UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI YOSODIPURO SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 2010

(1)

commit to user

i

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK

(GROUP INVESTIGATION) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI YOSODIPURO SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI Oleh :

WIWIT DESI LESTARI X 1206050

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user

ii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK

(GROUP INVESTIGATION) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI YOSODIPURO

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh:

WIWIT DESI LESTARI X 1206050

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Slamet Mulyono, M.Pd. Drs. Edy Suryanto, M.Pd. NIP 19620728 199003 1 002 NIP 19600810 198601 1 001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Raheni Suhita, M.Hum. ... Sekretaris : Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd. ...

Anggota I : Drs. Slamet Mulyono, M.Pd. ………..

Anggota II : Drs. Edy Suryanto, M.Pd. ………..

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Wiwit Desi Lestari. X1206050. UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI YOSODIPURO SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2010.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas; (1) proses pembelajaran menulis narasi dan (2) hasil pembelajaran menulis narasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di SD Negeri Yosodipuro No. 104 dengan subjek siswa kelas V yang berjumlah 29 siswa. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah kemampuan menulis narasi yang termasuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis kritis. Proses pembelajaran menulis narasi dilaksanakan dalam tiga siklus yang meliputi empat tahap, yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap observasi, dan (4) refleksi. Tahap perencanaan tindakan meliputi: (a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrument penelitian, (b) merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan metode investigasi kelompok, dan (c) menyusun sistem penilaian yang meliputi penilaian proses dan hasil. Tahap pelaksanaan peneliti mengadakan pengamatan apakah tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada. Selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Tahap observasi dilakukan peneliti dengan mengamati dan menginterpretasikan penerapan metode investigasi kelompok dalam pembelajaran menulis narasi serta mengolah data untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi siswa dengan metode investigasi kelompok tersebut, juga untuk mengetahui kelemahan yang mungkin muncul. Tahap analisis dan refleksi dilakukan peneliti dengan menganalisis atau mengelola data hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian yang perlu diperbaiki dan bagaimana yang sudah mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat: (1) peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karangan narasi tersebut ditandai dengan meningkatnya: (a) kerja sama siswa selama pembelajaran, (b) keaktifan siswa selama pembelajaran, dan (c) minat siswa dalam pembelajaran menulis narasi; (2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata menulis siswa mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu: (a) pada siklus I sebanyak 11 siswa (56,61%), (b) pada siklus II sebanyak 21 siswa (66.41%), dan (c) pada siklus III sebanyak 27 siswa (75,34%) telah mencapai batas nilai ketuntasan yang ditetapkan, yaitu 63.


(6)

commit to user

vi

MOTTO

“Hapuslah air mata Anda dengan sikap berbaik sangka kepada Allah SWT, Tuhan Anda. Usirlah semua kesusahan dan kesedihan Anda dengan mengingat

nikmat-nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada Anda.” (DR. ‘Aidh Bin ‘Abdullah Al-Qarni)


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai wujud syukur dan terima kasihku kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Sukirno dan Ibu Suwarni atas dukungan, kasih sayang, doa yang tak akan pernah putus;

2. Adikku semata wayang Fakhri Zaki AL Fadhil yang selalu memberiku keceriaan; 3. Mas Budy, terima kasih atas motivasi, kasih

sayang, dan perhatian yang telah diberikan kepadaku;

4. Sahabatku (Fyna, Elen, Niken, Damay, Mbak Nuning, Mami Rika) semoga persahabatan kita tak terpisahkan karena jarak;

5. Kos Maduratna (Mamah Ely, Iphe, Laras, Ijup, Siti, Harum, Andri) telah mengajarkanku tentang kemandirian; dan 6. Almamater.


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan nikmatnya dan karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan skripsi guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

2. Drs. Suparno, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan untuk penulisan skripsi;

3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pembimbing Akademik, dan selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi selama menyusun skripsi serta izin untuk menyusun skripsi ini;

4. Drs. Edy Suryanto, M. Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar;

5. Dra. Siti Iriani, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Yosodipuro Surakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas;

6. Ibu Wartinah, S.Pd., selaku guru kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta yang telah banyak membantu dan berperan aktif dalam proses penelitian; 7. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta yang telah berperan

aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian;

8. Mahasiswa BASTIND’06 yang telah memberikan semangat dalam proses penelitian ini; dan


(9)

commit to user

ix

9. Berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surakarta,


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Hakikat Kemampuan Menulis Narasi ... 7

a. Pengertian Menulis ………. 7

b. Tahap-tahap Penulisan ………. 8

c. Asas-asas Menulis ……… 11

d. Jenis-jenis Tulisan ……… 13

2. Hakikat Pembelajaran Menulis Narasi di SD ... 16

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 16

b. Pembelajaran Menulis Narasi di Sekolah Dasar... 18

c. Pengertian Menulis Narasi………... 20


(11)

commit to user

xi

3. Hakikat Penilaian Proses Belajar-Mengajar ... 27

a. Pengertian Penilaian Proses Belajar- Mengajar ………….. 27

b. Kriteria dalam Menilai Proses Belajar-Mengajar ………… 30

c. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Proses Pembelajaran…. 34 4. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 37

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ……… 37

b. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif ………. 38

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ……… 40

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ……….. 40

e. Metode dalam Pembelajaran Kooperatif ……….. 41

5. Hakikat Metode Investigasi Kelompok ... 43

a. Pengertian Investigasi Kelompok ... 43

b. Manfaat Menggunakan Investigasi Kelompok ... 46

B. Penelitian yang Relevan ... 46

C. Kerangka Berpikir ... 47

D. Hipotesis Tindakan ... 49

BAB III. METODE PENELITIAN ... 50

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 50

C. Sumber Data Penelitian ... 52

D. Subjek Penelitian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Uji Validitas Data ... 54

G. Teknik Analisis Data ... 55

H. Prosedur Penelitian ... 55

I. Indikator Keberhasilan Tindakan ... 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Kondisi Awal ... 62

B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian ... 67

1. Deskripsi Siklus 1 ... 67


(12)

commit to user

xii

3. Deskripsi Siklus 3 ... 88

4. Deskripsi Antarsiklus ... 95

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 102

A. Simpulan ... 102

B. Implikasi ... 103

C. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penilaian Keterampilan Menulis……… 26

2. Penilaian Proses Kegiatan Menulis……….………….. 32

3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ………..………… 50

4. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian ... 60

5. Daftar Nilai Menulis Narasi Survei Awal Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 ... 66

6. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus I Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 ... 74

7. Daftar Nilai Menulis Narasi Siklus I Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 ... 77

8. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus II SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 ... 83

9. Daftar Nilai Menulis Narasi Siklus II Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010 ... 86

10. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi Siklus III Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010……… 92

11. Daftar Nilai Menulis Menulis Narasi Siklus III Kelas V SD Negeri Yosodipuro Tahun Ajaran 2009/2010……….. 94

12. Hasil Tindakan Ditinjau dari Indikator Ketercapaian PTK……… 95

13. Rekapitulasi Nilai Menulis Narasi dari Siklus ke Siklus……… 101


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka Berpikir ... 48 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas……….. 52 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas………. 56


(15)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia dikatakan belum berhasil mencapai tujuannya sebagai salah satu bukti nyata adanya krisis multidimensional yang berakar dari krisis moral. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan, antara lain faktor: pendidik, sarana dan prasarana, pengelolaan, penilaian. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan diharapkan membawa dampak positif terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Upaya-upaya tersebut di antaranya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu manajemen sekolah serta peningkatan kualitas tenaga pengajar.

Terkait dengan permasalahan di atas, pembelajaran bahasa Indonesia memiliki andil cukup besar dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Komunikasi tersebut tentunya dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dapat diketahui dari standar kompetensi yang meliputi empat aspek, yaitu: membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Salah satu keterampilan berbahasa yang cukup kompleks adalah menulis. Pernyataan ini dikuatkan oleh Farris J. Pamela (2008: 1) bahwa menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari dan diajarkan. Kemampuan menulis diajarkan di sekolah mulai dari taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas atau kejuruan (SMA/SMK) dengan tujuan agar siswa mampu menuangkan ide, gagasan, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan baik. Pada umumnya,


(16)

commit to user

pelaksanaan pembelajaran menulis di sekolah masih banyak mengalami hambatan dan belum dapat dilaksanakan secara efektif.

Terkait dengan hal ini, The Liang Gie (2002: 7) menyatakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Tujuan pembelajaran kemampuan menulis yang diharapkan adalah agar peserta didik mampu mengungkapkan gagasan, ide, pendapat, dan pengetahuan secara sistematis dan tertulis serta memiliki kegemaran menulis.

Sejalan dengan tujuan tersebut, peran budaya menulis makin menempati kedudukan yang sentral di dalam kehidupan modern. Tanpa budaya menulis, arus komunikasi dan informasi akan terputus serta mengakibatkan terputusnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga akan menjadikan manusia berada dalam keterbelakangan dan kebodohan. Kemampuan menulis dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan kreativitas peserta didik dan sarana peningkatan kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa, khususnya bahasa tulis sebagai sarana komunikasi.

Secara umum tujuan pembelajaran kemampuan menulis, yaitu siswa mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan/pendapat secara tertulis ataupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide, imajinasi, aspirasi dan lain-lain (Yant Mujiyanto, dkk., 2000:70). Dalam realitasnya kemampuan menulis masih menemui banyak kendala, yaitu kesulitan siswa melakukan aktivitas menulis di sekolah maupun kekurangtepatan guru memilih strategi pembelajaran menulis menjadi faktor penyebab ketidakberhasilan sekolah menjadikan menulis sebagai suatu budaya atau tradisi baik bagi siswa ataupun guru tersebut. Merupakan hal sangat mungkin apabila pelajaran menulis menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa.

Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan latihan, seperti dikatakan

oleh Enang Rokajat Asura (2005: 8) bahwa “kemampuan menulis didapat dari

sebuah latihan, bukan pemberian alam”. Alam memang telah memberi talenta,

tetapi talenta saja tidak akan menjadi apa-apa tanpa melalui proses latihan. Sebagai sebuah konsekuensi dan kemampuan yang ingin disampaikan, tidak akan


(17)

commit to user

mungkin seseorang akan mampu menulis tanpa ia mempraktikkan kemampuan itu. Perlu mendapatkan penekanan bahwasanya pembelajaran menulis bukan hanya penyampaian teori tanpa mempraktikkannya. Hendaknya ada sinergi yang nyata antara teori dan praktik sehingga ruh dalam pembelajaran menulis akan tampak ketika dilaksanakan melalui latihan-latihan yang terstruktur. Syamsi (dalam Pangesti Wiedarti, 2005: 134) menyatakan bahwa keprihatinan pembelajaran menulis disebabkan pembelajaran bahasa Indonesia masih sering diberikan secara teoretis yang mengakibatkan kemampuan bahasa siswa kurang.

Fenomena serupa terjadi dalam kemampuan menulis di SD Negeri Yosodipuro Surakarta, khususnya pada pembelajaran menulis narasi. Berdasarkan wawancara antara peneliti dan guru serta dilihat saat proses belajar-mengajar yang telah guru lakukan pada survei awal tanggal 29 April 2010 di kelas V SD Negeri Yosodipuro didapat gambaran mengenai kesulitan kegiatan menulis siswa, yaitu salah satunya pembelajaran menulis narasi masih banyak dijejali berbagai teori tentang narasi serta cara penulisannya dengan aplikasi yang sangat terbatas, kosakata yang dimiliki siswa juga terbatas mengingat mereka masih menduduki tingkat sekolah dasar. Menurut siswa, akibatnya pembelajaran menulis itu tidak menyenangkan karena mereka merasa kesulitan merangkaikan kata. Di lain pihak, guru mengatakan pelajaran menulis kemampuan berbahasa adalah pelajaran yang paling tidak dikuasai siswa. Pembelajaran menulis menjadi momok dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa. Keterbatasan kosakata siswa cukup mempengaruhi minat siswa dalam mengembangkan idenya untuk dituangkan menjadi tulisan. Akibatnya, mereka jadi enggan untuk mengikuti pelajaran menulis dan bersikap acuh tak acuh. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes kegiatan menulis siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro yang dilaksanakan pada survei awal berikut ini: rentangan nilai 4,0-5,0 diperoleh 6 siswa; rentangan nilai 5,0-6,0 diperoleh 15 siswa; dan rentangan nilai 6,0-7,0 diperoleh 8 siswa. Berdasarkan nilai karangan siswa di atas, sebagian siswa belum mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yaitu 63.

Peneliti beserta guru kelas V (Wartinah, S.Pd.) mengidentifikasi penyebab kegagalan siswa dalam kegiatan menulis narasi adalah siswa kurang bersemangat


(18)

commit to user

mengikuti pembelajaran karena selama ini pembelajaran berjalan secara monoton dan konvensional. Pada umumnya, dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis guru terlalu terpancang pada buku teks dan LKS sebagai sumber belajar.

Seperti telah dipaparkan sebelumnya, pembelajaran menulis narasi yang berlangsung di SD Negeri Yosodipuro hanya berkisar tentang pemberian materi atau teori saja, perlu dihadirkan sebuah metode yang dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa menulis narasi. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis narasi di kelas V SD Negeri Yosodipuro dibutuhkan perbaikan yang dapat mendorong siswa secara keseluruhan agar aktif. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar adalah dengan menggunakan metode investigasi kelompok.

Investigasi kelompok dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran kemampuan menulis narasi karena tiga konsep dasar

investigasi kelompok, yaitu: inquiry, knowledge, dan dinamika kelompok sesuai

dengan yang diperlukan dalam pembelajaran menulis narasi. Inquiry dalam

pembelajaran menulis narasi membantu siswa dalam menemukan dan menentukan

tema yang baik untuk ditulis siswa. Knowledge atau pengetahuan yang diperoleh

melalui pengalamannya secara langsung maupun tidak langsung juga akan memberikan andil dalam mengungkapkan narasi yang ditulis siswa. Sementara itu, dinamika kelompok mampu mengatasi kesulitan siswa dalam membuat tulisan narasi karena adanya teman dalam kelompok yang bersifat heterogen sehingga dapat saling membantu.

Metode investigasi kelompok merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif dan metode ini dijadikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran kemampuan menulis. Alasan pemilihan metode tersebut karena memiliki kelebihan sebagai berikut : (1) meningkatkan keteraturan pribadi siswa dan motivasi karena ada banyak ruang pembuatan keputusan sendiri; (2) meningkatkan perkembangan kemampuan penelitian karena proses itu dikendalikan setiap individu dan penelitian bersama; (3) meningkatkan


(19)

commit to user

perkembangan penelitian secara kelompok karena murid harus menggembangkan perencanaan tim ketika memecahkan masalah; dan (4) meningkatkan kreativitas karena ada berkali lipat kemungkinan kreasi dari hasil akhir (Elaine Coughlin dan Jack Huhtala).

Berdasarkan hasil penelitian Dwi Noor Haryanto (2004), penggunaan metode investigasi kelompok juga dapat meningkatkan motivasi, keaktifan, dan prestasi belajar siswa. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa metode investigasi kelompok efektif dalam meningkatkan motivasi, keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Bertolak dari latar belakang di atas, peneliti berusaha mengkaji masalah

dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi

dengan Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation) pada Siswa Kelas V

SD Negeri Yosodipuro No 104 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah metode investigasi kelompok mampu meningkatkan kualitas proses

pembelajaran kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro No. 104 tahun pelajaran 2009/2010?

