Polymerase Chain Reaction PCR
Handoyo dan Rudiretna, 2001. Enzim yang paling sering digunakan yaitu taq polymerase
yang diisolasi dari bakteri Thermus aquaticus, bakteri ini dapat bertahan pada tahap denaturasi dengan temperatur 95ºC dalam waktu 1-2 menit
dan memiliki waktu paruh lebih dari 2 jam pada suhu ini Turner et al., 2005. Langkah awal metode PCR yaitu mengisolasi sampel DNA dari bahan klinis
atau menggunakan jaringan yang disimpan pada parafin, kemudian dilakukan proses amplifikasi DNA yang telah diisolasi. Pada prinsip kerja teknik PCR
terdapat beberapa tahap amplifikasi, antara lain denaturasi, primer annealing dan elongasi polimerisasi Novel dkk., 2011. Tahap awal amplifikasi yaitu
denaturasi, pada tahap ini terjadi proses perubahan untaian DNA ganda menjadi untaian DNA tunggal dengan menggunakan suhu 95ºC dan biasanya dilakukan
dalam waktu 60 detik Turner et al., 2005. Untaian ganda DNA template tersebut dipisahkan dengan denaturasi termal dan kemudian dilakukan pendinginan agar
mencapai suhu tertentu yang diinginkan, sehingga memberi waktu untuk primer dapat menempel annealing pada daerah tertentu dari DNA target Handoyo dan
Rudiretna, 2001. Penempelan primer merupakan tahap kedua dari prinsip kerja PCR yang dilakukan pada suhu 55ºC dalam waktu 30 detik Turner et al., 2005.
Suhu penempelan primer bergantung pada kandungan GC dan T
m
ºC dari primer yang didesain Borah, 2011. Tahap ketiga yaitu tahap elongasi atau polimerisasi
yang dilakukan pada suhu 72ºC dalam waktu 60-90 detik, agar tahap polimerasi dapat berjalan lebih optimal maka digunakan dNTPs dan Mg
2+
dalam campuran reaksinya Turner et al., 2005. Pada tahap elongasi atau polimerisasi digunakan
enzim DNA polimerase yang berfungsi untuk memperpanjang primer dengan
adanya dNTPs dATPs, dCTPs, dGTPs dan dTTPs dan buffer yang sesuai Handoyo dan Rudiretna, 2001. Pada teknik PCR umumnya dilakukan dalam
siklus 20-45 sesuai kebutuhan. Kemudian diakhir tahap reaksi dilakukan pendinginan pada suhu kamar 4ºC bergantung pada aplikasi dan jenis cycler yang
digunakan McPherson dan Moller, 2006. Metode PCR tidak sepenuhnya efisien, maka dari itu perlu dilakukan
pengembangan variasi metode PCR untuk meningkatkan efisiensinya. Beberapa modifikasi PCR yang dapat dilakukan untuk pengembangannya antara lain
Multiplex PCR, Nested PCR, Reverse Transcriptase PCR dan Real-time PCR
Turner et al., 2005. Nested PCR digunakan saat dalam proses deteksi memungkinkan untuk mengurangi kontaminasi pada produk selama proses
amplifikasi berlangsung dari penyatuan primer yang tidak diperlukan. Metode ini menggunakan dua set primer untuk mendukung proses deteksi Yusuf, 2010.
Reverse Transcriptase PCR digunakan untuk mengkopi RNA menjadi cDNA
menggunakan reverse transcriptase, kemudian mengamplifikasi cDNA dengan
PCR dan primer yang spesifik. Pada multiplex PCR menggunakan beberapa set primer
dan penambahan beberapa pasang primer ini dapat mengamplifikasi lebih dari satu fragmen DNA dan fragmen tersebut akan dengan mudah dibedakan pada
gel jika fragmen tersebut memiliki panjang yang berbeda. Multiplex PCR sering digunakan untuk mendeteksi mikroorganisme yang mengontaminasi air atau
makanan dan mikroorganisme yang menginfeksi jaringan Turner et al., 2005.