3. Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang.
4. Badan padat dengan dada yang dalam.
5. Tidak berpunuk dan seolah-olah tidak bergelambir
6. Kakinya ramping, agak pendek menyerupai kaki kerbau.
7. Pada tengah-tengah median punggungnya selalu ditemukan bulu hitam
membentuk garis garis belut memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
8. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam
9. Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya
untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam.
2.8.2 Pertambahan Bobot Badan
Bobot badan sapi bali sangat responsif terhadap usaha-usaha perbaikan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah jenis
kelamin, perlakuaan,lingkungan dan faktor keturunan. Pada umur 1,5 tahun bobot sapi bali jantan mencapai 217,9 kg. Apabila disertai dengan pemberian konsentrat
tinggi maka kenaikan bobot badannya dapat mencapai 0,87 kg per hari. Sapi bali memiliki kemampuan untuk mempertahankan kondisi dan bobot badannya
meskipun dipelihara di padang gembalaan yang kualitasnya rendah. Disamping itu, kemampuannya mencerna serat dan memanfaatkan protein pakan lebih baik
daripada sapi lainnya. Hardjosubroto dan Astuti, 1993
2.8.3 Reproduksi
Umur dewasa kelamin sapi bali rata-rata 18-24 bulan untuk betina dan 20- 26 bulan untuk jantan Payne dan Rollison, 1973; Pane, 1991, umur kawin
pertama betina 18-24 bulan dan jantan 23-28 bulan, beranak pertama kali 28-40 bulan dengan rataan 30 bulan Sumbung et al., 1978 dengan lama bunting 285-
286 hari Darmadja dan Suteja, 1975 dan jarak beranak 14-17 bulan Darmadja dan Sutedja, 1976 dengan persentase kebuntingan 80-90 dan persentase
beranak 70-85 Pastika dan Darmadja, 1976; Pane, 1991. Rata-rata siklus estrus adalah 18 hari, pada sapi betina dewasa muda berkisar antara 20
– 21 hari, sedangkan pada sapi betina yang lebih tua antara 16-23 hari Pane, 1979 selama
36 – 48 jam birahi dengan masa subur antara 18 – 27 jam Pane 1979; Payne,
1971 dan menunjukkan birahi kembali setelah beranak antara 2-4 bulan Pane, 1979.
Sapi bali menunjukkan estrus musiman seasonality of oestrus, 66 dari sapi bali menunjukkan estrus pada bulan Agustus
– januari dan 71 dari kelahiran terjadi bulan Mei
– Oktober dengan sex ratio kelahiran jantan : betina sebesar 48,06 : 51,94 Pastika dan Darmadja, 1976. Persentase kematian
sebelum dan sesudah disapih pada sapi bali berturut-turut adalah 7,03 dan 3,59 Darmadja dan Suteja, 1976. Persentase kematian pada umur dewasa
sebesar 2,7 Sumbung et al., 1976.