2. Apakah metode investigasi kelompok mampu meningkatkan kualitas hasil

pembelajaran kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro No. 104 tahun pelajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membuktikan:

1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran kemampuan menulis narasi pada

siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro dengan metode investigasi kelompok.

2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran kemampuan menulis narasi pada


(20)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

a. Memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pembelajaran Bahasa

Indonesia, khususnya pembelajaran kemampuan menulis narasi;

b. Sebagai acuan pembelajaran kemampuan menulis dengan dengan model

pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

1) Menawarkan inovasi terhadap pembelajaran menulis narasi;

2) Memberi solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran menulis

narasi;

3) Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif

kreatif;

4) Meningkatkan kualitas mata pelajaran bahasa Indonesia.

b. Bagi siswa

1) Melatih siswa untuk terampil menulis narasi;

2) Melatih siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif;

3) Siswa lebih aktif dan memiliki minat dalam mengikuti kegiatan dalam

kegiatan pembelajaran menulis.

c. Bagi sekolah

1) Mendorong guru lain untuk menerapkan proses pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa dengan metode investigasi kelompok;

2) Mendapatkan fakta bahwa dengan menerapkan metode investigasi


(21)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Menulis Narasi a. Pengertian Menulis

Henry G. Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis sendiri pada dasarnya merupakan kegiatan yang baik dilakukan oleh anak. Dengan menulis berarti seorang anak sedang bergumul dengan proses kreatif sehingga kreativitas anak semakin meningkat.

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif; artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan; dalam hal ini menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 71-72).

Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif, produktif, dan kreatif. Oleh karena itu, menulis menyaratkan sesuatu yang lebih kompleks daripada membaca (Yant Mujiyanto,dkk., 2000: 64). Keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif lainnya adalah keterampilan berbicara. Akan tetapi, menulis berbeda dengan berbicara. Dalam berbicara, orang (pembicara) mengungkapkan pesan komunikasi (gagasan, pikiran dan perasaan) dengan bahasa lisan sehingga berbicara disebut keterampilan berbahasa aktif produktif lisan. Sementara itu, dalam menulis, orang (penulis) mengungkapkan pesan komunikasi dengan bahasa tulis. Dalam sebuah tulisan, terkandung ide penulis untuk


(22)

commit to user

disampaikan kepada orang lain. Dalam menyampaikan ide, penulis harus mampu mencari kata yang dapat dimengerti orang lain, baik dari sisi urutan kata-kata maupun bentuk kalimat. Dengan begitu pengetahuan penulis (dalam hal ini siswa) haruslah luas supaya ide yang akan disampaikan dapat dipahami orang lain (pembaca).

The Liang Gie (2002: 3) berpendapat bahwa menulis diistilahkan mengarang, yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Hal ini sepadan dengan pendapat Nurudin (2007: 4) bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Di lain pihak, Agus Sumiharja, H. Akhlan Husein, dan Nunuy Nurjanah (1997: 2) mengungkapkan bahwa menulis adalah sebuah aktivitas berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medianya yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadi interaksi antar keduanya demi tercapainya suatu tujuan.

b. Tahap-tahap Penulisan

Menulis sebagai suatu aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan secara tertata sehingga dipahami oleh pembaca merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, aktivitas menulis dilakukan dalam beberapa tahap atau langkah. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1996: 2-5) mengemukakan tiga tahap dalam aktivitas menulis, yaitu: tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahapan menulis tersebut menunjukkan kegiatan utama yang berbeda meskipun pada praktiknya sering tumpang tindih. Pada tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis


(23)

commit to user

pada seluruh rangkaian kegiatan menulis. Dalam tahap penulisan dilakukan apa yang telah direncanakan dalam tahap prapenulisan. Dalam tahap inilah pikiran serta perasaan dituangkan dalam tulisan. Pada tahap yang terakhir, kegiatan yang dilakukan adalah membaca dan memperbaiki tulisan. Ketumpangtindihan dalam kegiatan menulis dapat terjadi misalnya pada tahap penulisan, sering pula dilakukan revisi. Begitu pula pada tahap perencanaan penulisan juga sering dilakukan pada saat kegiatan menulis berlangsung.

Di lain pihak, Nurudin (2007: 92) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Di dalamnya terdapat beberapa tahap - tahap penulisan, meliputi tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegiatan utama yang berbeda, tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis meliputi:

1) Tahap Prapenulisan

Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di dalamnya mencakup langkah-langkah kegiatan menulis karangan meliputi:

a) Menentukan Topik

Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam tulisannya. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengalaman, dan pengamatan.

b)Membatasi Topik

Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan. Untuk mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan, diagram, atau cara visualisasi yang lainnya.

c) Menentukan Tujuan Penulisan

Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan diberlakukan. Menentukan tujuan penulisan sangat penting sebelum mulai menulis, karena tujuan itu sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat dan cara penyajian tulisan. Apabila suatu tulisan


(24)

commit to user

tanpa dilandasi oleh tujuan yang jelas dan tegas dapat menyebabkan tulisan itu tanpa arah yang jelas dan besar kemungkinan tidak dipahami pembaca.

d)Menentukan Bahan Penulisan

Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai data penulisan. Pengumpulan informasi dan data ini perlu dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan.

e) Membuat Kerangka Karangan

Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada tahap persiapan penulisan. Kerangka karangan atau sering disebut

dengan outline merupakan rencana kerja yang digunakan penulis dalam

mengembangkan tulisannya. Kerangka ini dapat berupa kerangka topik yang terdiri dari topik-topik serta kerangka kalimat yang terdiri dari kalimat-kalimat.

2) Tahap Penulisan

Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan tanda baca secara tepat.

3) Tahap Revisi

Tahap revisi dilakukan setelah buram seluruh tulisan telah selesai. Pada tahap ini sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis meneliti secara menyeluruh mengenai sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah sebuah tulisan.


(25)

commit to user

S. Effendi (dalam Yant Mujiyanto, dkk. 2000: 71) menjabarkan tahap-tahap yang harus ditempuh dalam menulis, yaitu: (1) mencatat pokok tulisan, (2) mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan, (3) memilih bahan yang paling berkaitan dan menatanya dalam bentuk kerangka tulisan, (4) menguraikan rumusan kerangka tulisan ke dalam bentuk karangan, dan (5) menyunting karangan tersebut sebelum menerbitkannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis terbagi menjadi tiga, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam satu rangkaian kegiatan yang disebut proses menulis. Penulis harus melampaui semua tahapan tersebut untuk menghasilkan tulisan yang baik.

c. Asas-asas Menulis

Setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan sejumlah asas yang dapat dijadikan pedoman. Demikian pula halnya dengan aktivitas menulis. The Liang Gie (2002: 33-37) mengemukakan enam asas menulis yang disebutnya dengan asas mengarang di antaranya:

1)Kesatupaduan (unity)

Berdasarkan asas ini, segala hal yang disajikan dalam tulisan tersebut memuat satu gagasan pokok atau sering disebut dengan tema. Tulisan yang tersusun atas alinea-alinea tidak boleh ada uraian yang menyimpang serta tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut. Asas yang sering disebut dengan syarat kohesi suatu tulisan ini berlaku untuk semua jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi.

2)Pertautan (coherence)

Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan harus memuat satu gagasan pokok maka berdasar pada asas pertautan ini tiap alinea dalam satu tulisan hendaklah berkaitan satu sama lain. Kalimat satu dengan kalimat yang lain harus berkesinambungan. Asas ini sering disebut dengan prinsip koherensi. Asas ini berlaku untuk semua tulisan baik jenis fiksi maupun nonfiksi.


