Pengaruh Suku Minang Kabau Dan Suku Tionghoa Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Pasar Aksara Medan

(1)

SKRIPSI

PENGARUH BUDAYA MINANG KABAU DAN BUDAYA TIONGHOA TERHADAP KEBERHASILAN WIRAUSAHA PADA PASAR AKSARA MEDAN

OLEH

JASPER 090502217

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Pengaruh Suku Minang Kabau Dan Suku Tionghoa Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Pasar Aksara Medan

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya Minang Kabau dan budaya Tionghoa terhadap keberhasilan wirausaha di pasar Aksara Medan. jenis penelitian adalah metode deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari obyek yang diteliti dengan menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat didalamnya, kemudian diinterpretasikan berdasarkan teori-teori dan literatur-literatur yang berhubungan dengan factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha.

Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian melalui kuesioner di lapangan dan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Biasanya sudah dalam bentuk publikasi seperti data yang diperoleh dari situasi-situasi internet dan data lainnya yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan daftar pertanyaan (questionnaire). Populasi dalam penelitian ini adalah para pedagang yang ada di pasar Aksara Medan yang bersuku bangsa Minang Kabau dan Tionghoa yang berjumlah 604 pedagang. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin, Umar (2004:76) yakni sebanyak 86 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih dengan kriteria tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa (1) Ada perbedaan tingkat keberhasilan wirausaha di tinjau dari pengaruh budaya Minang Kabau dan pengaruh budaya Tionghoa di pasar Aksara Medan. (2) Tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Tionghoa lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Minang Kabau.

Kata kunci: Budaya Minang Kabau, Budaya Tionghoa, dan Keberhasilan Wirausaha


(3)

ABSTRACT

Effect Of Minangkabau Culture And Chinese Culture To Entrepreneurial Success At Pasar Aksara Medan

This study aimed to determine and analyze the effect of Minangkabau culture and Tionghoa culture to entrepreneurial success at pasar Aksara Medan. Type of research is descriptive method, which is a form of research that is based on collected data during the study systematically the facts and the properties of the object studied by combining the relationship between the variables involved, then interpreted based on the theories and literature related to the factors that influence the success of a business.

Types of data used consists of primary data is data obtained directly from respondents through questionnaires in the field of research and secondary data, that obtained in the form of ready-made , has been collected and processed by other parties. Usually in the form of publications such as the data obtained from the internet situations and other data directly related to the object under study .

Method of data collection with a list of questions (questionnaire). The population in this study are traders at the pasar Aksara Medan that from Minangkabau Ethnic and the Tionghoa ethnic, amounting to 604 merchants. The number of samples was calculated by the Slovin formula , Umar (2004:76) that as many as 86 respondents. The sampling technique using purposive sampling method , the sample is selected with certain criteria.

The results showed that (1) There are differences in the level of entrepreneurial success in the review of the influence of Minangkabau culture and influence of Tionghoa culture on the pasar Aksara Medan. (2) The success rate of the Tionghoa ethnic entrepreneurs is higher than the success rate of entrepreneurs in Minangkabau ethnic.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ridho serta nikmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengangkat judul “Pengaruh Budaya Minangkabau dan Budaya Tionghoa Terhadap Keberhasilan Wirausaha pada Pasar Aksara Medan”.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang tulus, ikhlas dan tak terhingga kepada kedua orang tua peneliti, Ayahanda Daniel dan Ibunda Meilina yang telah memberikan kasih sayang serta dukungan moril dan materil semasa hidupnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Pada kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Azhar,MEC.AC selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Marhaini, M.S selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan arahan dalam menyusun skripsi ini. 6. Ibu Prof. Dr. Ritha . Dalimunthe, S.E., M.Si, selaku Dosen Pembaca Penilai yang

telah banyak membantu dan memberikan saran untuk kesempurnaan dalam skripsi ini.

7. Terima kasih banyak untuk semua keluarga besarku atas kasih sayang dan dukungan doa dan semangat yang telah diberikan selama ini.

8. Untuk sahabat satu angkatan 2009 Terima kasih atas dukungan moral dan moril yang telah diberikan selama ini.


(5)

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan Rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril, spritual maupun pengetahuan kepada peneliti. Peneliti menyadari skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Medan,10 February 2014 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kebudayaan ... 8

2.1.1 Defenisi Kebudayaan ... 8

2.1.2 Nilai Budaya Pada Wirausaha ... 9

2.1.3 Tiga Wujud Kebudayaan ... 12

2.2 Kewirausahaan ... 14

2.2.1 Definisi Kewirausahaan ... 14

2.2.2 Karakteristik Kewirausahaan ... 16

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha ... 18

2.3 Keberhasilan Wirausaha ... 19

2.4 Kerangka Konseptual ... 22

2.5 Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 24

3.3 Batasan Operasional ... 24

3.4 Definisi Operasional ... 24

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 26

3.6 Populasi dan Sampel ... 27

3.6.1 Populasi Penelitian ... 27

3.6.2 Sampel Penelitian ... 27

3.7 Jenis dan Sumber data ... 28


(7)

3.9 Uji Validitas dan Realibilitas ... 29

3.9.1 Uji Validitas ... 29

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 30

3.10 Metode Analisis Data ... 31

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif ... 31

3.10.2 Metode Analisis Kuantitatif ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Gambaran Umum ... 32

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 32

4.2 Analisis Deskriptif ... 35

4.2.1 Karakteristik Responden ... 36

4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 36

4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 36

4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha... 37

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel ... 38

4.2.2.1 Deskripsi Variabel Budaya Minang Kabau (X1) ... 38

4.2.2.2 Deskripsi Variabel Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Minang Kabau (X2) ... 40

4.2.2.3 Deskripsi Variabel Budaya Tionghoa (X3) ... 41

4.2.2.4Deskripsi Variabel Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Tionghoa (Y)... 43

4.3 Metode Analisis Perbandingan Rata-rata (Independen- Sample t Test) ... 44

4.3.1 uji signifikansi ... 47

4.4 Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran.. ... 51


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Halaman


(9)

DAFTAR TABEL

No. Gambar Judul Halaman

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 25

3.2 Instrumen Skala Likert ... 26

3.3 Jumlah Pedagang Pasar Aksara Medan ... 27

3.4 Jumlah Keterangan Sampel Dalam Setiap Pedagang Pada Pasar Aksara Medan ... 31

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 36

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 37

4.4 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Budaya Minang Kabau ... 39

4.5 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Minang Kabau ... 40

4.6 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Budaya Tionghoa ... 42

4.7 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Tionghoa ... 43

4.8 Mean dan Standart Deviasi ... 45


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman


(11)

ABSTRAK

Pengaruh Suku Minang Kabau Dan Suku Tionghoa Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Pasar Aksara Medan

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya Minang Kabau dan budaya Tionghoa terhadap keberhasilan wirausaha di pasar Aksara Medan. jenis penelitian adalah metode deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari obyek yang diteliti dengan menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat didalamnya, kemudian diinterpretasikan berdasarkan teori-teori dan literatur-literatur yang berhubungan dengan factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha.

Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian melalui kuesioner di lapangan dan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Biasanya sudah dalam bentuk publikasi seperti data yang diperoleh dari situasi-situasi internet dan data lainnya yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan daftar pertanyaan (questionnaire). Populasi dalam penelitian ini adalah para pedagang yang ada di pasar Aksara Medan yang bersuku bangsa Minang Kabau dan Tionghoa yang berjumlah 604 pedagang. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus Slovin, Umar (2004:76) yakni sebanyak 86 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih dengan kriteria tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa (1) Ada perbedaan tingkat keberhasilan wirausaha di tinjau dari pengaruh budaya Minang Kabau dan pengaruh budaya Tionghoa di pasar Aksara Medan. (2) Tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Tionghoa lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Minang Kabau.

Kata kunci: Budaya Minang Kabau, Budaya Tionghoa, dan Keberhasilan Wirausaha


(12)

ABSTRACT

Effect Of Minangkabau Culture And Chinese Culture To Entrepreneurial Success At Pasar Aksara Medan

This study aimed to determine and analyze the effect of Minangkabau culture and Tionghoa culture to entrepreneurial success at pasar Aksara Medan. Type of research is descriptive method, which is a form of research that is based on collected data during the study systematically the facts and the properties of the object studied by combining the relationship between the variables involved, then interpreted based on the theories and literature related to the factors that influence the success of a business.

Types of data used consists of primary data is data obtained directly from respondents through questionnaires in the field of research and secondary data, that obtained in the form of ready-made , has been collected and processed by other parties. Usually in the form of publications such as the data obtained from the internet situations and other data directly related to the object under study .

Method of data collection with a list of questions (questionnaire). The population in this study are traders at the pasar Aksara Medan that from Minangkabau Ethnic and the Tionghoa ethnic, amounting to 604 merchants. The number of samples was calculated by the Slovin formula , Umar (2004:76) that as many as 86 respondents. The sampling technique using purposive sampling method , the sample is selected with certain criteria.

The results showed that (1) There are differences in the level of entrepreneurial success in the review of the influence of Minangkabau culture and influence of Tionghoa culture on the pasar Aksara Medan. (2) The success rate of the Tionghoa ethnic entrepreneurs is higher than the success rate of entrepreneurs in Minangkabau ethnic.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa tidak hanya tergantung pada pertumbuhan ekonomi atau kestabilan politik bangsa itu sendiri, melainkan sebagian besar terletak pada bagaimana kemampuan dan kemauan serta semangat sumber daya manusianya sebagai aset utama dan terbesar dalam mengembangkan potensi bangsa. Semua sadar bahwa mereka yang hidup pada masa sekarang selalu menginginkan kehidupan yang lebih baik dari hari kemarin.

Ditengah ketatnya persaingan dunia kerja yang sarat dengan persaingan dan nuansa kolusi, mengapa kita tidak membuka “pintu” kesempatan yang lain, yaitu mendirikan usaha sendiri, sebagai alternatif untuk mengurangi angka pengangguran, yang tidak terserap lagi oleh jumlah lapangan pekerjaan. Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan

lingkungan. Budaya merupakan salah satu topik yang

menarik minat peneliti dari beragam disiplin ilmu. Hal ini karena budaya sebagai salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang.


(14)

Menurut Berger (2000:87) Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha. Manusia tidak dapat lepas dari kebudayaan, disebabkan kebudayaan merupakan cara beradaptasi manusia dengan lingkungannya yang merupakan warisan sosial. Dan kebudayaan itu sendiri bagi manusia berguna untuk mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah masyarakat menuju taraf hidup tertentu yang lebih baik, manusiawi, dan berperi kemanusiaan. Sebagaimana budaya-budaya yang dimiliki oleh setiap suku bangsa yang memiliki sistem nilai dan norma dalam mengatur masing-masing anggotanya dari suku bangsa tersebut maupun orang yang berasal dari suku lain.

Berbagai macam budaya banyak terdapat di Sumatera Utara, dapat dilihat dari keragaman suku bangsa yang ada. Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim oran

Wilayah tengah sekitar sebagian besarnya beragama Sejak dibukanya perkebunan kolonial perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis


(15)

Penelitian akan di lakukan di pasar Aksara Medan. Pasar Aksara Medan adalah salah satu pasar tradisional menjual bahan-bahan pokok seperti sembako, sayur-sayuran, daging, bumbu dan rempah-rempah, buah-buahan, kebutuhan sandang seperti pakaian, tas, sepatu, perhiasan, barang pecah belah, barang kelontong dan lain sebagainya. Suku Bangsa Pedagang Pasar Aksara Medan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Suku Bangsa Para Pedagang Pasar Aksara Medan

No Jenis Jumlah

1 Suku Batak 150

2 Suku Minang Kabau 317

3 Suku Jawa 72

4 Suku Tionghoa 287

5 Suku Melayu 56

Total 882

Sumber : Pusat pasar Aksara Medan (data diolah) 2013

Tabel 1.1 dapat terlihat di pasar Aksara Medan terdiri dari wirausaha dari berbagai ragam budaya yang dapat dilihat dari keragaman suku bangsa yang ada yaitu Batak, Minang kabau, Jawa, Tionghoa dan Melayu. Dari sekian banyak suku bangsa yang berjualan di pasar Aksara, peneliti memilih suku Minang Kabau dan suku Tionghoa karena kedua suku tersebut yang banyak berdagang di pasar Aksara Medan. Telah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan orang yang berasal dari Sumatera Barat, atau lebih sering disebut dengan orang Padang, berprofesi sebagai pedagang. Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam masyarakat Minangkabau. Mulai dari pedagang kaki lima yang berjualan di terminal, sampai


(16)

pengusaha besar pemilik jaringan perusahaan ternama. Menurut Nurhayati Latif, guru mata pelajaran BAM (Budaya Alam Minagkabau) di SLTPN I Padang fenomena ini juga disebabkan orang faktor adat dan budaya Minangkabau, yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Agama Islam sangat kuat pengaruhnya dalam masyarakat Minang, karena itu tak heran banyak yang berprofesi sebagai pedagang seperti junjungan besar Islam, Nabi Muhammad SAW. Namun ia juga menambahkan bahwa itu bukan alasan yang utama.

