commit to user
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Di Indonesia terdapat beberapa batuan yang mengandung senyawa karbonat, antaralain: batu kapur, batu kapur kerang dan batu kapur magnesia. Batu kapur
merupakan salah satu bahan galian industri yang potensinya sangat besar dengan cadangan diperkirakan lebih dari 28 milyar ton yang tersebar di seluruh daerah di
Indonesia [NI-7,1979]. Batu kapur merupakan jenis batuan sedimen sedimentary rock yang
mengandung senyawa karbonat atau organik. Pada umumnya batu kapur yang banyak terdapat adalah batu kapur yang mengandung kalsit. Batu kapur memiliki
warna putih, putih kekuningan, abu-abu hingga hitam. Pembentukan warna ini tergantung dari campuran yang ada dalam batu kapur tersebut, misalnya:
lempung, kwarts, oksida besi, mangan dan unsur organik. Batu kapur dapat terbentuk dari sisa-sisa kerang di laut maupun dari proses presipitasi kimia. Berat
jenis dari batu kapur berkisar 2,6-2,8 dalam keadaan murni dengan bentuk kristal kalsit CaCO3, sedangkan berat volumenya berkisar 1,7-2,6 grcm3. Jenis batuan
karbonat dapat di bagi menjadi 2 bagian utama, yaitu: batu kapur limestone dan dolomit dolostone. Suatu batuan disebut batu kapur apabila mengandung kalsit
CaCO3 _ 90 dan disebut dolomit apabila mengandung dolomit CaMgCO3 _ 90 [Boggs, 1987] dalam I. M. Alit K. Salain 2009.
Potensi batu kapur Limestone yang diambil dari Bukit Sebun Ipil desa Kutampi Kaler kecamatan Nusa Penida kabupaten Klungkung sebagai agregat perkerasan
jalan. dengan hasil penelitian agregat batu kapur Nusa Penida cukup baik untuk bahan campuran perkerasan jalan, baik untuk lapisan pondasi bawah, pondasi atas
dan lapis campuran perkerasan jalan. Dilihat dari sifat fisik agregat yaitu berat jenis 2,6 grcm, abrasi 27,3 , soundness 5,9, dan kelekatan terhadap aspal
commit to user
90 masih dalam batas rentang baku mutu standar Bina Marga Negara dan Putra, 2010.
Lapisan perkerasan jalan ialah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar subgrade yang telah menjalani proses pemadatan dan bertujuan untuk
mendukung beban lalu lintas dan meratakannya ke badan jalan agar tanah dasar tak menerima beban yang melebihi daya dukung tanah yang diijinkan. Tujuan dari
pembuatan lapis perkerasan jalan adalah agar dicapai suatu kekuatan tertentu sehingga mampu mendukung beban lalu lintas dan dapat menyalurkan serta
menyebarkan beban roda-roda kendaraan yang diterima ke tanah dasar. Sukirman, 1993.
Material struktur lapis perkerasan, seperti lapis pondasi base course, lapis pondasi-bawah subbase course, dan lapis permukaan harus terdiri dari campuran
material granuler. Struktur pembentuk perkerasan yang stabil secara mekanis, umumnya terdiri dari campuran agregat kasar kerikil, batu pecah, slag dan
sebagainya, agregat halus abu batu, pasir dan sebagainya, lanau, lempung, yang dicampur dengan proporsi tertentu dan dipadatkan dengan baik, Hardiyatmo,
2010. Direktorat Jenderal Bina Marga 1992 menjelaskan lapis pondasi harus
mempunyai kualitas lebih tinggi dari tanah dasar. Ada dua mutu yang berbeda dari lapis pondasi agregat yaitu kelas A dan kelas B. Umumnya lapis pondasi kelas A
ialah mutu lapisan pondasi untuk permukaan dibawah lapis permukaan, dan lapis pondasi kelas B ialah untuk lapis pondasi bawah. Sedangkan sifat material yang
disyaratkan harus bebas dari benda-benda organis dan gumpalan lempung atau benda lain yang tidak berguna.
Dr. Ir. L. D. Weasley 1997 mengemukakan bahwa cara CBR dikembangkan oleh
California Street Highway Department sebagai cara untuk menilai kekuatan tanah
dasar jalan subgrade. Kemudian cara ini dipakai dan dikembangkan lebih lanjut,
commit to user
terutama oleh U.S.Army Corps Engineers. Dengan cara ini suatu percobaan penetrasi disebut percobaan CBR dipergunakan untuk menilai kekuatan tanah
dasar dan bahan lain yang hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan. Jadi dianggap bahwa suatu bahan dengan niali CBR tertentu tidak boleh kurang dari
suatu angka tertentu. Nilai CBR yang diperoleh kemudian dipakai untuk menentukan tebal perkerasan.
Vertikal Modulus of subgrade reaction k
v
, didefinisikan sebagai nilai banding antara unit tegangan reaksi tanah terhadap penurunan yang terjadi. Vertikal
Modulus of subgrade reaction k
v
, digunakan dalam perhitungan pondasi elastik, yaitu pondasi yang dianggap berperilaku elastik pada saat menerima pembebanan
Daud, dkk.,2009.
2.2 Dasar Teori