sungai yang mengalirkan air ke laut membawa partikel-
partikel halus yang jumlahnya tergantung dari volume dan kecepatan alirannya, kemudian partikel-partikel tersebut mengendap di dasar laut membentuk lapisan
tanah, dimana penyebaran pengendapannya bisa merata atau tidak merata tergantung arus air laut. Karena pembentukan tiap lapisan terjadi maka dasar tiap
lapisan adalah air, yang bisa dilihat sering sekali sebagai lapisan tipis pada zona pemisah antara lapisan lempung dan lanau kepasiran atau sebagai aliran laminer
pada lapisan pasir yang lebih permeabel. Dengan keadaan demikian bila banyak air memasuki lapisan pasir tipis
sedangkan pengeluaran air sedikit sehingga keadaan lapisan menjadi jenuh, maka tekanan air akan bertambah dan tekanan air inilah yang akan menyebabkan
kelongsoran. Berbeda bila air memasuki lapisan pasir tebal sehingga keadaan lapisan tidak sepenuhnya jenuh air, maka lapisan tersebut bahkan bisa menjadi
drainase alamiah.
Universitas Sumatera Utara