Alasan utamanya adalah watak idealisme yang dimiliki orang orang Minang. Idealisme, dalam arti tidak suka diatur dan dikekang. Mereka berani memulai usaha dari nol dengan usahanya sendiri, dan kurang menghiraukan resiko rugi. Toh kalau rugi, bisa memulai usaha yang lain lagi, dari nol lagi (Mungkin ini sebabnya tak banyak usaha orang Padang yang berkembang menjadi besar).

Dalam budaya Minang yang egaliter, setiap orang akan berusaha untuk menjadi seorang pemimpin. Menjadi subordinat orang lain, sehingga siap untuk diperintah-perintah, bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Prinsip "lebih baik menjadi pemimpin kelompok kecil daripada menjadi anak buah organisasi besar" (elok jadi kapalo samuik daripado ikua gajah) merupakan prinsip sebagian besar masyarakat Minang. Menjadi seorang pedagang merupakan salah satu cara memenuhi prinsip tersebut, sekaligus menjadi orang yang merdeka.


(17)

Rahasia kesuksesan orang Minang dalam berbisnis antara lain karena dia mau memulai usaha dari nol atau dari bawah, tidak gengsi memulai usaha dengan cara bersorak menjajakan kain 3 seribu di kaki lima. Orang Minang pun terkenal ulet, pantang menyerah, tahan banting, pandai menyesuaikan diri dengan tempat dia menjalankan usaha atau memakai prinsip di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung. (Bustami, 2008:67).

Orang Cina terkenal piawai dalam hal perdagangan. Jalur-jalur perdagangan di dunia pernah dikuasai oleh orang Cina dan sampai saat ini pun orang Cina sukses dalam bisnis perdagagangan. Dunia orang Cina adalah di bidang perdagangan. Mereka suka dan tertarik untuk berdagang. orang Cina memiliki ketekunan yang tinggi dalam hal berdagang. ketekunan inilah yang menjadi salah satu faktor keberhasilan mereka dalam bisnis perdagangan.

Orang Cina sering kali mewariskan pengalaman berdagang kepada anak dan cucunya. Karena itulah, mereka memperkenalkan perdagangan kepada anak-anak sejak kecil. Orang Cina percaya untuk menjadi pedagang yang matang dan memiliki kemampuan seseorang harus mulai dan belajar dari bawah. Dapat dikatakan, orang Cina dan perdagangan sudah bersatu padu serta menjadi satu entitas yang tidak dapat dipisahkan.

Menurut Redding (1990:87) terdapat tiga pengaruh konsisten dan dominan yang diidentifikasi sebagai pengaruh sentral praktik bisnis “orang-orang Cina perantauan” yaitu pertama, Paternalisme. Keluarga adalah badan primer untuk sosialisasi nilai konfusius tradisional yang diasosiasikan dengana keluarga,


(18)

kesinambungan keluarga dan saling mendukung di dalam jaringan kekerabatan yang diperluas. Kedua, personalisme. Hubungan dengan orang-orang yang dapat dipercaya dan melalui mereka orang-orang lain juga akan dipercaya dianggap sebagai dasar melakukan bisnis. Ketiga, ketidakamanan. Perasaan dikepung karena minoritas menyebabkan mereka memfokuskan usaha-usaha mengejar kekayaan sebagai jalur guna memperoleh keamanan.

Pengaruh budaya yang mempengaruhi formasi bisnis etnis berhubungan dengan sikap terhadap pengalaman dan proses historis, disamping juga mempertimbangkan praktis yang mempengaruhi motivasi dan kemampuan bagi keberhasilan usaha. Karakteristik budaya dan psikologis telah dinilai sebagai sesuatu yang kondusif bagi kewiraswastaan untuk memasukkan nilai-nilai seperti etika kerja, kesederhanaan, orientasi masa depan, penekanan pada pencarian keuntungan dan orientasi individu. Orang Yahudi, Cina dan Jepang seringkali dikutip sebagai contoh kelompok etnis yang mempunyai nilai-nilai yang secara positif mendorong kecendrungan untuk berbisnis.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Budaya Minang Kabau Dan Budaya Tionghoa Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Pasar Aksara Medan”.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah budaya Minang Kabau dan budaya Tionghoa berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan wirausaha di pasar Aksara Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya Minang Kabau dan budaya Tionghoa terhadap keberhasilan wirausaha di pasar Aksara Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi UKM

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi para pedagang maupunUKM dalam menjalankan usaha di Pasar Aksara Medan.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan wawasan yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan dan memperluas wahana berfikir ilmiah dalam bidang manajemen usaha kecil.

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang lain di masa yang akan datang.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebudayaan

2.1.1 Definisi Kebudayaan

Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Dengan kata lain, semua manusia merupakan aktor kebudayaan karena manusia bertindak dalam lingkup kebudayaan. Menurut Vaner dan Beamer dalam Alo Liliweri (2002:7) mengartikan budaya sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari, yang dibagi, atau yang dipertukarkan oleh sekelompok orang. Pandangan itu berisi apa yang mendasari kehidupan, apa yang menjadi derajat kepentingan, tentang sikap mereka yang tepat terhadap sesuatu, gambaran suatu perilaku yang harus diterima oleh sesama atau yang berkaitan dengan orang lain.

Menurut Alisyahbana dalam Supartono (2004:31) budaya merupakan manifestasi dari cara berfikir, sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas sebab semua tingkah laku dan perbuatan, mencakup di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran. Kemudian Peruci dan Hamby dalam Tampubolon (2004:184) mendefisinisikan budaya adalah segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia dalam masyarakat, serta termasuk pengakumulasian sejarah dari objek-objek atau perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu.


(21)

Berapa pengertian budaya diatas, menunjukan bahwa budaya merupakan satu unit interpretasi, ingatan, dan makna yang ada di dalam manusia dan bukan sekadar dalam kata-kata. Ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan norma, semua ini merupakan langkah awal di mana kita merasa berbeda dalam sebuah wacana. Budaya mempengaruhi perilaku manusia karena setiap orang akan menampilkan kebudayaannya tatkala dia bertindak, seperti tindakan membuat ramalan atau harapan tentang orang lain atau perilaku mereka. Terakhir, budaya melibatkan karakteristik suatu kelompok manusia dan bukan sekadar pada individu.

2.1.2 Nilai Budaya Pada Wirausaha

Nilai budaya yang terwujud dalam perasaan terhadap ketidakpastian merupakan bagian dari anggota masyarakat yang diturunkan secara turun temurun serta dapat dipelajari. Individu dalam masyarakat mempelajarinya melalui proses belajar yang berupa transfer ilmu pengetahuan dan pemberian reinforcement dalam situasi yang ada di masyarakatseperti keluarga, sekolah dan negara. Perasaan ini merupakan pola kolektif dari suatu masyarakat yang mungkin saja berbeda pada masing-masing masyarakat.

