Pemotongan yang dimaksud di sini adalah pemotongan dalam ukuran yang sebenarnya, sesuai dengan standard yang telah ditentukan.
- Penghalusan permukaan Mesin Thicknesser Setelah dipotong dengan mesin table saw, kayu lalu diketam kembali
sesuai dengan tebal yang diinginkan di mesin thicknesser. Proses pengetaman ini bertujuan untuk lebih menghaluskan permukaan panel.
- Pembentukan Profil Mesin Single Shapper Setelah melalui proses pengetaman, pemotongan maka bahan tersebut
sudah berbentuk komponen dengan ukuran-ukuran yang sesuai dengan ketentuan. Pada bagian pembuatan profil ini panel yang sudah terbentuk
dibentuk profil sisi panjang dan sisi pendeknya dengan menggunakan meisn single sharper.
- Penghalusan sisi Mesin Panel Sander Keempat sisi panel yang dibentuk lalu dihaluskan kembali, sebagai
sentuhan penghalusan akhir sebelum assembly untuk dirakit menjadi solid door.
b. Pembuatan Stile, Rail, dan Mullion
Pembuatan ketiga jenis komponen ini hampir sama. Prosesnya adalah : - Pengetaman keempat Mesin Moulder
Profil yang akan dibentuk di sini adalah profil negative, yaitu dengan menoreh bagian tengah sisi panjangnya, sebagai tempat melekatnya sisi
panel. Pada stile, top, rail, dan bottom rail yang diperoleh adalah bagian
Universitas Sumatera Utara
sisi dalamnya. Sedangkan pada mullion, rail yang berada di tengah, yang ditoreh adalah kedua sisi panjangnya.
c. Rail Lengkung
Khusus untuk pembentukan rail dengan model melengkung tidak lurus, maka prosesnya harus melalui pengeleman terlebih dahulu, baru dipotong dengan
mesin band saw, untuk membentuk lengkung yang diinginkan. Setelah itu dihaluskan kembali dan diberi profil di mesin single sharper.
4. Perakitan
Pada proses assembling perakitan ini dimulai dengan perakitan dowel pada style dan rail bagian bawah dan dilanjutkan dengan komponen lain, berurut
sampai ke bagian atas. Setelah dirakit kemudian daun pintu di press dengan mesin door press table. Selain perakitan dengan dowel ada juga perakitan dengan
mortise namun di PT. Suryamas Lestari Prima lebih banyak menggunakan perakitan dengan dowel.
5. Proses Finishing
Pada prose finishing dilakukan penyisipan atau revisi, pembersihan penghalusan dengan menggunakan kertas pasir dan hand sanders. Selanjutnya
adalah pembersihan debu dengan air gun dan pemberian label sekaligus karton pengaman siku dan terakhir pemberian plastik dan pemanasan plastik sebagai
pembungkus daun pintu. Dan hasil dari bagian finishing ini kemudian dibawa ke bagian pengepakan.
6. Pengepakan
Universitas Sumatera Utara
Proses pengepakan dimulai dengan proses pengetatan plastic dengan menggunakan mesin hot wrapping dan kemudian sebanyak 58 pintu dibundel
untuk pesanan dan grade yang sama dengan menggunakan kawat baja. Setelah itu bundelan tersebut dibawa ke dalam container yang telah disediakan untuk dibawa
ke Pelabuhan Belawan dan kemudian diangkut ke negara-negara yang memesannya.
2.4. Mesin dan Peralatan
PT. Suryamas Lestari Prima menggunakan susunan mesin dan peralatan tipe product layout. Pada tipe ini, mesin dan peralatan yang digunakan disusun
berdasarkan urutan proses atau pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk. Jadi, bahan yang dikerjakan mengalir dari mesin yang pertama
sampai mesin yang terakhir. Perawatan pada mesin dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Perbaikan Langsung Hal ini dilakukan bila terdapat kerusakan pada saat produksi. Pada kondisi
ini, pihak maintenance dari bengkel pabrik langsung memperbaiki mesin tersebut supaya proses produksi dapat berjalan kembali.
2. Pemeliharaan terencana Pemeliharaan ini meliputi :
- Pemeriksaan, yaitu pemeriksaan terhadap peralatan produksi yang dilakukan satu kali dalam seminggu, jika ditemui kerusakan maka
langsung diperbaiki.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Organisasi dan Manajemen
Dalam suatu perusahaan, organisasi dan manajemen mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai target yang sudah disepakati bersama.
