Berapa pengertian budaya diatas, menunjukan bahwa budaya merupakan satu unit interpretasi, ingatan, dan makna yang ada di dalam manusia dan bukan sekadar
dalam kata-kata. Ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan norma, semua ini merupakan langkah awal di mana kita merasa berbeda dalam sebuah wacana. Budaya
mempengaruhi perilaku manusia karena setiap orang akan menampilkan kebudayaannya tatkala dia bertindak, seperti tindakan membuat ramalan atau harapan
tentang orang lain atau perilaku mereka. Terakhir, budaya melibatkan karakteristik suatu kelompok manusia dan bukan sekadar pada individu.
2.1.2 Nilai Budaya Pada Wirausaha
Nilai budaya yang terwujud dalam perasaan terhadap ketidakpastian merupakan bagian dari anggota masyarakat yang diturunkan secara turun temurun
serta dapat dipelajari. Individu dalam masyarakat mempelajarinya melalui proses belajar yang berupa transfer ilmu pengetahuan dan pemberian reinforcement dalam
situasi yang ada di masyarakatseperti keluarga, sekolah dan negara. Perasaan ini merupakan pola kolektif dari suatu masyarakat yang mungkin saja berbeda pada
masing-masing masyarakat. Terdapat dua ciri nilai budaya di dalam masyarakat, yaitu masyarakat dengan
nilai budaya tinggi dan rendah. Tingkat nilai budaya dapat diukur dengan menggunakan uncertainty avoidance index UAI. Berikut ini merupakan gambaran
dari ciri-ciri masyarakat dengan nilai budaya tinggi dan rendah.
Universitas Sumatera Utara
1. Nilai budaya tinggi
Menurut Hofstade 2005:34, jika dilihat secara ekstrim maka masyarakat dengan tingkat nilai budaya yang tinggi akan merasa nyaman jika berada pada situasi
serta kondisi dimana keadaan saat ini dan masa depan dapat diprediksi atau dengan kata lain mempunyai kepastian. Masyarakat dengan nilai budaya yang
tinggi akan berorientasi pada peraturan, institusi hukum, ahli dan kontrol untuk mengurangi ketidakpastian yang ada. Tingkat kecemasan mereka juga pada
umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat nilai budaya rendah. Kecemasam masyarakat dengan tingkat nilai budaya tinggi ini
termanifestasikan dalam aturan-aturan yang ketat dan rinci dalam mengatur segala aspek kehidupan seperti di dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan
negara serta organisasi. 2.
Nilai budaya rendah Masyarakat dengan nilai budaya rendah akan tetap merasa nyaman walaupun
mereka berada pada situasi yang tidak pasti saat ini maupun masa depan. Hal tersebut mencerminkan tingkat toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas dan
pendapat yang beragam pada masyarakat dengan nilai budaya rendah. Oleh karena itu mereka tidak terlalu berorientasi pada peraturan, lebih siap dalam
menghadapi perubahan, serta berani mengambil keputusan yang berisiko. Tingkat kecemasan pada masyarakat dengan nilai budaya rendah lebih rendah
dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai nilai budaya tinggi. Masyarakat dengan nilai budaya rendah lebih tidak cemas dalam menghadapi
Universitas Sumatera Utara
perubahan-perubahanhal-hal baru. Nilai budaya rendah ini dapat dilihat dari konteks keluarga, masyarakat dan negara serta organisasi. Hofstade 2005:65
Individu yang tinggal dengan keluarga yang mempunyai budaya dengan nilai budaya rendah meyakini bahwa mereka dapat mengontrol konflik dan kompetisi.
Mereka menganggap perbedaan yang ada sebagai hal yang menarik untuk diketahui lebih lanjut. Oleh karena itu hal yang berbeda secara sosial tidak dianggap sebagai
sesuatu yang membahayakan. Hal ini juga menyebabkan mereka mempunyai toleransi yang sangat tinggi pada tingkah laku yang kreatif dan baru.
Menurut Hofstade dalam Mueller Thomas 2000:14, pada individu yang berada dalam masyarakat dengan nilai budaya yang rendah, ia mempunyai keinginan
yang besar dalam mengambil resiko dan kebutuhan untuk berprestasi merupakan usaha yang sukarela dilakukan. Sedangkan individu yang berada pada masyarakat
dengan nilai budaya yang tinggi. Ia meyakini bahwa konflik dan kompetisi merupakan suatu bentuk agresi yang merusak dan harus dihindari. Orang dan ide
yang berbeda dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan. Pada budaya dengan nilai budaya yang tinggi, individu di dalamnya mempunyai rasa takut akan kegagalan
yang lebih besar, keinginan untuk mengambil resiko yang rendah dan juga toleransi terhadap situasi ambigu yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ripsas 1998:65, resiko yang ditandai wirausaha merupakan dampak dari perubahan di lingkungan yang tidak dapat dikontrol dan tidak pasti.
Umumnya wirausaha memanfaatkan perubahan yang tidak pasti ini untuk mencapai tujuan mereka sehingga tidak heran jika wirausaha cukup mempunyai toleransi yang
tinggi dalam menghadapi ketidakpastian. Knight dalam Ripsas 1998:66, menyatakan bahwa wirausaha mempunyai
kelebihan dalam hal toleransi terhadap ketidakpastian. Dari definisi yang diberikan tersebut dapat dilihat bahwa seorang wirausaha diasumsikan dengan pengambilan
resiko yang berkaitan erat dengan ketidakpastian. Keunggulan atau fungsi utama seorang wirausaha adalah kemampuannya dalam menghadapi ketidakpastian. Resiko
yang selalu dikaitkan dengan ketidakpastian merubah suatu hal yang tidak dapat diukur. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah
satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha adalah kemampuannya dalam menghadapi ketidakpastian dengan memutuskan tentang bagaimana dan apa
yang harus dilakukan dalam menghadapi ketidakpastian dengan tidak menjadikan beberapa kemungkinan yang terjadi di masa depan menjadi sesuatu yang pasti.
2.1.3 Tiga Wujud Kebudayaan