Terdapat dua ciri nilai budaya di dalam masyarakat, yaitu masyarakat dengan nilai budaya tinggi dan rendah. Tingkat nilai budaya dapat diukur dengan menggunakan uncertainty avoidance index (UAI). Berikut ini merupakan gambaran dari ciri-ciri masyarakat dengan nilai budaya tinggi dan rendah.


(22)

1. Nilai budaya tinggi

Menurut Hofstade (2005:34), jika dilihat secara ekstrim maka masyarakat dengan tingkat nilai budaya yang tinggi akan merasa nyaman jika berada pada situasi serta kondisi dimana keadaan saat ini dan masa depan dapat diprediksi atau dengan kata lain mempunyai kepastian. Masyarakat dengan nilai budaya yang tinggi akan berorientasi pada peraturan, institusi hukum, ahli dan kontrol untuk mengurangi ketidakpastian yang ada. Tingkat kecemasan mereka juga pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat nilai budaya rendah. Kecemasam masyarakat dengan tingkat nilai budaya tinggi ini termanifestasikan dalam aturan-aturan yang ketat dan rinci dalam mengatur segala aspek kehidupan seperti di dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan negara serta organisasi.

2. Nilai budaya rendah

Masyarakat dengan nilai budaya rendah akan tetap merasa nyaman walaupun mereka berada pada situasi yang tidak pasti saat ini maupun masa depan. Hal tersebut mencerminkan tingkat toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas dan pendapat yang beragam pada masyarakat dengan nilai budaya rendah. Oleh karena itu mereka tidak terlalu berorientasi pada peraturan, lebih siap dalam menghadapi perubahan, serta berani mengambil keputusan yang berisiko. Tingkat kecemasan pada masyarakat dengan nilai budaya rendah lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai nilai budaya tinggi. Masyarakat dengan nilai budaya rendah lebih tidak cemas dalam menghadapi


(23)

perubahan-perubahan/hal-hal baru. Nilai budaya rendah ini dapat dilihat dari konteks keluarga, masyarakat dan negara serta organisasi. Hofstade (2005:65)

Individu yang tinggal dengan keluarga yang mempunyai budaya dengan nilai budaya rendah meyakini bahwa mereka dapat mengontrol konflik dan kompetisi. Mereka menganggap perbedaan yang ada sebagai hal yang menarik untuk diketahui lebih lanjut. Oleh karena itu hal yang berbeda secara sosial tidak dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan. Hal ini juga menyebabkan mereka mempunyai toleransi yang sangat tinggi pada tingkah laku yang kreatif dan baru.

Menurut Hofstade dalam Mueller & Thomas (2000:14), pada individu yang berada dalam masyarakat dengan nilai budaya yang rendah, ia mempunyai keinginan yang besar dalam mengambil resiko dan kebutuhan untuk berprestasi merupakan usaha yang sukarela dilakukan. Sedangkan individu yang berada pada masyarakat dengan nilai budaya yang tinggi. Ia meyakini bahwa konflik dan kompetisi merupakan suatu bentuk agresi yang merusak dan harus dihindari. Orang dan ide yang berbeda dianggap sebagai sesuatu yang membahayakan. Pada budaya dengan nilai budaya yang tinggi, individu di dalamnya mempunyai rasa takut akan kegagalan yang lebih besar, keinginan untuk mengambil resiko yang rendah dan juga toleransi terhadap situasi ambigu yang rendah.


(24)

Menurut Ripsas (1998:65), resiko yang ditandai wirausaha merupakan dampak dari perubahan di lingkungan yang tidak dapat dikontrol dan tidak pasti. Umumnya wirausaha memanfaatkan perubahan yang tidak pasti ini untuk mencapai tujuan mereka sehingga tidak heran jika wirausaha cukup mempunyai toleransi yang tinggi dalam menghadapi ketidakpastian.

Knight dalam Ripsas (1998:66), menyatakan bahwa wirausaha mempunyai kelebihan dalam hal toleransi terhadap ketidakpastian. Dari definisi yang diberikan tersebut dapat dilihat bahwa seorang wirausaha diasumsikan dengan pengambilan resiko yang berkaitan erat dengan ketidakpastian. Keunggulan atau fungsi utama seorang wirausaha adalah kemampuannya dalam menghadapi ketidakpastian. Resiko yang selalu dikaitkan dengan ketidakpastian merubah suatu hal yang tidak dapat diukur. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha adalah kemampuannya dalam menghadapi ketidakpastian dengan memutuskan tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi ketidakpastian dengan tidak menjadikan beberapa kemungkinan yang terjadi di masa depan menjadi sesuatu yang pasti.

2.1.3 Tiga Wujud Kebudayaan

Berdasarkan dimensinya Menurut J.J. Hoenigman (2003:87), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu :


(25)

1. Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas (tindakan), aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

3. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.


(26)

Kenyataannya kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

2.2 Kewirausahaan

2.2.1 Defenisi Kewirausahaan

Menurut Frinces (2004:10), kewirausahaan adalah bentuk usaha menciptakan nilai lewat pengakuan terhadap peluang bisnis, manajemen pengambilan resiko yang sesuai dengan peluang yang ada dan lewat keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, dan sumber daya yang diperlukan untuk sebuah proyek sampai berhasil. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007:18).

Menurut Taufik Baharuddin dalam Maemunah (2004:27) menjelaskan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan, mencari dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang diterapkan. Pengembangan konsep kewirausahaan pada diri pengusaha menjadi penting, mengingat orang-orang yang mampu mengembangkan dan mampu mengolah kemampuan kewirausahaannya cenderung memiliki konsep yang jelas yang terarah dalam membangun dan membina usahanya.


(27)

Berdasarkan pendapat Suryana (2003:1), kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Pengertian wirausaha berdasarkan pendapat Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2003:13) adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Berdasarkan pemahaman tersebut, Suryana (2003:13) mengidentifikasi enam hakekat penting dari kewirausahaan sebagai berikut.

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different).

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. 4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha

(start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth).