2.5.1. Struktur Organisasi
Dengan adanya organisasi setiap tugas dan kegiatan dapat didistribusikan secara teratur, efisien, dan efektif sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
dicapai. Pengorganisasian dari bagian yang berbeda-beda memerlukan struktur organisasi yang dapat mempersatukan sumber daya dengan cara teratur. Struktur
organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-
orang yang berada dalam organisasi untuk mencapai tujuan. Dengan adanya struktur organisasi, diharapkan dapat mengarahkan orang-orang yang berada
dalam organisasi tersebut kepada keadaan sedemikian rupa sehingga mereka dengan baik melaksanakan aktivitas yang mendukung tercapainya sasaran
perusahaan disamping melaksanakan aktivitas masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
KOMISARIS
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR UMUM DAN PERSONALIA
DIREKTUR KEUANGAN DIREKTUR PEMBELIAN
DIREKTUR MARKETING DIREKTUR PRODUKSI
Personalia Umum
Transpotasi Marketing Dokumentasi
Kabag MIS
Kabag F. Control
Kabag Akuntansi
Kabag Bahan Baku
Kabag Material
Quality
Kabag Produksi
Kabag Utilitas
Kabag PPC
Kabag Sawmill
Kabag Lapangan
Kabag Gudang
Pengend. Biaya dan ADM
Gambar 2.3. Struktur Organisasi PT. Suryamas Lestari Prima
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Pembagian Tugas, Wewenang, dan Tanggungjawab
Tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari berbagai jabatan yang terdapat dalam struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.5.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Jumlah tenaga kerja PT. Suryamas Lestari Prima pada akhir tahun 2000 sebanyak 865 orang yang berupa tenaga kerja tetap dan karyawan lepas. Tenaga kerja tetap terdiri
dari staf dan operator. Sedangkan karyawan lepas ini digunakan pada waktu penyelesaian suatu proyek sesuai dengan kontrak. Jika proyek sudah selesai maka ia tidak lagi bekerja
dengan perusahaan itu kecuali ada kontrak baru. Jam kerja di PT. Suryamas Lestari Prima mulai hari senin sampai hari Jumat
adalah 8 jam kerja sedangkan sabtu 6 jam kerja, dan untuk satuan keamanan atau satpam 12 jam sehari.
2.5.4. Sistem Pengupahan, Fasilitas dan Jaminan Karyawan
Sistem pengupahan di PT. Suryamas Lestari Prima diatur berdasarkan status karyawan, yakni karyawan harian, bulanan, dan borongan. Karyawan harian adalah
sebagian dari tenaga kerja langsung sedangkan karyawan bulanan adalah tenaga kerja tidak langsung dan tenaga kerja langsung yang berprestasi baik memepunyai keahlian
khusus serta supervisor. Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja langsung pada bagian sawmill, sebagian pada bagian packing dan sebagian pada bagian laminating.
Pengupahan pada perusahaan terdiri atas :
Universitas Sumatera Utara
1. Upah pokok 2. Tunjangan jabatan
3. Tunjangan transport, makanm premi dan lain-lain. Penetapan upah dilakukan berdasarkan pertimbangan jabatan, keahlian,
kecakapan, prestasi, kerja dari karyawan yang bersangkutan. Pajak atas upah menjadi tanggungjawab karyawan masing-masing. Bagi karyawan yang melakukan kerja lembur
akan mendapatkan upah tambahan yang dihitung berdasarkan tarif lembur TUL. Disamping upah pokok yang diterima karyawan, perusahaan memberikan jaminan
social dan tunjangan kepada karyawan. Adapun tunjangan yang diberikan antara lain : a.
Tunjangan Hari Raya dan Tahun Baru Diberikan kepada karyawan yang sudah bekerja di perusahaan selama 12 bulan atau
lebih, besarnya sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan. Pembayaran THR yang dilakukan selambat-lambatnya 2 minggu sebelum hari raya masing-masing tiba.
b. Biaya pengobatan yang bersifat insidential. c.
Pertanggungan kecelakaan kerja. d. Tunjangan kemalangan, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Sistem Produksi
3.1.1. Defenisi Sistem Produksi
Lintasan produksi adalah penempatan area-area kerja dimana operasi- operasidiatur secara berurutan dan material bergerak secara kontinu melalui operasi
yangterangkai seimbang. Menurut karakteristik proses produksinya, lini produksi dibagi menjadi dua
3
3
Teguh Baroto. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002 h. 192.
. 1. Lini pabrikasi, yaitu lintasan produksi yang terdiri dari sejumlah operasi yangbersifat
membentuk atau mengubah bentuk benda kerja. 2. Lini perakitan, yaitu lintasan produksi yang terdiri dari sejumlah operasiperakitan
yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dan digabungkan menjadibenda assembly atau subassembly.
