Payung Hukum Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi

Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia Memutuskan : Menetapkan : Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang-Undang. Pasal 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah KonstitusiLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5456 ditetapkan menjadi Undang-Undang dan melampirkannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Undang- Undang ini. Pasal 2 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 31 31 Lihat Undang-Undang No 4 tahun 2014 tentang perpu No 1 tahun 2013 atas perubahan kedua Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi

3. Pendapat Para Ahli Mengenai Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS, Aboe Bakar Al Habsyi mengatakan mencermati Perpu No 1 Tahun 2013 tentang Mahkamah Konstitusi MK harus dilihat dari dua sisi. Pertama dari sisi kontennya yang kedua dari konteks bentuknya. Soal ini, ada tiga isu utama yang diatur oleh Perpu tersebut, yaitu persyaratan hakim Mahkamah Konstitusi yang tidak boleh menjadi anggota parpol selama 7 tahun seebelumnya. Kedua mengenai mekanisme seleksi yang menggunakan panel ahli. Ketiga, dibentuknya Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi yang dibentuk permanen untuk melakukan pengawasan terhadap hakim Mahkamah Kontitusi. Kata politisi PKS ini, mengenai persyaratan hakim Mahkamah Konstitusi yang tidak boleh menjadi anggota parpol 7 tahun sebelum diusulkan, dianggapnya cukup baik. Hal ini untuk meningkatkan independensi hakim, agar meyakinkan publik bahwa mereka tidak terkontaminasi oleh kepentingan politik. Namun, menurut dia, bila mau konsisten seharusnya calon juga dipersyaratkan tidak boleh menjadi aparatur negara atau PNS selama 7 tahun sebelumnya. Karena Mahkamah Konstitusi tidak hanya menyidangkan persoalan politik, namun juga materi yang berhubungan dengan pemerintahan. Sedangkan pembentukan panel ahli memang bagus untuk menjaga kualitas hakim Mahkamah Konstitusi, agar ada standarisasi kemampuan melalui uji keahlian dibidang hukum dan konstitusi. Sementara itu, pembentukan Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi menurut dia tidak tepat, karena pengaturan yang serupa sudah pernah disidangkan oleh Mahkamah Konstitusi, yang kemudian pasal tersebut dibatalkan. Adanya pasal yang mengatur komposisi majelis kehormatan hakim Mahkamah Konstitusi dengan memasukkan unsur DPR, pemerintah, MA, KY secara permanen justru akan mengancam dan mengganggu kemandirian hakim Mahkamah Konstitusi,. Lebih lanjut dijelaskan, adanya keempat unsur itu berpotensi menimbulkan konflik kepentingan karena mereka dapat menjadi pihak yang berperkara di Mahkamah Konstitusi. Selain itu, soal perubahan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi melalui Perpu dia menilai itu juga tidak pas, karena sebenarnya tiga konten yang berkaitan dengan, persyaratan hakim Mahkamah Konsitusi, penjaringaan dan seleksi, serta pengawasan hakim Mahkamah Konstitusi lebih cocok diatur dalam revisi Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Mencermati itu semua, dia tegaska, bahwa dirinya belum melihat ada urgensi yang mendesak. Karena Mahkamah Konstitusi masih bisa berjalan normal dengan delapan hakim konstitusi yang ada. Alasannya, belum ada hal ikhwal yang memaksa yang menyebabkan kelumpuhan Mahkamah Konstitusi, yang pada kondisi tersebut menuntut presiden mengeluarkan perpu. Memang hal ikhwal yang memaksa dalam syarat penerbitan perpu adalah hak subyektif presiden, yang nantinya akan diuji secara obyektif oleh DPR sebagaimana ketentuan pasal 22 ayat 2 UUD 1945. Namun mengenai persyaratan, seleksi serta penjaringan masih bisa dilakukan dengan Undang-Undang Mahkamah Konsitutsi yang ada. Bilapun ingin dilakukan revisi dapat ditempuh jalur reguler sebagaimana diatur dalam UU no 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 32

C. ETIKA PROFESI HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI

1. Pengertian Hakim Mahkamah Konstitusi

Menurut ketentuan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, hakim konstitusi berjumlah sembilan orang. Kesembilan hakim konstitusi tersebut terdiri atas tiga orang yang dipilih atau ditentukan oleh Presiden, tiga orang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan tiga orang dipilih atau ditentukan oleh Mahkamah Agung. Jika di antara mereka ada yang berhalangan tetap atau diberhentikan di tengah masa jabatannya karena sebab-sebab tertentu, maka kekosongan jabatan hakim konstitusi itu diisi oleh lembaga dari mana hakim yang berhenti itu berasal. Ketentuan demikian ini diatur dalam Pasal 18 ayat 1 sebagaimana nanti akan diuraikan tersendiri. 33 Hakim konstitusi harus memenuhi syarat sebagai berikut : 32 http:www.tribunnews.comnasional20131020pembentukan-majelis-kehormatan- hakim-konstitusi-tidak-tepat. html 27022017 23:40 33 Jimly Asshiddiqie, HUKUM ACARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2010, h. 233

Dokumen yang terkait

Status Badan Hukum Yayasan Pendidikan Pasca Pembatalan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi No. 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009)

0 45 193

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Analisis politik hukum Islam mengenai putusan Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003

0 14 104

Wacana Pemberlakuan Hukum Pidana Islam Dalam Kompetensi Absolut Peradilan Agama (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/Puu-Vi/2008)

0 27 119

IMPLIKASI HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 028/PUU-XI/2013 TENTANG PEMBATALAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN TERHADAP AKTA PENDIRIAN KOPERASI

2 20 71

Kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam Peradilan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Studi Kasus Setya Novanto Ketua DPR RI Periode 2014-2019)

2 12 88

ANALISIS HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI YANG MENOLAK PENGUJIAN MATERIL TErHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN.

0 0 6

PERBANDINGAN HUKUM TENTANG AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

0 0 12

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 1 39

KONSEP PEMBATALAN PERKAWINAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1947 dan KOMPILASI HUKUM ISLAM

0 0 20