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih


(28)

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

2.2.2 Karakteristik Kewirausahaan

Pada tahap awal berdirinya suatu perusahaan, selain dibutuhkan tersedianya sumber daya atau faktor-faktor produksi juga diperlukan adanya jiwa kewirausahaan yang tangguh dari pengelolanya. Kewirausahaan merupakan suatu profesi yang timbul karena interaksi antara ilmu pengatahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dengan seni yang dapat diperoleh dari suatu rangkaian kerja yang diberikan dalam praktek. Oleh karena itu, seorang wirausaha melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan profit yang merupakan balas jasa atas kesediaannya menerima resiko. Menurut Panji Anoraga (2002:142) ciri-ciri kepribadian seorang wirausaha adalah sebagai berikut:

1. Memiliki cita-cita dan kemudian berusaha mewujudkan cita-cita tersebut. 2. Berani menanggung resiko.

3. Mau dan suka bekerja keras.

4. Memiliki semangat kerja yang tinggi dan tidak mudah putus asa. 5. Memiliki rasa percaya diri yang kuat.


(29)

6. Memiliki keterampilan untuk memimpin orang lain. 7. Memiliki daya kreativitas yang tinggi.

Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda, misalnya pendapat Zimmerer dan Scarborough (2004:4) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut ini:

1. Menyukai tanggung jawab, wirausaha merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat.

2. Lebih menyukai risiko menengah, yaitu wirausaha bukanlah seorang pengambil risiko liar, melainkan seorang yang mengambil risiko dengan penuh perhitungan. 3. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil, yaitu wirausaha umumnya

memiliki banyak keyakinan atas kemampuan untuk berhasil.

4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung, wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari pengukuhan. 5. Memiliki tingkat energi yang tinggi, wirausahawan lebih energitik dibandingkan

dengan kebanyakan orang.

6. Orientasi ke depan, wirausahawan memiliki indera yang kuat dalam mencari peluang.

7. Keterampilan mengorganisasi, membangun sebuah perusahaan dari nol dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. 8. Memiliki prestasi lebih tinggi daripada uang, salah satu kesalah pengertian yang

paling umum mengenai wirausaha adalah anggapan bahwa mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang.


(30)

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha

Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri :

1. Keuntungan kewirausahaan

a. Otonomi. Pengelolaan yang bebas misalnya menjadi “bos” yang penuh kepuasan. b. Tantangan awal. Tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang tinggi

merupakan hal yang menggembirakan, peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha.

c. Control financial. Bebas dalam mengelola keuangan dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.

2. Kerugian kewirausahaan

Berwirausaha juga memiliki beberapa kerugian, yaitu :

a. Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi, hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.

b. Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis baik pemasaran, keuangan, personil maupun penggandaan dan pelatihan.

c. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan keuangan milik sendiri, maka margin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.


(31)

2.3 Keberhasilan Wirausaha

Menurut pendapat Tulus Tambunan (2002:14) menyatakan bahwa “keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan pada umumnya ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan adalah kekuatan dari dalam perusahaan itu untuk tumbuh dan berkembang mandiri secara berkesinambungan. Pada perusahaan kecil faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah diantaranya kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi, struktur organisasi, sistem majemuk, partisipasi, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, tingkat entrepreneurship. Sedangkan faktor eksternal yang turut menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu usaha diantaranya faktor pemerintah seperti kebijakan ekonomi, politik, tingkat demokrasi, kemudian faktor diluar pemerintah seperti sistem perekonomian, sosio-kultur, budaya masyarakat, sistem perburuhan dan kondisi pasar buruh, kondisi infrastruktur dan tingkat pendidikan masyarakat. Selain itu lingkungan global juga mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu usaha”.

Keberhasilan usaha menurut suryana (2003:285) adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuanya. Menurut Noor (2007:397) mengungkapkan bahwa keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuanya.


(32)

Faktor-faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan wirausaha keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Berdasarkan pendapat Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2003:44), beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha berhasil dalam menjalankan usaha barunya, diantaranya:

1. Mempunyai ide atau visi bisnis yang jelas.

2. Mempunyai kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko, baik waktu maupun uang.

3. Mempunyai semangat dan kerja keras dalam membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankannya.

4. Mempunyai loyalitas dan tanggung jawab terhadap pihak-pihak terkait.

Menurut Zimmerer dalam Suryana (2003:44-45) mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya, diantaranya :

1. Tidak kompeten dalam manajerial, tidak kompeten atau tidak kemampuan dalam pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang menyebabkan perusahaan kurang berhasil.

2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan mensosialisikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia maupun kemampuan mengintegrasikan operasi usaha. 3. Kurang dapat mengendalikan keuangan, agar perusahaan dapat berhasil dengan


(33)

pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.

4. Gagal dalam perencanaan, perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya.

5. Lokasi yang kurang memadai, lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.

6. Kurangnya pengawasan peralatan, serta kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas, kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.

7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berwirausaha, sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.

8. ketidakmampuan dalam melakukan peralihan atau transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berarti mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.


(34)

2.4 Kerangka Konseptual

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Budaya merupakan sebagai salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Berger (2000:87) Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha.

Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam masyarakat Minangkabau. Mulai dari pedagang kaki lima yang berjualan di terminal, sampai pengusaha besar pemilik jaringan supermarket ternama. Rahasia kesuksesan orang Minang dalam berbisnis antara lain karena dia mau memulai usaha dari nol atau dari bawah, tidak gengsi memulai usaha dengan cara bersorak menjajakan kain 3 seribu di kaki lima. Orang Minang pun terkenal ulet, pantang menyerah, tahan banting, pandai menyesuaikan diri dengan tempat dia menjalankan usaha atau memakai prinsip di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung.

Dari dulu orang China terkenal piawai dalam hal perdagangan. Jalur-jalur perdagangan di dunia pernah dikuasai oleh orang Cina dan sampai saat ini pun orang Cina sukses dalam bisnis perdagagangan. Dunia orang Cina adalah di bidang perdagangan. Mereka suka dan tertarik untuk berdagang. orang Cina memiliki ketekunan yang tinggi dalam hal berdagang. ketekunan inilah yang menjadi salah satu


(35)

faktor keberhasilan mereka dalam bisnis perdagangan. Pengaruh budaya yang mempengaruhi formasi bisnis etnis berhubungan dengan sikap terhadap pengalaman dan proses historis, disamping juga mempertimbangkan praktis yang mempengaruhi motivasi dan kemampuan bagi keberhasilan usaha.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber:Bustami (2008), Redding (1990) dan Suryana (2003) Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2006:70) adalah “jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Berdasarkan perumusan masalah sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

“Budaya Minang Kabau dan budaya Tionghoa berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan wirausaha pada pasar Aksara Medan”.

Budaya Tionghoa

Keberhasilan Wirausaha Budaya Minang


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN 3. 1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari obyek yang diteliti dengan menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat didalamnya, kemudian diinterpretasikan berdasarkan teori-teori dan literatur-literatur yang berhubungan dengan factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha. (Sugiyono, 2006:13)

3. 2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pasar Aksara Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai dengan Jauari 2014.

