Gambar 2.1 Genom Lengkap M. tuberculosis H37Rv Smith, 2003
2.3 Mekanisme Resistensi Rifampisin RIF
Rifampisin merupakan antibiotik semisintetik dari derivat rifamycin yang diperoleh dari Streptomyces mediterranei. Rifampisin merupakan bakterisidal
yang dapat membunuh mycobacterium. Antibiotik ini cepat berpenetrasi ke dalam jaringan dan masuk ke dalam sel fagosit. Antibiotik ini juga digunakan untuk
membunuh beberapa organisme yang tidak dapat diakses oleh antibiotik lainnya, seperti mikroorganisme intraselular Katzung, 2006. Berdasarkan hasil uji in
vitro yang dilakukan, diketahui bahwa antibiotik ini aktif dalam melawan bakteri
gram-negatif maupun gram-positif, seperti beberapa bakteri tifus, mycobacterium dan klamidia. Rifampisin dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
kurang dari 1 µgml dan diperkirakan pada frekuensi 1:10
6
terjadi resistensi pada semua jenis mikroba Katzung, 2006.
Rifampisin mampu berikatan dengan subunit β RNA polimerase DNA- dependent
sehingga menghambat sintesis rantai RNA. Resistensi dapat terjadi di beberapa poin mutasi pada gen rpoB yang merupakan pengkode sub uni
t β dari RNA polimerase. Jika terjadi mutasi pada gen ini akan mencegah rifampisin untuk
dapat berikatan dengan RNA polimerase Katzung, 2006. Sebagian besar isolat pada M. tuberculosis resisten pada rifampisin dengan cara menunjukan terjadinya
mutasi pada gen rpoB yang mengkode subunit β dari RNA polimerase. Hal ini
menyebabkan perubahan konformasi ikatan obat yang akan mempengaruhi afinitas dari obat tersebut, sehingga mengakibatkan resistensi menjadi semakin
berkembang Telenti et al., 1993; Silva dan Palomina, 2011. Beberapa penelitian lain yang berkaitan dengan resistensi rifampisin menyatakan hampir semua strain
yang resisten terhadap rifampisin juga resisten terhadap isoniazid, sehingga resistensi dari rifampisin dapat dikatakan sebagai surrogate marker untuk MDR-
TB Traore, 2000; Silva dan Palomina, 2011. Pada resistensi rifampisin, ditemukan lebih dari 95 mutasi pada M.
tuberculosis terjadi di daerah 81 pb yang dikenal dengan daerah Rifampicin
Resistant Determining Region RRDR. Mutasi ini menandakan bahwa level
resistensi tertinggi terjadi pada daerah ini Ramaswamy dan Musser, 1998; Comas et al.
, 2012. Wilayah RRDR mencakup kodon 507-533 Ramaswamy dan Musser, 1998; Silva dan Palomina, 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Sun et
al 2009, menyatakan bahwa terjadi perubahan asam amino pada kodon 526, 531,
516 dan 533 yang berkaitan dengan resistensi rifampisin. Telah dilaporkan bahwa keempat kodon tersebut merupakan titik mutasi mayor yang sering terjadi dengan