Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Rizzta Dwi Delviyanti, 2014 Kontribusi Konformitas Terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Havighurst Nurihsan Agustin, 2011: 19, bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat periode tertentu dari kehidupan individu, jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tugas perkembangan remaja pada usia 12-21 tahun perkembangan di antaranya adalah mencapai kebebasan emosional dari orangtua dan orang lainnya, dan secara sosial menghendaki dan mencapai kemampuan bertindak secara bertanggung jawab. Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian individu. Menurut Harold Alberty Nurihsan dan Agustin, 2011: 55, masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak berakhirya masa kanak-kanak sampai datang masa dewasa awal. Dalam pembentukan kepribadian, remaja dihadapkan pada kebingungan mengenai dirinya, sehingga remaja membutuhkan bantuan, serta bimbingan dari orang-orang terdekatnya, seperti keluarga dan teman sebayanya Nurihsan dan Agustin, 2011: 19. Masa remaja awal berlangsung pada usia 12 sampai 15 tahun, masa remaja madya berlangsung pada usia 15 sampai 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir berlangsing pada usia 17 sampai 21 tahun. Pada masa remaja, menurut teori krisis psikososial Erikson dalam Desmita, 2005: 35 memberikan perhatian pada identity vs identitu confusion. Identity merupakan penentuan “siapa” dan “apa” yang diinginkan seorang remaja di masa yang akan datangnya, sedangkan identity confusion merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kebingungan identitas yang dapat menyebabkan seseorang merasa terisolasi, hampa, cemas dan bimbang, masa dimana mencari identitas dan mencoba untuk melakukan segala hal. Rizzta Dwi Delviyanti, 2014 Kontribusi Konformitas Terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Remaja lebih banyak menghabiskan waktu di lingkungan sekolah daripada di rumah, sehingga pengaruh lingkungan sekolah akan lebih besar berpengaruh pada remaja. Dengan begitu para remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama kelompok teman di sekolah Santrock, 1996: 50, yaitu dengan siapa mereka merasa nyaman dan dapat mengidentifikasi diri mereka, identifikasi bias dikatakan bahwa seseorang yang meniru penampilan atau tingkah laku dari orang lain yang bias menjadi idolanya. Dari kelompok-kelompok masyarakat yang ada, sebagai manusia yang tergabung di dalamnya dan menimbulkan perasaan-perasaan untuk menegaskan dirinya bahwa kita adalah bagian dari kelompok tertentu, dari perasaan seperti itu akan timbul tingkah laku yang disebut dengan konformitas. Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial. Konformitas sebagai bentuk perilaku sama dengan orang lain yang didorong oleh keinginan sendiri. Adanya konformitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja. Konsep konformitas seringkali digeneralisasikan untuk masa remaja karena dari banyak penelitian terungkap bahwa pada masa remaja konformitas terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masa pertumbuhan lainnya. Dari beberapa pendapat yang sudah dijelaskan konformitas adalah ketika individu melakukan aktivitas dimana terdapat dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan tersebut merupakan cara-cara yang menyimpang. Remaja yang mempunya tingkat konformitas tinggi akan lebih banyak tergantung pada aturan dan norma yang berlaku dalam kelompoknya, sehingga remaja cenderung ikut berkontribusi dalam setiap aktivitas sebagai usaha kelompok. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya serta mencapai peran sosial baik sebagai pria maupun wanita. Menurut Syamsu Yusuf 2009: 55 salah satunya memiliki kemampuan berinteraksi sosial human relationship yang diwujudkan dalam Rizzta Dwi Delviyanti, 2014 Kontribusi Konformitas Terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan dengan sesama, remaja harus menyesuaikan diri dengan orang di luar lingkungan keluarganya, seperti kelompok teman sekolah. Condry, Simon dan Bronfenbrenner Santrock, 1996: 57 melakukan suatu penelitian yang menyatakan bahwa dalam satu minggu, remaja menghabiskan waktu dua kali lebih banyak dengan kelompok teman sebayanya dibandingkan dengan orangtuanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang remaja lebih banyak berinteraksi dengan teman sebayanya dibandingkan dengan anggota keluarganya. Hubungan dengan teman sebaya yang ditujukan dengan interaksi yang terjalin di dalamnya, sehingga membuat remaja mempersepsi dirinya berdasarkan cerminan dari penilaian teman sebayanya. Kekurangmampuan remaja dalam membina hubungan secara interpersonal berakibat terganggunya kehidupan sosial. Seperti malu menarik diri, berpisah atau putus hubungan dengan seseorang yang pada akhirnya menyebabkan kesepian. Kompetensi interpersonal merupakan kunci bagi individu untuk mengkomunikasikan ide-ide cemerlangnya kepada orang lain. Orang yang memiliki kemampuan sosial dan dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam waktu yang lama cenderung lebih berhasil dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan tersebut dan salah satu faktor yang banyak menentukan keberhasilan dalam menjalin komunikasi dengan orang lain adalah kompetensi interpersonal. Keberhasilan remaja dalam menjalin hubungan secara interpersonal dengan orang lain berpengaruh dalam menciptakan kebahagiaan hidup individu, karena melalui hubungan interpersonal kebutuhan akan pengakuan dari orang lain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa dirinya normal, sehat dan berharga dapat terpenuhi. Menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain tidak hanya penting bagi remaja, tapi juga bagi orang-orang dalam setiap tahapan. Ada beberapa segi positif yang bisa diambil dari menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, pertama, hubungan interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial individu. Perkembangan intelektual dan sosial ini sangat Rizzta Dwi Delviyanti, 2014 Kontribusi Konformitas Terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ditentungan oleh kualitas hubungan interpersonal individu dengan orang lain. Ketika kualitas hubungan interpersonal seseorang sudah baik akan terlihat dari banyaknya teman yang dimilikinya dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kedua, melalui hubungan interpersonal dengan orang lain identitas atau jati diri seseorang akan terbentuk. Selama proses hubungan dengan orang lain secara sadar maupun tidak disadari individu mulai mengamati, memperhatikan dan mencatat dalan hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap dirinya. Ketiga, hubungan interpersonal dengan orang lain khususnya dengan orang yang memiliki peran penting dalam kehidupan setiap individu seperti ayah, ibu, saudara kandung akan berpengaruh terhadap kesehatan mentalnya juga. Keempat, hubungan interpersonal memabantu remaja melakukan perbandingan sosial dalam rangka memahami kenyataan di sekelilingnya dan menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang dimiliki mengenai dunia di sekitarnya, individu membandingkannya dengan orang lain mengenai kenyataan yang sama. Terlihat banyak sekali manfaat yang diperoleh oleh seorang remaja dalam menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain akan tetapi tidak semua remaja mampu memiliki kemampuan menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan ornag lain. Dapat dilihat dari fenomena yang sekarang terjadi, perkelahian pelajar yang pelakunya adalah remaja sekolah menengah pertama yang jika ditelusuri motif-motif yang melatarbelakangi mereka melakukan perkelahian hanya hal-hal sepele, misalnya saling ejek di dalam kelas, saling melotot kemudian tersinggung dan terjadi perkelahian. Selanjutnya ketika satu pihak tidak terima, dilain waktu atau di luar sekolah mereka bersama teman-temannya beramai-ramai menyerang dan perkelahian pun tidak dapat terelakkan lagi. Individu pada masa remaja mengalami hubungan yang kurang harmonis dengan anggota keluarganya yang biasanya disebabkan oleh kesalahan kedua belah pihak Hurlock, 1991: 231. Rizzta Dwi Delviyanti, 2014 Kontribusi Konformitas Terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Situasi kehidupan pada sekarang ini memiliki pengaruh yang besar pada dinamika kehidupan remaja, secara psikologis remaja pada masa pencarian jati diri. Fenomena yang nampak akhir-akhir ini seperti perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, reaksi emosional yang berlebihan dan berbagai perilaku yang mengarah kepada kriminal. Terlihat dari beberapa penelitian yang menyatakan bahwa banyak keluhan yang diutarakan oleh remaja, gejala negatif yang terlihat antara lain kurang mandiri dalam belajar yang berakibat pada gangguan mental setelah memasuki perguruan tinggi, karena kebiasaan belajar yang kurang baik yaitu tidak tahan lama, baru belajar setelah menjelang ujian, membolos, menyontek dan mencari bocoran soal ujian. Berdasarkan penelitian Asch dalam Moesono, 2001: 79-87 menunjukkan adanya kecenderungan konformitas pada orang, sehingga keputusan yang dibuat secara individual dapat berubah ketika dipengaruhi kelompok. Keputusan seseorang cenderung bergeser lebih berani kearah putusan yang beresiko karena berada dalam pengaruh keputusan kelompok, dibandingkan keputusan individual. Begitu pentingnya kompetensi interpersonal untuk dimiliki oleh remaja, dari pemaparan di atas, diasumsikan bahwa semakin baik interaksi yang terjadi dalam kelompok teman sebayanya maka akan semakin tinggi kompetensi interpersonal yang dimilikinya. Menurut Hurlock 1991: 213 karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar pengaruhnya daripada pengaruh keluarga. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelaahan lebih lanjut yang berkenaan dengan Kontribusi Konformitas terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa Studi Deskriptif terhadap siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2013 2014. Rizzta Dwi Delviyanti, 2014 Kontribusi Konformitas Terhadap Kompetensi Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012

0 6 47

Hubungan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah, Minat Baca Siswa Dan Iklim Sekolah dengan Prestasi Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII Semester Genap Di SMP Negeri 4 Pringsewu Tahun Ajaran 2009-2010

0 13 13

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 42

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 29 53

PENGARUH PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bandar Lampung)

3 22 35

PENGARUH PENERAPAN MODEL PERAIHAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

JUDUL INDONESIA : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

1 8 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

Pengaruh Model Pembelajaran Joyfull Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Terpadu Kelas IX Di SMP Negeri 1 Punduh Pedada Kab. Pesawaran Tahun Ajaran 2013 – 2014.

4 46 97

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 28 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 54