3. 3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan penelitian yang dilakukan. Maka batasan operasional Penelitian ini dibatasi pada variabel bebas (independent), Budaya Minang Kabau (X1), Budaya Tionghoa (X2) dan variabel terikat (dependent) keberhasilan usaha(Y).

3. 4 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel-variabel suatu faktor berkaitan dengan faktor lainnya. Definisi variabel memberikan dan menuntun arah peneliti bagaimana cara mengukur suatu variabel.


(37)

Berikut ini menjelaskan defenisi operasional variabel yang berisikan indikator, yang digunakan untuk membantu membuat daftar pernyataan pada penelitian ini.

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Budaya Minang Kabau

(X1)

Minangkabau adalah kultur

etnis dari suatu rumpun

dan besar karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau

1. Memiliki budaya

merantau

2. Adanya budaya

Matrilineal

3. Memiliki hasrat pemimpin

4. Memiliki jiwa pantang menyerah

5. Bersedia memulai

usaha dari nol

Likert

Budaya Tionghoa

(X2)

Orang keturunan Tionghoa yang berfungsi sebagai warga atau bertindak pada masyarakat Tionghoa atau yang dianggap sebagai orang Tionghoa oleh orang Indonesia dan mendapatkan perlakuan tertentu sebagai akibatnya

1. Adanya budaya

paternalisme

2. Memiliki sifat

personalisme

3. Selalu merasa

ketidakamanan

4. Memiliki ketekunan yang tinggi 5. Berorientasi international Likert Keberhasilan Wirausaha (Y)

Keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuanya

1. Memperoleh keuntungan besar 2. Kemajuan

perkembangan Usaha 3. Omset Penjualan

bertambah

4. Pertumbuhan Usaha meningkat

Likert


(38)

Variabel pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1, penjelasannya dapat dilihat sebagai berikut:

1) Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya.

a. Variabel Budaya Minang Kabau (X1)

Minangkabau adalah kultur etnis dari suatu rumpun besar karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau

b. Variabel Budaya Tionghoa (X2)

Orang keturunan Cina yang berfungsi sebagai warga atau bertindak pada masyarakat Tionghoa atau yang dianggap sebagai orang Tionghoa oleh orang Indonesia dan mendapatkan perlakuan tertentu sebagai akibatnya.

2) Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi variabel bebas

a. Keberhasilan Wirausaha (Y)

Keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuanya.

3. 5 Skala Pengukuran Variabel

Adapun yang menjadi skala pengukuran dalam penelitian ini adalah skala Likert sebagai alat utuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau Sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap


(39)

variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberikan skor (Sugiono,2007:86).

Kriteria pengukuran variabelnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Instrument Skala Likert

No Item Instrument Skala

1 2 3 4 5

Sangat Setuju (SS) Setuju (S)

Ragu-Ragu (R) Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5 4 3 2 1

Sumber : Sugiono (2006 : 133) 3. 6 Populasi dan Sampel

3. 6. 1 Populasi

Menurut Sugiyono (2006:57), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah para pedagang yang ada di pasar Aksara Medan yang bersuku bangsa Minang Kabau dan Tionghoa yang berjumlah 604 pedagang.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasinya (Ginting dan Situmorang, 2008:151). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10% (Umar, 2008).


(40)

Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = standar error

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut: n =

n = 85,7954 responden dibulatkan menjadi 86 responden. Jumlah sampel 85,7954 orang dan dibulatkan menjadi 86 orang dengan tingkat kesalahan 10%. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih dengan kriteria tertentu (Sugiyono, 2006:122). Kriteria sampel yang diambil adalah orang-orang yang telah berdagang di pasar Aksara selama 2 tahun.

3. 7 Jenis dan Sumber Data

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian melalui wawancara dan kuesioner di lapangan.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh untuk melengkapi data primer dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Biasanya sudah dalam bentuk publikasi seperti data yang diperoleh dari situasi-situasi internet dan data lainnya yang berhubungan langsung dengan objek yang diteliti.


(41)

3. 8 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Dokumentasi

Dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku, jurnal, internet dan skripsi yang berkaitan dengan penelitian.

2. Kuesioner

Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada objek penelitian yang sesuai dengan variabel yang diteliti.

3. 9 Uji Validitas dan Realibilitas 3. 9. 1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan (Kuesioner). Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini sampel uji validitas diambil sebanyak 30 orang pemilik usaha pada Pasar Aksara Medan diluar daripada sampel dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut dikatakan valid.


(42)

Tabel 3.3 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 44.8000 98.234 .599 .886

VAR00002 44.8000 99.338 .635 .885

VAR00003 44.6333 104.171 .390 .896

VAR00004 44.7333 100.754 .702 .883

VAR00005 44.5000 99.155 .615 .886

VAR00006 44.9000 100.714 .531 .889

VAR00007 44.3667 100.516 .572 .887

VAR00008 44.8000 99.338 .635 .885

VAR00009 45.0667 101.306 .543 .889

VAR00010 44.8667 101.844 .494 .891

VAR00011 44.8667 96.740 .651 .884

VAR00012 44.5000 99.155 .615 .886

VAR00013 44.8333 102.833 .622 .886

VAR00014 44.9333 100.340 .566 .888

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 16,0 (Jan 2014)

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan valid, hal ini dapat dilihat dari rhitung pada corrected item-total correlation yang pada keseluruhan butir lebih besar dari rtabel (0,361).

3. 9. 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Situmorang, 2008:37). Bila suatu alat pengukur di pakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel.


(43)

Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha yaitu suatu kontruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2005:41-42)

Tabel 3.4 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.894 14

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 16,0 (Jan 2014)

Pada Tabel 3.4 diketahui bahwa koefisien alpha pada tingkat signifikansi 5% adalah 0,894. Ini berarti 0,894 > 0,60 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden agar dapat dijadikan sebagai instrumen penelitian.

3. 10 Metode Analisis Data 3.10.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis dengan cara data yang disusun dan dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan. Data diperoleh dari data primer berupa daftar pernyataan yang telah diisi oleh sejumlah responden penelitian yaitu pedagang yang bersuku bangsa Minang Kabau dan Tionghoa di pasar Aksara Medan.

3.10.2 Metode Analisis Kuantitatif

Dalam melakukan penelitian ini jenis data yang digunakan adalah sebagai berikut :


(44)

1. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterprestasikan secara objektif untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

2. Pengujian Hipotesis

Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test. Uji ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda.

Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Hipotesis statistik yang diajukan adalah : Ha : μ1 ≠

μ2 : ada perbedaan

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis (dua arah) adalah :

a. Ha diterima atau H0 ditolak apabila –ttabel > thitung > +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of signifikan sebesar 0,05.

b. Ha ditolak atau H0 diterima apabila –ttabel < thitung < +ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of signifikan sebesar 0,05


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Pasar Aksara Medan adalah pasar yang dibangun berdasarkan sidang Gemente pada tanggal 29 April 1929 dibangun diatas sebidang tanah datar yang tadinya lapangan lomba kuda. Bangunan yang dibangun dalam kurun waktu sepuluh bulan tersebut terdiri dari 4 (empat) buah loods besar (I, II, III, IV) masing-masing berukuran 36 x 15 meter dan dikelilingi 183 toko permanen.

Terdapat beberapa pasar yang didirikan oleh Gemente Medan, diantaranya adalah Pasar Bundar Petisah yang dibangun pada tahun 1919 kemudian dibongkar pada tahun 1973 dan dialihkan ke pusat pasar, pasar swasta milik Tjong A Fie bernama pasar ikan beralamat dijalan Ahmad Yani II (Jln. Perniagaan) yang dipindahkan ke jalan Cirebon untuk dibangun pasar yang lebih baik.

Melihat banyaknya pasar yang ada, maka pemerintahan membentuk perusahaan daerah pasar (PD. Pasar) yang tebentuk pada tanggal 7 Juni 1993 sesuai dengan perda No. 15 tahun 1992 yang disahkan oleh Gubernur kepala daerah tingkat I Sumatera Utara. Terbentuknya PD. Pasar untuk mengatur ketertiban pasar dan memperlancar kegiatan jual beli antara produsen dan konsumen.


(46)

Perusahaan daerah pasar merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Adapun tujuan dari PD. Pasar yaitu:

1. Mewujudkan dan Meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat dibidang sarana pasar.

2. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)

3. Membantu menunjang kebijaksanaan umum pemerintah daerah dalam rangka kesejahteraan masyarakat dibidang sarana pasar

Adapun tugas pokok PD. Pasar Kota Medan adalah:

1. Mengelola pasar-pasar dikota Madya Medan sebagai sumber pendapatan daerah 2. Melaksanakan kombinasi kerja dan instansi terkait untuk menciptakan pasar tersebut menjadi bersih, tertib, dan rapi sehingga menyenangkan bagi konsumen yang berbelanja.

3. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Melaksanakan pengutipan retribusi pasar

5. Melaksanakan perbaikan-perbaikan pada tempat-tempat berjualan yang sudah tidak layak lagi untuk dipakai atau dipergunakan oleh pengusaha.

6. Menjaga situasi dan kondisi pasar agar selalu dalam keadaan aman dan nyaman sehingga aktivitas pasar dapat berjalan dengan lancar.


(47)

Dalam melaksanakan tugas-tugas pokok PD. Pasar Kota Madya Medan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Menyediakan fasilitas umum berupa sarana pembelanjaan kota madya tingkat II Medan

2. Mempertemukan penjual dengan pembeli sehingga perekonomian daerah dapat berjalan lancar dikota madya tingkat Medan II.

4.2 Analisis Deskriptif

Merupakan metode analisis data dengan cara data disusun, dikelompokkan, kemudian disajikan sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi. Analisis deskriptif pada penelitian ini adalah para pedagang yang ada di pasar Aksara Medan yang bersuku bangsa Minang Kabau dan Tionghoa

Berdasarkan data dari 86 responden sebagai pedagang yang ada di pasar Aksara Medan yang bersuku bangsa Minang Kabau dan Tionghoa, melalui daftar pertanyaan didapat kondisi responden tentang jenis kelamin, usia, dan jenis usaha pedagang yang ada di pasar Aksara Medan yang bersuku bangsa Minang Kabau dan Tionghoa. Penggolongan yang dilakukan terhadap responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai gambaran responden sebagai objek penelitian. Gambaran umum objek penelitian tersebut satu per satu dapat diuraikan sebagai berikut:


(48)

4.2.1 Karakteristik Responden

4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Pria 36 41,9%

2 Wanita 50 58,1%

Jumlah 86 100%

Sumber: Hasil pengolahan data kuesioner (2014)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 86 responden, 41,9% responden merupakan laki-laki dan 58,1% adalah perempuan. Hal ini dikarenakan wanita lebih suka berwirausaha guna menghindari keterikatan waktu dengan pekerjaan sehingga tidak mengabaikan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.

4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia (tahun) Frekuensi Persentase

1 30-35 14 16.3%

2 36-40 10 11,6%

3 41-45 22 25.6%

4 46-50 15 17.4%

5 51-55 18 20.9%

6 >56 7 8.1%

Jumlah 86 100%


(49)

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden yang berumur antara 30-35 tahun sebanyak 14 orang (16.3%), diikuti dengan usia responden 36-40 tahun sebanyak 10 orang (11,6%). Lalu usia responden 41-45 tahun sebanyak 22 orang (25.6%), kemudian umur responden 46-50 tahun sebanyak 15 orang (17.4%), umur responden dengan usia 51-55 tahun sebanyak 18 orang (20.9%) serta umur responden diatas 56 tahun sebanyak 7 orang (8.1%).

Berdasarkan karakteristik usia responden tersebut mengindikasikan bahwa konsumen yang paling banyak berwirausaha atau berdagang adalah konsumen yang berusia 41-45 tahun. Hal ini dikarenakan pada umumnya di usia tersebut masyarakat telah mapan dan memiliki modal yang cukup untuk memulai suatu usaha baru.

4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Pedagang Barang Sampah 12 13.9%

2 Pedagang Sayur 8 9.3%

3 Pedagang Pakaian 22 25.6%

4 Pedagang Kelontong 8 9.3%

5 PedagangTokoEmas/Perak 11 12.8%

6 Pedagang Daging Lembu 4 4.7%

7 Pedagang Sepatu/Sandal 11 12.8%

8 Pedagang Pecah Belah 6 6.9%

9 Pedagang Ikan Basah 4 4.7%

Jumlah 86 100%


(50)

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa tingkat responden berdasarkan jenis usaha yang paling banyak didominasi oleh pedagang pakaiam berjumlah 22 orang (25,6%). Kemudian disusul oleh pedagang barang sampah dengan jumlah 12 orang (13,9%). Selanjutnya diikuti oleh toko emas/perak dan pedagang sepatu/sandal yang yang keduanya sama-sama berjumlah 11 orang (12,8%). Kemudian pedagang kelontong dan pedagang sayur yang masing-masing berjumlah 8 orang (9,3%), pedagang pecah belah berjumlah 6 orang (6,9%), serta pedagang daging lembu dan pedagang ikan basah yang masing-masing berjumlah 4 orang (4,7%).

4.2.2 Deskriptif Variabel

Setelah mengetahui karakteristik dari responden penelitian, berikut ini akan ditampilkan hasil olahan data primer yang merupakan deskriptif penelitian berdasarkan pendapat responden mengenai variabel suku minang kabau, suku tionghoa dan variabel keberhasilan wirausaha.

