Amar Putusan PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PEMBATALAN

BAB IV ANALISIS DATA

A. STATUS HUKUM MAJELIS HAKIM MAHKAMAH KONSTITUSI

PASCA PUTUSAN PEMBATALAN Sebagaimana yang telah dijabarkan mengenai Status Hukum Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi pada surat Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1-2PUU-XII2014 tentang uji materi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubuhan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menjadi Undang-Undang. Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi adalah perangkat yang dibentuk oleh Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial untuk menjaga kehormatan dan prilaku hakim. Yang berfungsi untuk mengawasi prilaku hakim konstitusi agar teciptanya rasa keadilan untuk masyarakat disetiap perkara yang disidangkan dalam Mahkamah Konstitusi. Keanggotaan Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi ini berjumlah 5 orang yang terdiri atas unsur : 1. 1 orang mantan hakim konstitusi 2. 1 orang praktisi hukum 3. 2 orang akademisi yang salah satu atau keduanya berlatar belakang di bidang hukum 4. 1 orang tokoh masyarakat Anggota Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi ini memiliki syarat yang harus dipenuhi yaitu : 1. Memiliki intergritas dan kepribadian yang tidak tercela 2. Adil 3. Berusia paling rendah 50 tahun 4. Tidak menjadi anggota partai politik dalam jangka waktu paling singkat 5 tahun sebelum diangkat menjadi anggota Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi. Pada awalnya sebelum keluar putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1- 2PUU-XII2014 tentang uji materi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi menjadi Undang-Undang, terjadi penangkapan mantan Hakim Ketua Mahkamah Konstitusi akhil mochtar atas perkara suap. Saat itu juga pada era kepemipinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono mengeluarkan Peppu Nomor 1 Tahun 2013 Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi, karena Undang-Undang yang sebelumnya mengatur tentang pengawasan hakim konstitusi dianggap tidak cukup efektif dan dirasakan dalam keadaan genting atau memaksa sehingga Presiden mengeluarkan Perppu tersebut dan bersama-sama lembaga terkait menjadikan Perppu tersebut menjadi Undang-Undang. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Mahkamah Konstitusi karena Mahkamah Konstitusi adalah gerbang terakhir konstitusi di Indonesia. Berdasarkan putusan yang dikeluarkan Mahakamh Konstitusi pada putusannya Nomor 1-2PUU-XII2014 tentang uji materi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi menjadi Undang- Undang bahwa Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohon Para Pemohon atas uji materi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014, sehingga status hukum majelis kehormatan mahkamah konstitusi pasca putusan pembatalan Undang- Undang Nomor 4 tahun 2014 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi menjadi Undang- Undang dibatalkan demi hukum dan tidak lagi mempunyai hukum tetap karena payung hukum yang menjadi pijakannya telah di batalkan oleh Mahkamah Konstitusi, selanjutnya Mahkamah Konstitusi memberlakukan kembali Undang- Undang 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang didalamnya terdapat lembaga internal yaitu Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi yang dibentuk oleh Mahkamah Konstitusi untuk mematau, memeriksa dan merekomendasikan tindakan terhadap Hakim Konstitusi, yang diduga melanggar Kode Etik dan Pedoman Prilaku Hakim Konstitusi.

Dokumen yang terkait

Status Badan Hukum Yayasan Pendidikan Pasca Pembatalan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi No. 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009)

0 45 193

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Analisis politik hukum Islam mengenai putusan Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003

0 14 104

Wacana Pemberlakuan Hukum Pidana Islam Dalam Kompetensi Absolut Peradilan Agama (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/Puu-Vi/2008)

0 27 119

IMPLIKASI HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 028/PUU-XI/2013 TENTANG PEMBATALAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN TERHADAP AKTA PENDIRIAN KOPERASI

2 20 71

Kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan dalam Peradilan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Studi Kasus Setya Novanto Ketua DPR RI Periode 2014-2019)

2 12 88

ANALISIS HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI YANG MENOLAK PENGUJIAN MATERIL TErHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN.

0 0 6

PERBANDINGAN HUKUM TENTANG AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.

0 0 12

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 1 39

KONSEP PEMBATALAN PERKAWINAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1947 dan KOMPILASI HUKUM ISLAM

0 0 20