ternak sapi adalah sistem semi intensif, dimana dilakukan pada pagi hari jam 10.00
– 16.00 ternak digiring ke padang penggembalaan dengan sistem penggembalaan bergilir. Pada sore hari ternak digiring kembali ke kandang dan
diberi pakan hijauan rumput potong rumput gajah. Kegiatan pembersihan kandang dilakukan pada pagi hari, kotoran ternak ditampung pada lubang yang
telah disediakan sebagai tempat penampungan kotoran. Usaha pengembangan sapi potong ini dapat diintegrasikan dengan usaha pemanfaatan kotoran sapi menjadi
pupuk organik Rusmadi, 2007. Pemanfaatan pupuk yang berasal dari kotoran sapi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Sistem penggembalaan adalah pemeliharaan ternak sapi potong yang dilaksanakan dengan cara ternak digembalakan di suatu padang penggembalaan
yang luas, terdiri dari padang penggembalaan rumput dan leguminose. Keuntungannya yaitu: 1. Hemat biaya dan tenaga, 2. Mengurangi penggunaan
feed supplement protein, 3. Menyebarkan pupuk, 4. Tidak memerlukan kandang khusus, dan kekurangannya adalah a. Harus memiliki lahan yang cukup luas, b.
Pada saat kemarau kekurangan pakan baik dari kuantitas dan kualitasnya, c. Memerlukan tempat berteduh dan sumber air, d. Banyak mengeluarkan energi
karena ternak harus jalan, e. Produktivitas ternak kurang maksimal dengan lama penggemukan 8-10 bulan Sugeng, 2003.
2.4 Komposisi Botani
Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 rumput dan 50 legume. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki
oleh suatu padangan adalah 70 – 80 untuk kadar air dan bahan keringnya 20 –
30 Susetyo, 1980. Alat yang digunakan dalam metode ini adalah kuadran persegi yang
berukuran 1 m x 1 m. Metode pengukuran kualitas hijauan untuk komposisi botani yaitu dengan menggunting atau disabit sebagian pasture kemudian
dianalisis untuk mendapatkan berapa banyak bahan kering, lemak kasar ataupun nutrien
– nutrient yang lainnya yang disajikan dalam penggembalaan. Reksohadiprodjo, 1994.
2.5 Kualitas Hijauan Pada Padang Penggembalaan
Kualitas hijauan ditentukan dengan analisis nilai nutrien meliputi bahan kering BK, protein kasar CP, energy E, serat kasar SK, kalsium Ca, abu
fosfor P.
2.5.1 Bahan Kering BK
Dry matter atau bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air, dalam analisa ini
menggunakan alat yang berupa oven 105 C, timbangan analitik, cawan porselin,
eksikator dan penjepit. Masing – masing dari alat ini mempunyai fungsi sesuai
dengan kebutuhan dalam analisa bahan kering seperti misalnya cawan porselin digunakan untuk tempat sampel yang akan dianalisa setelah penimbangan. Oven
digunakan untuk memanaskan sampel yang bertujuan untuk menghilangkan kadar
air. Pada prinsipnya dalam analisa bahan kering ini adalah dengan pemanasan menggunakan oven 105
C selama 4 jam dengan sampel 1-2 gram diharapkan kadar air dalam bahan pakan akan menguap sehingga yang tersisa hanyalah bahan
kering dan cawan. Untuk mendapatkan hasil dari bahan kering makan bahan kering dan oven dikurangi dengan berat cawan pertama kali ditimbang sebelum
diberi sampel.
2.5.2 Bahan Organik BO
Bahan organik utamanya berasal dari golongan karbohidrat, yaitu BETN dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri
untuk menghasilkan asam laktat. Bahan organik yang terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan
anorganik seperti kalsium, phospor, magnesium, kalium, natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis proximat dan
analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di laboratorium
dengan teknik dan alat yang spesifik.
2.5.3 Protein Kasar PK
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan
nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16 nitrogen. Kelemahan
analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan