Aspek Fisik Kota Surakarta Sejarah Kota Surakarta

commit to user 39

BAB III IDENTIFIKASI DATA

A. Objek Perancangan

1. Aspek Fisik Kota Surakarta

Nama Kota : Surakarta Koordinat : 110 45` 15 - 110 45` 35 Bujur Timur dan 70` 36 - 70` 56 Lintang Selatan Luas Wilayah : 44 Km 2 Pemerintahan : Balaikota Surakarta, Komplek Balaikota Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta Pembagian wilayah : Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan dan Kecamatan Lawiyan. Gbr. 1. Peta Kota Surakarta Sumber: www.wikipedia.com , 2008 Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan commit to user 40 pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut. Pemerintah Kota Surakarta, 2005:21. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh tiga aliran sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangan. Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau bergantian sepanjang enam bulan. Suhu udara maksimum kota Surakarta adalah 32,5 derajat Celsius, sedang suhu udara minimum adalah 21,9 derajat Celsius. Rata- rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat. Pemerintah Kota Surakarta, 2005:27.

2. Sejarah Kota Surakarta

Sejarah kelahiran Kota Surakarta Solo dimulai pada masa pemerintahan Raja Paku Buwono II di Kraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi pemberontakan Mas Garendi Sunan Kuning dibantu kerabat-kerabat Keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono II yang mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah satu pendukung pemberontakan ini adalah Pangeran Sambernyowo RM Said yang merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh keraton Kartosuro kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Paku Buwono mengungsi kedaerah Jawa Timur Pacitan dan Ponorogo. commit to user 41 Dengan bantuan pasukan Kumpeni dibawah pimpinan Mayor Baron Van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo pemberontakan berhasil dipadamkan. Setelah tahu Keraton Kartosuro dihancurkan Paku Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung Tirtowiguno, Tumenggung Honggowongso, dan Pangeran Wijil untuk mencari lokasi ibu kota Kerajaan yang baru. Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan supranatural, Paku Buwono II memilih desa Sala - sebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo- sebagai daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru. Sejak saat itulah, desa sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Melihat perjalanan sejarah tersebut, nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta Solo pada masa dahulu sangat dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, juga oleh kolonialisme Belanda Benteng Verstenberg. Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi melalui Pasar Gedhe Hardjonagoro. Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran. Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor 16SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 commit to user 42 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta http:surakarta.go.id.

3. Data Kunjungan Wisatawan di Kota Surakarta