(26)

commit to user

3)Penegasan (emphasis)

Asas ini menegaskan bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan atau penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca mendapatkan kesan yang kuat terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu untuk diterapkan pada tulisan-tulisan fiksi meskipun tulisan nonfiksi juga perlu memperhatikan asas ini. Penegasan pada beberapa bagian fiksi menjadikan tulisan lebih menarik.

4)Kejelasan (clarity)

Berdasarkan asas ini, setiap karangan haruslah jelas benar. Tulisan harus mencerminkan gagasan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh pembaca. Untuk memenuhi asas ini, H.W. Fowler sebagaimana dikutip oleh The Liang Gie (2002: 34) bahwa asas kejelasan dalam kegiatan menulis sepanjang menyangkut kata-kata dapat dilaksanakan dengan memilih: (1) kata yang umum dikenal ketimbang kata yang harus dicari-cari artinya; (2) kata yang konkret ketimbang kata yang abstrak; (3) kata tunggal ketimbang keterangan yang panjang lebar; (4) kata yang pendek ketimbang kata yang panjang; (5) kata dalam bahasa sendiri ketimbang kata asing. Yamada (2002: 143) menyatakan bahwa tugas-tugas menulis yang meliputi teks-teks dengan topik sama yang telah dipilih akan mengurangi beban leksikal pembacanya.

5)Keringkasan (conciseness)

Keringkasan yang dimaksud dalam asas menulis ini bukanlah berarti bahwa setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti bahwa suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan kata, tidak terdapat butir ide yang dikemukakan berulang-ulang, gagasan tidak disampaikan dalam kalimat yang terlalu panjang. Harry Shaw sebagaimana diungkapkan oleh The Liang Gie (2002: 36) bahwa penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya, ide-ide yang


(27)

commit to user

miskin dan kata yang boros. Jadi, sesuatu karangan adalah ringkas bilamana karangan itu mengungkapkan banyak buah pikiran dalam kata-kata yang sedikit.

6)Ketepatan (correctness)

Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada membaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh penulisnya (The Liang Gie, 2002: 36). Untuk menepati asas ini, penulis harus memperhatikan berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca serta kelaziman.

Seperti halnya dua asas sebelumnya, asas ketiga ini tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bersifat multitafsir. Pemahaman pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan akan tetapi tingkat apresiasi yang dimilikinya.

d. Jenis- jenis Tulisan

Secara umum tulisan dapat dikembangkan menjadi empat jenis, yaitu: narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Friedman, (2009: 1)

”Provides model essays on a current controversial issue guiding students in writing a five-paragraph essay, including persuasive, descriptive, expository and cause-and-effect essays”. Artinya, ada lima pembelajaran menulis yang dihadapi siswa, yaitu: persuasif, deskriptif, eksposisi, dan sebab-akibat. Berbeda dengan Laminudin Finoza (2002: 188) membagi karangan atau wacana menjadi lima jenis berdasarkan cara penyajian dan tujuan umum yang tersirat di balik wacana tersebut, yaitu eksposisi, argumentasi, persuasi, deskripsi, dan narasi.

1)Eksposisi

Eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu (Masnur Muslich, 2007: 1). Eksposisi dipaparkan suatu kejadian atau masalah secara analitis, spasial, dan kronologis supaya pembaca dapat memahami informasi tersebut


(28)

commit to user

karangan ini berusaha menguraikan suatu objek yang mampu memperluas pengetahuan pembaca.

Karangan eksposisi menguraikan suatu objek yang mampu memperluas pengetahuan pembaca. Jenis tulisan ini hanya memberikan informasi, tidak ada tujuan untuk mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat pembaca. Oleh karena itu, tulisan ini memiliki penanda: (a) berupa tulisan yang memberikan pengertian dan pengetahuan; (b) menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan bagaimana; (c) disampaikan secara lugas dengan bahasa baku; dan (d) bernada netral, tidak memihak dan memaksakan sikap penulis terhadap pembaca.

2)Argumentasi

Gorys Keraf (2007: 3) berpendapat bahwa argumentasi merupakan sebuah tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Penulis berusaha meyakinkan pembaca untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti atau fakta-fakta yang menguatkan argumen penulis. Tulisan ini dikembangkan dengan pola pemberian contoh-contoh, analogi, sebab-akibat atau dengan pola deduktif dan induktif. Pemaparan tulisan berdasarkan cara berpikir yang logis sehingga pembaca dapat menerima kebenaran yang disampaikan oleh penulis secara objektif.

3)Persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan

yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu

pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang (Laminudin Finoza, 2002: 199). Persuasi merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau pembaca. Pengaruh yang diberikan tersebut agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi walaupun pembaca atau pendengar sebenarnya tidak terlalu percaya dengan apa yang dikatakan itu.

Persuasi dikatakan penyimpangan dari argumentasi karena dalam argumentasi terdapat usaha untuk membujuk dan meyakinkan pembaca


(29)

commit to user

didasarkan pada kelogisan pembuktian fakta-fakta yang disajikan.

Sementara itu, dalam persuasi usaha mempengaruhi tersebut

memanfaatkan aspek-aspek psikologis. Persuasi juga didasarkan pada kemampuan penulis untuk mengendalikan emosi pembaca dan mengarahkan mereka pada sasaran yang ingin dicapai penulis.

4)Deskripsi

Deskripsi adalah Wacana deskripsi bertujuan membentuk suatu citra (imajinasi) tentang suatu hal pada penerima pesan. Deskripsi disebut juga pelukisan atau gambaran. Hal itu disebabkan rincian tentang objek tulisan dapat memberi pengaruh pada imajinasi pembaca serta menjadikan pembaca seolah ikut mendengar, merasakan atau mengalami langsung objek tersebut. Karangan ini berhubungan dengan pengalaman pancaindera pembaca seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan.

5)Narasi

Jenis tulisan narasi dapat berbentuk cerita fiktif (khayal) dan cerita nonfiktif (nyata). Narasi fiktif dapat dijumpai pada karya sastra, seperti cerpen dan novel, sedangkan narasi nonfiktif seringkali terdapat pada berita-berita di surat kabar. Menurut Nurudin (2007: 59), narasi merupakan bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Tulisan jenis ini memiliki penanda, antara lain:

(a) berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; (b)

kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa kejadian yang benar-benar terjadi dapat pula berupa imajinasi semata; (c) terdapat konflik yang dapat menarik pembaca; (d) memiliki nilai estetika, khususnya narasi fiktif; (e) menekankan susunan kronologis; dan (f) biasanya memuat dialog (Nurudin, 2007: 60). Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang perbedaan kelima jenis tulisan tersebut. Eksposisi menjelaskan suatu pengetahuan atau informasi, argumentasi meyakinkan pembaca tentang kebenaran suatu


(30)

commit to user

hal secara logis, persuasi mempengaruhi pembaca secara psikologis. Deskripsi memberikan gambaran tentang objek tulisan dan berusaha menjadikan pembaca ikut merasakan penggambaran tersebut, sedangkan narasi menekankan urutan peristiwa dari waktu ke waktu.

2. Hakikat Pembelajaran Menulis Narasi di SD a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan, bukan hanya mengingat melainkan juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan perilaku. Dengan kata lain, bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut ke arah yang lebih baik. Hasil belajar terlihat dari perubahan pada aspek-aspek tingkah laku manusia seperti pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain.

Biggs dan Telfer (dalam Dimyati, 2002: 33) menyatakan bahwa belajar sebagai sebuah proses yang kompleks dan berkesinambungan memiliki unsur-unsur dinamis di dalamnya, antara lain:

1) Motivasi Siswa

Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tindakan. Motivasi belajar dapat bersumber dari diri siswa dan rangsangan dari luar siswa. Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa lebih baik daripada rangsangan dari luar. Akan tetapi, sering kali untuk menumbuhkan motivasi dari dalam butuh rangsangan dari luar sehingga muncul motivasi yang tinggi untuk belajar.

