Komposisi Botani Penentuan Kapasitas Tampung

air. Pada prinsipnya dalam analisa bahan kering ini adalah dengan pemanasan menggunakan oven 105 C selama 4 jam dengan sampel 1-2 gram diharapkan kadar air dalam bahan pakan akan menguap sehingga yang tersisa hanyalah bahan kering dan cawan. Untuk mendapatkan hasil dari bahan kering makan bahan kering dan oven dikurangi dengan berat cawan pertama kali ditimbang sebelum diberi sampel.

2.5.2 Bahan Organik BO

Bahan organik utamanya berasal dari golongan karbohidrat, yaitu BETN dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat. Bahan organik yang terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan anorganik seperti kalsium, phospor, magnesium, kalium, natrium. Kandungan bahan organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis proximat dan analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik.

2.5.3 Protein Kasar PK

Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16 nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa kadar nitrogen protein 16, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak selalu 16 Sutardi, 2009. Senyawa-senyawa non protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya. Sintesis protein dalam rumen tergantung jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Jika konsumsi N makanan rendah, maka N yang dihasilkan dalam rumen juga rendah. Jika nilai hayati protein dari makanan sangat tinggi maka ada kemungkinan protein tersebut didegradasi di dalam rumen menjadi protein berkualitas rendah Tillman at al., 1998.

2.5.4 Serat Kasar

Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman Anggorodi, 1994. Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya kadar serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen. Cairan retikulorumen mengandung mikroorganisme, sehingga ternak ruminasia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi Tillman at al., 1998. Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar Soejono, 2004.

2.5.5 Gross Energi GE

Gross energi didefinisikan sebagai energi yang dinyatakan dalam panas bila suatu zat dioksider secara sempurna menjadi karbondioksida dan air. Tentu saja karbondioksida dan air ini masih mengandung energi, akan tetapi dianggap mempunyai tingkat nol karena hewan sudah tidak bisa memecah zat melebihi karbondioksida dan air. Gross energi diukur dengan alat bomb kalorimeter. Besarnya energi bruto bahan pakan tidak sama tergantung dari macam nutrient dan bahan pakan Sutardi, 2004. Energi total makanan adalah jumlah energi kimia yang ada dalam makanan, dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan. Panas ini diketahui sebagai sumber energi total atau panas pembakaran dari makanan, bomb kalorimeter digunakan untuk menentukan energi total dan sampel makanan dipijarkan dengan aliran listrik. Metode ini dipakai untuk energi total makanan dan produk ekskreta Tillman, 1993. Suatu nutrien organik dibakar sempurna sehingga menghasilkan oksida CO 2 dan air, maka panas yang dihasilkan disebut energi bruto. Guna menentukan besarnya energi bruto bahan pakan dapat digunakan suatu alat bom kalorimeter. Besarnya nilai energi bahan pakan tidak sama tergantung dari macam nutrien dan bahan pakan Soejono, 2004. Analisis kadar energi adalah usaha untuk mengetahui kadar energi bahan baku pakan, dalam analisis biasanya ditentukan energi bruto lebih dahulu dengan membakar sejumlah bahan pakan sehingga diperoleh hasil-hasil oksidasi yang berupa karbondioksida, air dan gas lainnya. Penentuan energi bruto menentukan jumlah energi kalori dalam bahan baku pakan yang dianalisis Prasetyastuti, 1988. Energi adalah sumber utama bagi proses metabolisme dalam tubuh ternak, baik untuk hidup pokok dan produksi. Kekurangan energi akan menghambat pertumbuhan, dewasa kelamin, pada sapi laktasi dapat menyebabkan produksi, bobot badan dan gangguan reproduksi Sutardi, 2004.

2.6 Penentuan Kapasitas Tampung

Daya tampung atau kapasitas tampung carrying capacity adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar Reksohadiprodjo, 1994. Menurut Parakkasi 1999 konsumsi bahan kering satu ekor sapi per hari sebesar 3 dari bobot badan. Satu satuan ternak ST setara dengan satu ekor sapi seberat 455 kg Santosa, 1995. Semakin besar tingkat produksi hijauan per satuan luas lahan, maka akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk menampung sejumlah ternak. Pada padang penggembalaan yang baik biasanya mampu menampung sebanyak 2,5 SThathn. Hal ini sesuai dengan pendapat Susetyo 1980 yang menyatakan beberapa padang penggembalaan yang baik mempunyai kapasitas tampung 0,4 hektar untuk 1 ST atau satu hektar lahan dapat menampung 2,5 STthn. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kapasitas tampung menurut Subagio dan Kusmartono 1988 yaitu : 1. Penaksiran Kuantitas Produksi Hijauan Umumnya dilakukan dengan metode cuplikan dengan memakai kuadran berukuran 1 x 1 m dengan bentuk persegi. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan secara acak. Hijauan yang terdapat di areal kuadran dipotong lebih kurang 5 – 10 cm diatas permukaan tanah dan ditimbang beratnya. 2. Penentuan Proper Use Factor Konsep Proper Use Factor PUF besarnya tergantung pada jenis ternak yang digembalakan, spesies hijauan di padangan, tipe iklim setempat serta kondisi tanah padangannya.

2.7 Kemampuan Klass Pastural

Daya tampung padang penggembalaan tergantung pada kemiringan lahan, jarak dengan sumber air, kecepatan pertumbuhanproduksi tanaman pakan, kerusakan lahan, ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi, nilai nutrisi pakan, variasi musim, keadaan ekologi padang penggembalaan Susetyo, 1980. Kelerengan dinyatakan dalam persentase dan dikelompokkan dalam kelas-kelas datar sampai agak datar 0-8, berombak sampai bergelombang 9-15, bergelombang 15 - 40 dan berbukitbergunung 40 Hakim, 1986. Menurut Arismunandar 1983 tekstur dinyatakan berdasarkan bandingan dalam bahan organik, fraksi pasir, debu dan liat dan untuk tanah mineral dikelompokkan dalam kelas-kelas berpasir, berlempung, berliat dan berdebu. Sedangkan tanah gambut dibagi menjadi dangkal 2m dan gambut dalam 2m. Kemiringan lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng semuanya akan mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kemiringan lereng dapat dilihat dari peta topografi dan peta tanah. Kemiringan suatu lereng dikelompokkan sebagai berikut : datar 0 – 3, landai atau berombak 3 - 8, agak miring atau bergelombang 8 - 15, miring atau berbukit 15 - 30, agak curam 30 - 45, curam 45 - 65, sangat curam lebih dari 65 Jamulya dan Sunarto, 1991.

2.8 Karakteristik Sapi Bali

Indonesia memiliki sumber plasma nutfah ternak terbaik di dunia, Salah satunya adalah sapi bali yang merupakan sapi potong asli Indonesia hasil domestikasi dari banteng Bibos banteng. Sapi bali dikenal juga dengan nama Balinese cow yang kadang-kadang disebut juga dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bos taurus atau Bos indicus. Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi bali diklasifikasikan ke dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos. Sapi bali terkenal karena keunikan dan keunggulannya dibanding sapi jenis lain. Sapi bali memiliki banyak sifat unggul diantaranya reproduksi sangat baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang sangat ekstrim, tahan terhadap penyakit, memiliki daya cerna yang baik terhadap pakan dan persentase karkas yang tinggi. Tidak heran bila sapi bali merupakan jenis sapi terbaik diantara sapi- sapi yang ada di dunia Djagra, 2009 .