Persyaratan yang harus diperhatikan untuk menunjang kelangsungan lintasanproduksi antara lain sebagai berikut.
1. Pemerataan distribusi kerja yang seimbang di setiap stasiun kerja yang terdapat di dalam suatu lintasan produksi pabrikasi atau suatu lintasan perakitan yang
bersifat manual. 2. Pergerakan aliran benda kerja yang kontinu pada kecepatan yang seragam.Alirannya
tergantung pada waktu operasi. 3. Arah aliran material harus tetap sehingga memperkecil daerah penyebaran
danmengurangi waktu menunggu karena keterlambatan benda kerja.
Universitas Sumatera Utara
4. Produksi yang kontinu guna menghindari adanya penumpukan benda kerja dilain tempat sehingga diperlukan aliran benda kerja pada lintasan produksi secarakontinu.
3.2. Keseimbangan Lintasan
3.2.1. Pengertian Keseimbangan Lintasan
Keseimbangan lintasan adalah suatu rangkaian beberapa operasi yang saling bergantungan dengan waktu pelaksanaan yang sama atau hampir sama, sehingga proses
produksi dari suatu operasi berikutnya berjalan lancar dengan kecepatan yang tetap. Dalam keseimbangan lintasan, terdapat sejumlah area kerja yang dinamakan stasiun kerja
yang ditangani oleh seorang atau lebih operator dan ada kemungkinan ditangani dengan menggunakan bermacam-macam alat.
4
Pembuatan suatu produk pada umumnya dilakukan melalui beberapa tahapanproses produksi pada beberapa departemen berupa aliran proses produksi.
Aliranproses produksi di sini adalah yang diperlukan untuk memindahkan elemen- Kriteria umum keseimbangan lintasan produksi adalah memaksimumkanefisiensi
atau meminimumkan balance delay. Tujuan pokok dari penggunaan metodeini adalah untuk meminimumkan waktu menganggur idle time pada lintasan yangditentukan oleh
operasi yang paling lambat. Tujuan perencanaan keseimbangan lintasan adalah mendistribusikan unit-
unitkerja atau elemen-elemen kerja pada setiap stasiun kerja agar waktu menganggur daristasiun kerja pada suatu lintasan produksi dapat ditekan seminimal mungkin
sehinggapemanfaatan peralatan maupun operator semaksimal mungkin.
4
Rosnani Ginting. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.2007 h. 205
Universitas Sumatera Utara
elemenproduksi, seperti bahan atau material, part, dan orang mulai dari awal proses sampaiproduk yang dikehendaki melalui lintasan produksi.
3.2.2. Permasalahan Keseimbangan Lintasan
Permasalahan pada lintasan produksi banyak terjadi pada proses perakitan dibandingkan dengan proses pabrikasi. Dalam pabrikasi, part-part
biasanyamembutuhkan mesin-mesin berat dengan waktu siklus yang panjang. Bila beberapaoperasi dengan peralatan yang berbeda dibutuhkan secara proses seri, maka akan
sulituntuk menyeimbangkan panjangnya waktu siklus mesin yang pada akhirnya akanmenghasilkan rendahnya penggunaan kapasitas. Gerakan kontinu lebih dapat
dicapaidengan operasi yang dilakukan secara manual jika operasi tersebut dapat dibagi- bagimenjadi pekerjaan-pekerjaan kecil dengan waktu yang sangat pendek. Semakin
besarfleksibilitas dalam mengkombinasikan tugas-tugas tersebut, semakin tinggi puladerajat keseimbangan yang dapat dicapai
5
1. Elemen simbol adalah lingkaran dengan nomor elemen dikandung di dalamnya. Elemen akan diberi nomor berurutan untuk menyatakan identifikasi.
. Precedence diagram dapat disusun dengan menggunakan dua simbol dasar:
Gambar 3.1. Bentuk Elemen Simbol
2. Hubungan antar simbol
5
Arman Hakim Nasution. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Surabaya: Guna Widya, 1999 h. 328.
1
Universitas Sumatera Utara
Biasa menggunakan anak panah untuk menyatakan hubungan dari elemen simbol yang satu terhadap elemen simbol yang lain. Precedence dinyatakan dengan perjanjian
bahwa elemen pada ekor anak panah harus mendahului elemen pada kepala panah.
Gambar 3.2. Hubungan Antar Simbol
Gambar 3.2. menunjukkan bahwa elemen A harus mendahului precedence elemen B. Dan elemen B harus mendahului elemen C.
3.2.2.2. ZoningConstrain
Selain Precedence Constraint, pengalokasian elemen-elemen kerja pada stasiun- stasiun kerja juga dibatasi oleh Zoningconstraint yang menghalangi atau mengharuskan
pengelompokan elemen kerja tertentu pada stasiun tertentu. Zoningconstraint yang negatif menghalangi pengelompokan elemen kerja pada stasiun yang sama, sebagai
contoh pengelompokan pada satu stasiun kerja yang sulit. Sebaliknya Zoningconstraint yang positif menghendaki pengelompokan elemen-elemen pada satu stasiun sebagai
alasan untuk penggunaan peralatan yang mahal.
3.2.3. Beberapa Teknik Line Balancing
Untuk penyeimbangan lintasan perakitan ada beberapa teori yangdikemukakan para ahli yang meneliti bidang ini. Metode ini secara garis besar dibagidalam dua bagian,
yaitu : A
B C
Universitas Sumatera Utara
1. Pendekatan analitis 2. Pendekatan heuristik
Pada awalnya teori-teori line balancing dikembangkan dengan pendekatan matematisanalitis yang akan memberikan solusi optimal, tapi lambat laun akhirnyapara
peneliti menyadari bahwa pendekatan secara matematis tidak ekonomis.Memang semua problem dapat dipecahkan secara matematis, tetapi usaha yangdilakukan untuk
perhitungan terlalu besar. Sudah banyak alternatif baru, tetapi tidakada yang dapat mengurangi jumlah perhitungan pada tingkat yang dapat diterima.Hal tersebut membuat
para ahli mengembangkan metode heuristik. Metode inididasarkan atas pendekatan matematis dan akal sehat. Batasan heuristik menyatakanpendekatan trial dan eror dan
teknik ini memberikan hasil yang secara matematisbelum optimal tetapi cukup mudah memakainya. Usaha yang dikeluarkan untukperhitungan agar mendapatkan solusi yang
optimal seringkali sangat besar dan sangatriskan apabila data yang dimasukkan tidak akurat
6
hasil dari fase 1. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada fase 2 ini adalah .
3.2.3.2. Metode Moodie Young
Metode ini terdiri dari 2 fase. Fase pertama adalah membuat pengelompokanstasiun kerja. Elemen kerja ditempatkan pada stasiun kerja dengan aturan,
bilaterdapat dua elemen kerja yang bisa dipilih maka elemen kerja yang mempunyaiwaktu yang lebih besar ditempatkan yang pertama. Pada fase ini pula,
precedencediagram dibuat matriks P dan F, yang menggambarkan elemen kerja pendahulu Pdan elemen kerja yang mengikuti F untuk semua elemen kerja yang ada.
Pada fase kedua dilakukan redistribusi elemen kerja ke setiap stasiun kerja
6
J.F.H.Sawyer. Line Balancing. London: The Machinery Publishing Co.ltd.1970 hal 36
Universitas Sumatera Utara
sebagai berikut : 1. Identifikasi waktu stasiun kerja terbesar dan waktu stasiun kerja terkecil.
2. Tentukan GOAL, dengan rumus :
���� = ������� max − � ������ ���
2
3. Identifikasi sebuah elemen kerja yang terdapat dalam stasiun kerja denganwaktu paling besar, yang mempunyai waktu yang lebih kecil daripada GOAL,yang elemen
kerja tersebut bila dipindah ke stasiun kerja yang minimum tidakmelanggar precedence diagram.
4. Pindahkan elemen kerja tersebut. 5. Ulangi evaluasi sampai tidak ada lagi elemen kerja yang dapat dipindah.
3.3. Pengukuran Waktu
Time Study
Pengukuran kerja merupakan kegiatanyang dilakukan untuk mengamati pekerjaan dan mencatat waktu kerja dengan menggunakan alat yang sesuai. Waktu yang diukur
adalah waktu siklus dari pekerjaan itu yaitu waktu penyelesaian dalam satuan waktu mulai dari bahan baku, diperoses hingga menjadi produk jadi. Pengukuran waktu kerja ini
akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menekan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku tersebut merupakan waktu yang
dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja yang terbaik
7
Hasil pengukuran waktu kerja digunakan untuk berbagai perencanaan dan pengambilan keputusan dalam perusahaan, antara lain:
.
7
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja.hal. 118.