2) Bahan Belajar

Bahan belajar merupakan hal-hal yang diajarkan kepada siswa. Dalam menentukan bahan belajar, guru harus memerhatikan dan menyesuaikan dengan tujuan belajar. Tujuan tersebut meliputi


(31)

commit to user

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman yang diharapkan ada pada diri siswa setelah mengalami proses belajar.

3) Alat Bantu Belajar

Alat bantu belajar dapat disebut alat peraga atau media belajar. Media belajar merupakan peralatan yang digunakan selama proses belajar supaya proses tersebut dapat berjalan dengan baik. Pemakaian media dimaksudkan agar proses belajar lebih menarik, materi menjadi konkret dan mudah dipahami, menghemat waktu dan tenaga, serta menjadikan hasil belajar lebih bermakna. Media yang dapat digunakan bisa berupa

media yang dilihat saja (visual), yang dapat didengar saja (audio), yang

dapat dilihat dan didengar (audiovisual), ataupun media yang bersumber

dari peristiwa yang terjadi di masyarakat.

4) Suasana Belajar

Suasana belajar merupakan kondisi yang tercipta selama proses belajar. Suasana sangat mendukung keberhasilan belajar siswa dan dapat menimbulakan motivasi siswa. Suasana yang menyenangkan dapat memunculkan kegairahan belajar dan menunjang kegiatan belajar yang efektif. Begitu pula sebaliknya, suasana yang membosankan menjadikan siswa jenuh dan tidak bersemangat dalam belajar. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu bekerja sama untuk menciptakan suasana belajar yang baik dan menyenangkan.

5) Kondisi Subjek Belajar

Subjek belajar tidak lain adalah siswa itu sendiri. Kondisi siswa turut membantu keberhasilan pembelajaran sebab dalam proses pembelajaran

terdapat tiga hal pokok yakni input, proses, output. Suatu pembelajaran

akan menghasilkan output yang baik manakala memiliki input dan proses

yang baik pula, termasuk di dalam lingkungan dan kelengkapan pembelajaran yang lain. Kondisi subjek belajar di sini meliputi kondisi jasmani dan rohani yang turut mempengaruhi kelancaran dan mendukung keberhasilan proses belajar.


(32)

commit to user

Pembelajaran merupakan peristiwa yang tidak dapat dipisahkan dari belajar meskipun sebenarnya kedua hal tersebut adalah peristiwa yang berbeda. sering kali orang menyamakan istilah pembelajaran dengan istilah pengajaran karena tidak memahami hakikat kedua hal itu,memberikan batasan yang berbeda tentang istilah pembelajaran dan pengajaran. Dalam pengajaran, guru dan murid berada di kelas (ruang) formal; sedangkan dalam pembelajaran, kegiatan belajarmengajar dapat terjadi meski tanpa kehadiran guru. Secara lebih lengkap, Dewi Salma Prawiradilaga (2008: 136) menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Dalam hal ini, proses belajar menjadi hal yang lebih ditekankan daripada hasil.

Oemar Hamalik (2001: 57) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Batasan tersebut membawa pengertian bahwa pembelajaran tidak terbatas di dalam ruang saja tetapi juga diselenggarakan di luar kelas bahkan luar sekolah. Pengertian pembelajaran yang lain didasarkan teori-teori belajar yang telah ada.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar guna mengubah perilaku yang lebih baik. Dalam usahanya guru didukung oleh adanya materi pelajaran yang sesuai metode dan penggunaan media yang tepat.

b. Pembelajaran Menulis Narasi di Sekolah Dasar

Pembelajaran menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak, membaca dan berbicara. Pembelajaran menulis biasanya memerlukan rentan waktu yang lebih lama, jadi masih memerlukan pelatihan secara berkesinambungan. Hal ini dikarenakan keterampilan menulis ini lebih sulit dibandingkan keterampilan bahasa lainnya.


(33)

commit to user

Nurhadi (1995: 342) menjelaskan bahwa menulis merupakan salah satu aspek kemampuan menulis yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara tertulis. Menulis narasi termasuk dalam kemampuan untuk mengemukankan ide siswa dalam menceritakan pengalaman masing-masing siswa secara runtut. Kemampuan menulis narasi ini perlu dikuasai siswa selain kemampuan menulis lainnya. Kemampuan menulis narasi ini dapat membantu siswa untuk menceritkan pengalamannya kepada orang lain. Pelatihan menulis dapat dibantu oleh guru sehingga siswa berminat terhadap pembelajaran menulis.

Pada jenjang SD, standar kompetensi mata pelajaran bahasa

Indonesia merupakan kualifikasi minimal peserta didik yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 260) .

Berdasarkan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menulis karangan diberikan pada semester dua. Adapun kompetensi dasarnya adalah Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis.

Materi yang harus disampaikan guru dalam membelajarkan keterampilan menulis karangan meliputi langkah-langkah menulis karangan, topik-topik karangan, kerangka karangan dan penggunaan kata penghubung antarklausa dalam karangan. Untuk memperjelas materi tersebut, guru perlu memberikan contoh karangan.

Selama pembelajaran menulis karangan berlangsung, kegiatan yang diharapkan antara lain: (1) membaca karangan, (2) mengidentifikasi karakteristik karangan, (3) menulis karangan , dan (4) menyunting karangan yang ditulis.


(34)

commit to user

Di akhir pembelajaran menulis karangan diharapkan siswa mampu: (1) mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan (2) menyusun kerangka karangan, (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi karangan, dan (4) menyunting karangan.

Guru dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran menulis narasi apabila suasana pembelajaran berjalan kondusif. Pembelajaran yang kondusif akan membuat siswa lebih mudah menerima materi dari guru, siswa juga lebih mudah untuk menuangkan ide sehingga siswa tidak menggangap bahwa kegiatan menulis itu tidak menyenangkan. Pada akhirnya kegemaran menulis di kalangan siswa menjadi budaya.

Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan materi pada siswa. Selama ini metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar adalah metode ceramah atau tanya jawab. Dalam metode tersebut, guru yang aktif dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Namun, metode tersebut sekarang ini dirasakan tidak lagi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang berlaku sekarang ini, siswa yang dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Dalam pembelajaran menulis, guru harus bisa membuat siswa dapat mengungkapkan gagasan dalam pikirannya melalui media tulis dengan menggunakan tanda baca, struktur, ejaan yang benar, kalimat yang runtut sehingga dapat membuat paragraf yang baik. Supaya mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal, guru harus memberi pemahaman yang jelas tentang karangan yang benar serta menggunakan metode mengajar yang tepat.

c. Pengertian Menulis Narasi

Gorys Keraf (2000: 136) membatasi pengertian narasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk dan dijalin serta dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Jadi, narasi menceritakan serangkaian kegiatan yang terjadi pada suatu kejadian secara berurutan dalam jalinan kesatuan waktu.


(35)

commit to user

Atar Semi (1990: 32) memberikan batasan narasi sebagai bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Nurudin (2007: 71) mengatakan bahwa narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkai tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu tertentu.

Di dalam penulisan sebuah cerita narasi, pengarang berusaha mengisahkan kejadian atau peristiwa sehingga pembaca seolah-olah melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh karena itu, selain unsur waktu, unsur perbuatan atau tindakan menjadi landasan utama untuk menciptakan sifat dinamis sebuah narasi, unsur tindakan membuat kisah itu juga hidup. Jos Daniel Parera (1993:5) menyatakan bahwa tulisan narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan yang berbentuk cerita sehingga bentuk karangan dan tulisannya bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu.

