commit to user Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan 2006: 260 dinyatakan
bahwa pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia dilaksanakan untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan dalam kurikulum KTSP. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai diperlukan strategi pembelajaran diantaranya pemilihan dan penggunakan metode
yang tepat terutama pada pembelajaran menulis atau mengarang. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru harus dinamis, demokratis, berorientasi
pada siswa, dan tidak membosankan juga mampu merangsang siswa kreatif dan inovatif sehingga siswa merasa memiliki kemampuan dan berapresiasi dan timbul
ketertarikannya pada pelajaran menulis
5. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin 2009:4, pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,
saling mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-
masing. Sedangkan menurut Johnson Johnson Isjoni, 2009:17, cooperative
learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka
miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Sejalan dengan pengertian tersebut Isjoni 2009:11-12 mengemukakan bahwa
“Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.”
commit to user Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya cooperative learning diharapkan
siswa dapat bekerjasama dengan siswa lain untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan dan masing-masing siswa mempunyai tanggung jawab untuk
memperoleh hasil yang telah ditargetkan dalam kelompok serta kerja siswa dapat lebih terarah karena tiap siswa sudah mempunyai peran masing-masing berkaitan
dengan tugas yang telah diberikan.
b. Unsur-unsur Cooperative Learning
Kerja kelompok belum tentu identik dengan cooperative learning. Hal demikian tergantung bagaimana proses belajar yang terjadi dalam kelompok.
Roger dan David Johson Lie, 2008:31-37 mengatakan untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsure cooperative learning yang diterapkan antara lain:
1 Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar
yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai
kelompok dibentuk dari sumbangan tiap anggota. Dengan demikian siswa yang mempunyai kemampuan yang kurang begitu baik terpacu untuk
memberikan sumbangan nilai yang baik. 2
Tanggung jawab perseorangan. Tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari saling
ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik. 3
Tatap muka. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.
Melalui proses ini siswa dapat membagikan pengalaman yang telah dialaminya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
commit to user kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi tidak didapatkan
begitu saja terjadi dalam sekejab, tetapi melalui proses yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan
menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. 4
Komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru
juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka.
5 Evaluasi proses kelompok.
Perlu disediakannya waktu khusus untuk melaksanakan evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama
dengan lebih efektif.
c. Tipe Cooperative Learning