Universitas Sumatera Utara
1. Penentuan perencanaan dan penjadwalan kerja. 2. Penentuan biaya standar dan sebagai bantuan dalam penentuan anggaran.
3. Perkiraan biaya produk sebelum memproduksi. 4. Penentuan keefektifan mesin, jumlah mesin yang dapat dioperasikan oleh seorang
operator dan sebagai bantuan dalam menyeimbangkan jalur perakitan. 5. Penentuan waktu standar digunakan sebagai dasar dalam pembayaran insentif gaji
pekerja langsung dan pekerja tidak langsung. 6. Waktu standar digunakan sebagai dasar pengendalian biaya tenaga kerja.
3.3.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu
Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut
8
1. Penetapan tujuan pengukuran :
Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian
dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. 2. Melakukan penelitian pendahuluan
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku yang
ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak akan benar apabila metoda untuk melaksanakan pekerjaan tersebut berubah, material yang dipergunakan sudah tidak
lagi sesuai dengan spesifikasi semula, kecepatan kerja mesin atau proses produksi lainnya berubah pula, atau kondisi-kondisi kerja lainnya sudah berbeda dengan
8
Sutalaksana, Z. I., A. Ruhana, dan J. H. Tjakraatmadja, Teknik Tata Cara Kerja. Hal. 119
Universitas Sumatera Utara
kondisi kerja pada saat waktu baku tersebut ditetapkan jadi waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu sistem kerja yang dijalankan pada
saat pengukuran berlangsung sehingga waktu penyelesaian tersebut juga hanya berlaku untuk sistem kerja tersebut.
3. Memilih operator Operator yang melakukan pekerjaan harus memenuhi persyaratan tertentu agar
pengukuran dapat berjalan baik. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Operator yang dipilih adalah pekerja yang pada saat
pengukuran dilakukan dapat bekerja secara wajar dan operator mampu bekerja sama dengan pengamat tidak terpengaruh dengan kehadiran si pengamat.
4. Melatih operator Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan latihan
bagi operator tersebut, terutama jika kondisi dan cara kerja yang digunakan tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator.Hal ini terjadi jika pada saat penelitian
kondisi kerja atau cara kerja sudah mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur harus terbiasa dengan
kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan. 5. Menguraikan pekerjaan atas elemen pekerjaan
Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang akan diukur waktu
siklusnyanya. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan.
6. Menyiapkan alat-alat pengukuran
Universitas Sumatera Utara
Setelah lima langkah diatas dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
Alat-alat tersebut adalah : a. Jam henti
b. Lembaran-lembaran pengamatan c. Pena atau pensil dan Papan pengamatan
3.3.4. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari lapangan penelitian telah mencukupi untuk digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada. Misalkan serangkaian pengukuran pendahuluan telah dilakukan dan hasil pengukuran ini dapat dikelompokkan ke dalam N sampel, dimana
9
9
Wignjosoebroto. Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Hal. 182.
: N =jumlah pengamatan pendahuluan
N = Jumlah pengamatan yang diperlukan σ = Standar deviasi data pengamatan
Dengan menetapkan tingkat keyakinan 95 dan tingkat ketelitian 5 maka formulasi yang digunakan adalah:
� �
= �95
0.05 =
2 0.05
= 40
Besarnya pengamatan yang dibutuhkan N adalah:
Universitas Sumatera Utara
�′ = ⎣
⎢ ⎢
⎡40���∑ �
2
� − ∑ �
2
∑ � ⎦
⎥ ⎥
⎤
2
Untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan, hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan
ialah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan kepercayaan yang digunakan.
Jika diperoleh dari pengujian tersebut ternyata N’ N, maka diperlukan pengukuran tambahan, tapi jika N’ N maka data pengukuran pendahuluan sudah
mencukupi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Suryamas Lestari Primaberalamat di Jalan Batang Kuis Km 5,5 No 18, Tanjung Morawa. PT. Suryamas Lestari Prima bergerak dibidang
produksi daun pintu. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014 hingga Oktober 2014.
4.2. Jenis Penelitian
10
Penelitian ini bertujuanuntuk mencari keseimbangan lintasan produksi proses pembuatan daun pintu colonial 8p. Dalam penelitian ini diukur waktu elemen kerja pada
proses produksi daun pintu, yang digunakan untuk mencari waktu baku pekerjaan. Setelah itu, ditentukan waktu siklus yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
work center. Tahap berikutnya ialah pembentukan precedence diagram untuk melihat keterkaitan dan urutan antar elemen kerja. Kemudian ditetapkan zoning constraint untuk
melihat kondisi yang harus dipenuhi dalam pengalokasian elemen kerja . Dengan melihat faktor-faaktor tersebut, dibuat keseimbangan lintasan dengan menggunakan metode
.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta
dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.
4.3. Kerangka Berpikir