Memperhatikan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa dan disusun menurut urutan waktu. Adanya unsur waktu narasi dapat menggambarkan

perubahan-perubahan yang ada pada objeknya. Jadi, narasi

menggambarkan objek yang dinamis. Pengalaman-pengalaman yang dijalani penulis merupakan sumber inspirasi sebuah tulisan bersifat naratif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan penulis dalam mengisahkan tulisannya menjadi bentuk narasi, antara lain: nama peristiwa, urutan waktu, motif, konflik, titik pandangan dan pusat minat. Apabila penulis telah memasukkan unsur-unsur tersebut, berarti ia telah menulis sebuah karangan narasi. Bagus atau tidaknya tulisan itu tergantung pada kecermatan mereka dalam mengingat peristiwa yang dialami.


(36)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas narasi dibatasi sebagai bentuk tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman yang dialami manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.

1) Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan untuk menyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis ataupun lisan.

Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Sedangkan narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.

2) Narasi Sugestif

Narasi sugestif berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna peristiwa atau kejadian itu maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi). Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang


(37)

commit to user

disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca dapat menarik suatu makna baru diluar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah suatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua objek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan dijelaskan dipahami sesudah narasi itu dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu.

Dengan demikian narasi tidak bercerita atau memberikan komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk mengahadapi suatu peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka pada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.

d. Penilaian Kemampuan Menulis Narasi

Menulis merupakan kemampuan berbahasa paling akhir yang dikuasai oleh setiap pelajar. Kemampuan menulis didapat setelah kemampuan menyimak, berbicara dan membaca. Kegiatan menulis merupakan salah satu pembelajaran bahasa, jadi tes kebahasaan merupakan hal yang harus dilakukan. Melalui penilaian yang objektif, maka hasil belajar siswa akan dapat diukur.

Burhan Nurgiyantoro (2001: 298) mengemukakan bahwa menulis sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan pengarang. Dalam aktivitas menulis tersebut, yang pertama menekankan unsur bahasa, sedangkan yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang


(38)

commit to user

sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur

kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan sebaiknya

mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks

dan isi. Jadi, penilaian ditekankan pada kemampuan siswa

mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa secara tepat.

Lebih lanjut, diungkapkan bahwa penilaian terhadap karangan bebas mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas. Dalam hal ini, unsur subjektivitas penilai pasti berpengaruh. Sebuah karangan yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan sama skornya. Bahkan, sebuah karangan dinilai oleh hanya seorang penilai pun kondisinya berlainan. Ada kemungkinan skor yang diberikan berbeda. Masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara memilih model penilaian yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektivitas dirinya.

Sementara itu, Zaini Machmoed (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 305) menyatakan bahwa penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memeroleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan analisis merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu, merinci karangan ke dalam kategori-kategori tersebut antara karangan yang satu dengan yang lain dapat berbeda tergantung jenis karangan itu sendiri. Walaupun pengkategorian itu bervariasi hendaknya kategori tersebut meliputi 5 pokok, yaitu (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5) respons afektif guru terhadap karya tulis. Toto Sutarto G. Utari (2006: 19)

menyatakan penilaian merupakan tindakan untuk menetapkan


(39)

commit to user

menyatakan penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Menulis merupakan kemampuan berbahasa paling akhir yang dikuasai oleh setiap pelajar. Kemampuan menulis didapat setelah kemampuan menyimak, berbicara dan membaca. Kegiatan menulis merupakan salah satu pembelajaran bahasa, jadi tes kebahasaan merupakan hal yang harus dilakukan. Melalui penilaian yang objektif, maka hasil belajar siswa akan dapat diukur.

Harris dan Amran (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 306) menyatakan bahwa berdasarkan model pendekatan analitis dalam menilai

tugas menulis, unsur utama yang dinilai adalah content (isi, gagasan yang

dikemukakan). Gorys Keraf (2001: 81) mengatakan bahwa yang dimaksud perincian dan urutan pikiran adalah bagaimana pengembangan sebuah gagasan utama dan bagaimana hubungan antara gagasan-gagasan bawahan yang menunjang gagasan utama tadi.

Implikasinya, tes menulis bukan hanya menghasilkan sebuah bahasa saja melainkan juga bagaimana mengungkapkan gagasan dan perasaan dengan menggunakan bahasa tulis secara tepat.

Hartfield (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307) mengemukakan salah satu model yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran, yaitu dengan mengunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor, Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval kiranya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Model tersebut adalah model

penilaian yang banyak digunakan pada program ESL (English as a Second


(40)

commit to user

Tabel 1. Penilaian Keterampilan Menulis

Aspek yang

dinilai Skor Kriteria

I S I

27 – 30

22 – 26

17 – 21

13 – 16

SANGAT BAIK – SEMPURNA: tema/ide cerita kreatif/segar* pengembangan

tema kreatif* pengembangan ide tuntas* isi wacana dialog dikembangkan dengan baik* substansif.

CUKUP – BAIK: tema/ide cerita cukup kreatif/segar* pengembangan tema

cukup* pengembangan ide terbatas* isi wacana dialog dikembangkan tetapi tidak lengkap* substansi kurang.

SEDANG – CUKUP: tema/ide cerita terbatas* informasi terbatas*

pengembangan tema tidak cukup* pengembangan ide kurang* wacana dialog tidak dikembangkan* substansi tidak cukup.

SANGAT KURANG: tema tidak jelas* tema tidak berkembang* ide mandeg*

tidak ada substansi.

O R G A N I S A S I

18 – 20 14 – 17

10 – 13

7 – 9

SANGAT BAIK – SEMPURNA: gagasan diungkapkan dengan jelas * padat*

tertata dengan baik* urutan logis* ada kohesif dan koheren.

CUKUP – BAIK: pengungkapan gagasan kurang lancar* gagasan kurang

terorganisasi tetapi ide utama terlihat* bahan pendukung terbatas* urutan logis tetapi tidak lengkap* cukup kohesif dan koheren.

SEDANG – CUKUP: pengungkapan gagasan tidak lancar* gagasan kacau,

terpotong-potong atau melompat-lompat* urutan tidak logis tetapi lengkap* kurang kohesif dan koheren.

SANGAT KURANG: pengungkapan gagasan tidak komunikatif* gagasan tidak

terorganisasi* tidak kohesif dan koheren serta tidak layak nilai.

K O S A K A T A

18 – 20 14 – 17 10 – 13 7 – 9

SANGAT BAIK – SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata sangat baik*

pilihan kata dan ungkapan tepat* menguasai pembentukan kata.

CUKUP – BAIK: pemanfaatan potensi kata cukup baik* pilihan kata dan

ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata.

SEDANG – CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas* pilihan kata dan

ungkapan kadang-kadang kurang tepat* cukup menguasai pembentukan kata.

SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata sangat terbatas* sering terjadi

kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna* tidak menguasai pembentukan kata* pengetahuan tentang kosa kata rendah* tak layak nilai.

P E N G B A H A S A

22 – 25 18 – 21 11 – 17 5 – 10

SANGAT BAIK – SEMPURNA: konstruksi kalimat lengkap dan efektif*

hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.

CUKUP – BAIK: konstruksi kalimat sederhana tetapi efektif* kesalahan kecil

pada konstruksi kalimat* terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.

SEDANG – CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam rangkaian kalimat* makna

membingungkan atau kabur.

SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis* terdapat banyak

kesalahan* tidak komunikatif* tidak layak nilai.

M E K A N I K 5 4 3 2

SANGAT BAIK – SEMPURNA: menguasai aturan penulisan* hanya terdapat

beberapa kesalahan ejaan dan tanda baca.

CUKUP – BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca tetapi

tidak mengaburkan makna.

SEDANG – CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca* makna

membingungkan atau kabur.

SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan penulisan* terdapat banyak

kesalahan ejaan* tulisan tidak terbaca* tak layak nilai.


(41)

commit to user

Skor Maksimum = 100

Cara menghitung hasil menulis narasi =

Keterangan:

N I = isi

N II = organisasi

N III = kosakata

N IV = pengembangan bahasa

N V = mekanik

Skor total dengan menjumlahkan hasil dari 5 aspek tersebut. Standar Ketuntasan:

Siswa dinyatakan tuntas dalam aspek tersebut jika mencapai nilai minimal 63.

3. Hakikat Penilaian Proses Belajar-Mengajar a. Pengertian Penilaian Proses Belajar-Mengajar

Proses belajar merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Dari segi proses tersebut dapat diketahui proses siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Sikap, minat dan aktivitas siswa dalam mengikuti penjelasan dari guru merupakan objek yang harus diamati dalam melakukan penilaian dalam proses pembelajaran (Gino, dkk. ,2000: 36-39). Hal ini sangat penting, karena pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh hasilnya.

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang cenderung menunjukan hasil yang berciri, antara lain:

(1) kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri; (2) hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatanya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan

kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan

kreativitasnya; (3) hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh N I+N II+N III+N IV+N V


(42)

commit to user

atau komprehensif, yaitu mencakup ranah kognitif,

pengetahuan,atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotoris, keterampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama hasil yang diperolehnya, sedangkan ranah efektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya, baik efek intruksional maupun efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran (Nana Sudjana, 2006: 56).

Pelaksanaan proses belajar-mengajar harus sesuai dengan standar isi dan standar proses yang disusun oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 (Depdiknas, 2005: 6) disebutkan bahwa standar isi mencangkup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan membaca dan menulis, kecakapan berhitung, serta kemampuan berkomunikasi.

Uraian di atas memberikan kesimpulan bahwa proses belajar-mengajar menekankan pentingnya kemampuan (membaca dan menulis) sebagai kemampuan dasar siswa SD/MI dan sekolah sederajat. Lain halnya dengan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses (Depdiknas, 2007: 12-14) pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari: a) persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran meliputi rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran dan pengelolaan kelas; b) pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), dan kegiatan penutup.

Standar proses dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 (Depdiknas, 2005: 14) mengatur tentang proses pembelajaran yang

diselenggarakan pada satuan pendidikan. Proses pembelajaran

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatif, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Proses


(43)

commit to user

belajar mengajar meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Standar proses tersebut tidak jauh berbeda dengan standar proses dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses (Depdiknas, 2007: 5) bahwa proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses belajar-mengajar dalam kegiatan menulis siswa harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Perencanaan menjadi sebuah hasil pemikiran berupa keputusan yang selanjutnya dilaksaanaan dalam kegiatan pendidikan. Perencanaan merupakan alat untuk pengelola pendidikan agar lebih berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Depdiknas (2007: 7) yang di dalamnya memuat perencanaan, bahwa

perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber

belajar. Perencanaan dapat menolong pencapaian sasaran secara lebih

ekonomis, tepat waktu, dan memberi peluang agar lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya (Harjanto, 1997: 22). Perencanaan pengajaran dipandang sebagai hal yang perlu dilakukan agar mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien.


(44)

commit to user

b. Kriteria dalam Menilai Proses Belajar-mengajar

Dalam melakukan penilaian seorang guru tidak semata-mata memberikan penghakiman atas segala hal yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran. Akan tetapi, guru harus memiliki kriteria atau pedoman dalam memberikan penilaian dalam proses pembelajaran di kelas (Klien dalam Conny R. Semiawan, 2008: 4).

Menurut Nana Sudjana (2006: 59), kriteria dalam menilai proses belajar mengajar meliputi beberapa hal. Pertama, konsistensi kegiatan belajar-mengajar dengan kurikulum. Keberhasilan proses tersebut dapat dilihat terlaksananya secara nyata dalam bentuk dan aspek, di antaranya; tujuan-tujuan pengajaran, jenis kegiatan yang dilaksanakan, cara melaksanakan setiap jenis kegiatan, dan penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.

Kriteria kedua adalah keterlaksanaannya oleh guru dan siswa. Keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal; mengkondisikan kegiatan belajar siswa, menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar, waktu yang disediakan untuk belajar mengajar, memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa, dan melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Dalam segi keterlaksanaan oleh siswa, hal yang dinilai adalah siswa memahami, mengikuti petunjuk yang diberikan guru, semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar, dan menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru (Nana Sudjana, 2006: 59).

Ketiga motivasi belajar siswa dan keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini siswa menunjukan motivasi belajar pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya; reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar-mengajar; melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru (Nana Sudjana, 2006: 60).


(45)

commit to user

Kriteria terakhir adalah kemampuan atau keterampilan guru dalam mengajar dan interaksi antara guru dengan siswa. Berkenaan dengan komunikasi yang terbangun pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilihat dalam; tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa; bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar; terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar; dan menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa (Nana Sudjana, 2006: 60).

Penilaian proses pembelajaran dalam kegiatan menulis dapat dilakukan dengan penilaian sikap. Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseoarang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap terdiri dari 3 komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap suatu objek, sedangkan komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.

Menurut Sarwiji Suwandi (2008: 89-90), objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1)Sikap terhadap materi pelajaran. Dengan adanya sikap positif terhadap

materi pelajaran, dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang akan diajarkan.

2)Sikap terhadap guru atau pengajar. Peserta didik harus memiliki sikap

positif terhadap guru. Siswa yang bersikap negatif pada guru akan mengabaikan hal-hal yang diajarkan oleh guru sehingga siswa menjadi sukar menyerap materi pelajaran.

3)Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap

positif terhadap proses pembelajaran yang mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman, dan


(1)

commit to user

Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Menulis Narasi dari Siklus ke Siklus

No Nama Siswa Survei

Awal

Siklus I

Siklus II

Siklus

III Keterangan

1 Ifan Rizki Sunarto 42 43 64 66 Meningkat

2 Trisya Dinda A. 56 65 75 77 Meningkat

3 Wahyu Erianto 56 52 61 62 Meningkat

4 Alaina Gurnika 61 54 60 65 Meningkat

5 Anisa Purnamasari 64 51 65 69 Meningkat

6 Adi Cahyo Nugroho 43 43 58 61 Meningkat

7 Ahmad Gusali 63 57 64 75 Meningkat

8 Aditya Yudistira 53 57 68 75 Meningkat

9 Fitri Rusyana 58 63 72 75 Meningkat

10 Fery Dwi O. 53 51 56 67 Meningkat

11 Guntur Lenata D. 56 63 71 77 Meningkat

12 Ilham Soleil B. 55 53 55 77 Meningkat

13 Kristiyani S. 63 58 65 79 Meningkat

14 Lely Widyasari 63 64 69 83 Meningkat

15 Muhammad Daffa R. 63 63 65 65 Tetap

16 Nur’aini Fitria 43 63 77 85 Meningkat

17 Nicko Pradwimas S. 50 51 56 75 Meningkat

18 Novia Desta S. 51 72 85 89 Meningkat

19 Pradipta Barly P. 49 43 63 67 Meningkat

20 Putriana W. 51 63 71 85 Meningkat

21 Puspa Dwiyanti 65 59 69 71 Meningkat

22 Yuaninda Ajeng P. 57 70 73 77 Meningkat

23 Yustizia Kusuma R. 56 67 74 88 Meningkat

24 Andi Abdullah 50 43 65 84 Meningkat

25 Diki Hardinata 54 43 53 75 Meningkat

26 Nehemia Koes Januar 53 51 74 81 Meningkat

27 Intan 55 56 76 87 Meningkat

28 Ferdian R. 66 64 59 80 Meningkat

29 Aviandra Nazarika 50 57 63 68 Meningkat


(2)

commit to user

103 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Simpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus meliputi: (1) tahap persiapan dan perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan interpretasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi.

Simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan kualitas pembelajaran menulis narasi, baik proses maupun hasil, pada siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta berikut ini.

1. Ada peningkatan kualiatas proses pembelajaran menulis karangan narasi pada siswa kelas V SD Negeri Yosodipuro Surakarta.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:

a. Adanya peningkatan kerja sama selama pembelajaran. Pada indikator ini terjadi peningkatan pada tiap siklus. Pada siklus I menunjukkan sebesar 48%, pada siklus II sebesar 55%, pada siklus III sebesar 76%.

b. Adanya peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran. Pada siklus I menunjukkan sebesar 41%, pada siklus II sebesar 55%, pada siklus III sebesar 83%.

c. Adanya peningkatan minat siswa selama pembelajaran. Pada indikator ini terjadi peningkatan nilai bekerja sama pada tiap siklus. Hal ini menunjukkan bahwa ada perkembangan positif siswa mendapat 59% pada siklus I, 75% pada siklus II dan 79% pada siklus III.

d. jumlah siswa aktif dalam memerhatikan contoh karangan narasi mengalami peningkatan di setiap siklus, yaitu 48% pada siklus I, 65% di siklus II, dan 83% di siklus III;

2. Ada peningkatan hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD SD Negeri Yosodipuro Surakarta.

Pada siklus I, nilai yang paling rendah adalah 43 dan nilai yang paling tinggi adalah 72 dan terdapat 11 siswa atau 38% nilai di atas KKM. Pada


(3)

commit to user

siklus II, siswa yang mendapat nilai di atas KKM mengalami peningkatan sebesar menjadi 66.41% atau sebanyak 21 siswa. Nilai terendah pada siklus II adalah 53 sedangkan nilai paling tinggi sebesar 85. Pada siklus III, 72,06% siswa telah berhasil mencapai nilai di atas KKM. Pada siklus ini nilai terendahnya adalah 61, sedangkan nilai tertinggi adalah 89 sehingga hasil pembelajaran sudah dikatakan berkualitas karena persentase hasil pembelajaran siswa lebih dari 75%.

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, memilih metode yang digunakan dalam pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Kemudian faktor dari siswa, yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga harus diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana yang memadai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Selain kemampuan menyampaikan materi dengan baik, pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan sanagat mengefektifkan pembelajaran. Penyampaian materi dan penggunaan metode yang tepat tersebut akan dapat diterima siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar, kondusif, efektif, dan efesien.

Secara lebih rinci, dapat dijelaskan masing-masing aspek di atas, diantaranya adalah peneliti dapat membuka pengalaman baru bahwa


(4)

commit to user

pembelajaran menulis narasi dapat dilakukankan dengan metode pembelajaran investigasi kelompok. Pelaksanaan pembelajaran ini melibatkan guru dalam membimbing dan siswa selama proses pembelajaran. Penelitian ini memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan menerapkan metode investigasi kelompok dalam pembelajaran menulis dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi. Oleh karena itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan metode investigasi kelompok sebagai metode dalam pembelajaran menulis. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam melaksanakan pembelajaran menulis yang efektif dan menarik minat siswa untuk menulis. Dengan metode ini, rasa takut, malu, dan grogi yang ada pada diri siswa saat tampil bercerita di depan kelas dapat teratasi.

Penerapan metode pembelajaran investigasi kelompok menuntut siswa untuk bekerja dalam kelompok dan saling membantu memahami materi serta mengumpulkan poin kemajuan terbanyak sehingga bisa menjadi kelompok terbaik. Hal tersebut membantu siswa lebih aktif selama pembelajaran berlangsung. Meskipun dilaksanakan secara berkelompok, akan tetapi tanggungjawab individu tetap menjadi prioritas mereka. Hal ini menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar.

Dengan diterapkannya metode investigasi kelompok dalam pembelajaran menulis, kemampuan menulis narasi siswa dapat terkembangkan. Semula, sebagian siswa tidak dapat menulis dengan baik karena keterbatasan waktu pembelajaran yang kuatang efektif. Sekarang, dengan metode ini mereka semua dapat menulis narasi lebih baik karena ide yang dituangkan lebih banyak dan mengefektifkan waktu pembelajaran.

Penerapan metode investigasi kelompok terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa, dalam hal ini (1) kemampuan penggorganisasian gagasasan, (2) pemilihan kata sudah tepat, (3) penggunaan kosa kata yang bervariatif, (4) mekanika tulisan yang berkaitan dengan Ejaan


(5)

commit to user

Yang Disempurnakan (EYD), sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi guru sebagai motode pembelajaran yang inovatif.

Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran menulis narasi baik proses maupun hasilnya. Dari segi proses, pembelajaran menulis narasi dengan metode investigasi kelompok dapat mengefektifkan waktu, memupuk kerja sama siswa, dan memotivasi siswa untuk menulis narasi dengan baik sehingga mereka tidak lagi takut, bingung saat diminta menulis narasi karena sulit mengungkapkan ide.

C. Saran

Berkaitan dengan hasil yang dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Hendaknya banyak mencari dan membaca contoh-contoh tulisan narasi; b. Siswa diharapkan memperbanyak kegiatan menulis agar dapat melatih

menuangkan ide secara sistematis dan memperkaya kosakata;

c. Hendaknya lebih akif dalam bertanya dan berdiskusi supaya memeroleh informasi penjelas yang cukup berkaitan dengan pembelajatan menulis narasi dengan investigasi kelompok.

2. Bagi Guru

a. Guru dapat menggunakan metode investigasi kelompok sebagai alternatif metode dalam pembelajaran;

b. Guru hendaknya selalu menasehati dan memotivasi siswa supaya rajin menulis;

c. Guru dapat mengenalkan metode investigasi kelompok kepada guru lain sebagai metode yang digunakan dalam pembelajaran;

d. Guru hendaknya menyajikan pembelajaran menulis narasi semenarik mungkin agar dapat menumbuhkan minat siswa dalam menulis.


(6)

commit to user 3. Bagi Kepala Sekolah

a. Hendaknya memberi kesempatan bagi guru untuk melakukan penelitian dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti seminar pendidikan, diklat, dan sebagainya;

b. Sebaiknya menyediakan sarana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran agar dapat berjalan secara optimal.

4. Bagi Peneliti Lain

a. Penelitian ini diharapkan mampu memicu berkembangnya penelitian-penelitian lain yang lebih kreatif dan inovatif, khususnya terhadap pembelajaran menulis narasi;

b. Diharapkan bagi peneliti lain untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan pihak guru dan sekolah yang diajak bekerja sama agar penelitian yang dilakukan mampu mengkritisi permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran secara lebih mendalam.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI PANULARAN NO.06 LAWEYAN, SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 2010

0 4 65

Peningkatan kemampuan menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta tahun pelajaran 2010 2011

0 6 137

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS V SDN 1 JAPANAN KECAMATAN CAWAS DESA JAPANAN KABUPATEN KLATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2010 2011

0 1 121

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Metode Kooperatif Tipe Stad Siswa Kelas V Sd Negeri Purwodiningratan Surakarta.

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Metode Kooperatif Tipe Stad Siswa Kelas V Sd Negeri Purwodiningratan Surakarta.

0 1 17

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK PADA SISWA KELAS X-1 SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA.

0 1 9

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas).

0 1 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PROSES DENGAN METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI YOSODIPURO NO.104 SURAKARTA.

0 0 19

IMPLEMENTASI METODE GROUP INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS V SD NEGERI 1 BIREUEN Marzuki

0 0 6

Peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan media gambar seri pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

0 0 146