4.2.2.1 Deskripsi Variabel Budaya Minang Kabau

Minangkabau adalah kultur etnis dari suatu rumpun besar karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan ata


(51)

Hasil tanggapan terhadap Budaya Minang Kabau dapat dijelaskan pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Budaya Minang Kabau Item

Pernyataan

STS TS KS S SS Total F

Pengguna Total %

F % F % F % F % F % F %

1 3 6.8 10 22.7 12 27.3 15 34.1 3 6.8 43 100 2 5 11.4 5 11.4 18 40.9 13 29.5 2 4.5 43 100

3 4 9.1 7 15.9 13 29.5 11 25 8 18.2 43 100

4 4 9.1 8 18.2 17 38.6 10 22.7 4 9.1 43 100 5 5 11.4 8 18.2 15 34.1 13 29.5 2 4.5 43 100

Sumber: Hasil pegolahan SPSS 16,0 (Jan 2014)

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa:

1. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa budaya matrilineal mengakibatkan pria Minang untuk mandiri dengan cara berwirausaha, yaitu 6.8% menyatakan sangat tidak setuju, 22.7% menyatakan tidak setuju, 27.3% menyatakan kurang setuju, 34.1% menyatakan setuju dan 6.8% menyatakan sangat setuju.

2. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa suku Minang Kabau merantau untuk berwirausaha, yaitu 11.4% menyatakan sangat tidak setuju, 11.4% menyatakan tidak setuju, 40.9% menyatakan kurang setuju, 29.5% menyatakan setuju dan 4.5% menyatakan sangat setuju.

3. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa dalam budaya Minang, setiap orang akan berusaha untuk menjadi pemimpin, yaitu 9.1% menyatakan sangat tidak setuju, 15.9% menyatakan tidak setuju, 29.5% menyatakan kurang setuju, 25% menyatakan setuju dan 18.2% menyatakan sangat setuju.


(52)

4. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa suku Minang Kabau memiliki jiwa pantang menyerah menghadapi resiko rugi pada usaha dagangnya, yaitu 9.1% menyatakan sangat tidak setuju, 18.2% menyatakan tidak setuju, 38.6% menyatakan kurang setuju, 22.7% menyatakan setuju dan 9.1% menyatakan sangat setuju.

5. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa suku Minang Kabau bersedia memulai usahanya dari nol atau dari bawah, yaitu 11.4% menyatakan sangat tidak setuju, 18.2% menyatakan tidak setuju, 34.1% menyatakan kurang setuju, 29.5% menyatakan setuju dan 4.5% menyatakan sangat setuju.

4.2.2.2Deskripsi Variabel Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Minang Kabau

Distribusi jawaban responden terhadap keberhasilan wirausaha pada budaya Minang Kabau dapat dijelaskan pada Tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Minang Kabau

Item Pernyataan

STS TS KS S SS Total F

Pengguna Total %

F % F % F % F % F % F %

1 4 9.1 7 15.9 24 54.5 8 18.2 - - 43 100

2 4 9.1 9 20.5 24 54.5 6 13.6 - - 43 100

3 4 9.1 9 20.5 24 54.5 6 13.6 - - 43 100

4 5 11.4 9 20.5 24 54.5 5 11.4 - - 43 100


(53)

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa:

1 Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa saya memperoleh keuntungan besar dari usaha yang saya jalankan, yaitu 9.1% menyatakan sangat tidak setuju, 15.9% menyatakan tidak setuju, 54.5% menyatakan kurang setuju, 18.2% menyatakan setuju.

2 Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa perkembangan usaha saya mengalami kemajuan yang pesat, yaitu 9.1% menyatakan sangat tidak setuju, 20.5% menyatakan tidak setuju, 54.5% menyatakan kurang setuju, 13.6% menyatakan setuju.

3 Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa omset penjualan saya mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu 9.1% menyatakan sangat tidak setuju, 20.5% menyatakan tidak setuju, 54.5% menyatakan kurang setuju, 13.6% menyatakan setuju.

4 Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa usaha saya bertumbuh semakin besar, yaitu 11.4% menyatakan sangat tidak setuju, 20.5% menyatakan tidak setuju, 54.5% menyatakan kurang setuju, 11.4% menyatakan setuju.

4.2.2.3Deskripsi Variabel Budaya Tionghoa

Tionghoa adalah orang keturunan Tionghoa yang berfungsi sebagai warga atau bertindak pada masyarakat Tionghoa atau yang dianggap sebagai orang Tionghoa oleh orang Indonesia dan mendapatkan perlakuan tertentu sebagai akibatnya.


(54)

Hasil tanggapan terhadap budaya Tionghoa dapat dijelaskan pada Tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Budaya Tiongho Item

Pernyataan

STS TS KS S SS Total F

Pengguna Total %

F % F % F % F % F % F %

1 3 7 6 14 9 20 13 30.2 12 27.9 43 100

2 3 7 4 9.3 8 18.6 15 34.9 13 30.2 43 100

3 4 9.3 4 9.3 15 34.9 10 23.3 10 23.3 43 100

4 4 9.3 5 11.6 11 25.6 16 37.2 7 16.3 43 100

5 2 4.7 9 20.9 8 18.6 12 27.9 12 27.9 43 100

Sumber: Hasil pegolahan SPSS 16,0 (Jan 2014)

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa:

1. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa suku Tionghoa mewariskan pengalaman berdagang dari sang ayah kepada anak dan cucunya, yaitu 7% menyatakan sangat tidak setuju, 14% menyatakan tidak setuju, 210% menyatakan kurang setuju, 30.2% menyatakan setuju dan 27.9% menyatakan sangat setuju.

2. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa suku Tionghoa menjaga hubungan dengan orang-orang yang dapat dipercaya untuk dijadikan dasar melakukan bisnis, yaitu, yaitu 7% menyatakan sangat tidak setuju, 9.3% menyatakan tidak setuju, 18.6% menyatakan kurang setuju, 34.9% menyatakan setuju dan 30.2% menyatakan sangat setuju.


(55)

3. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa berwirausaha dijadikan dasar untuk meraih kekayaan guna memperoleh keamanan, yaitu 9.3% menyatakan sangat tidak setuju, 9.3% menyatakan tidak setuju, 34.9% menyatakan kurang setuju, 23.3% menyatakan setuju dan 23.3% menyatakan sangat setuju. 4. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa suku Tionghoa memiliki

ketekunan yang tinggi dalam hal berdagang, yaitu 9.3% menyatakan sangat tidak setuju, 11.6% menyatakan tidak setuju, 25.6% menyatakan kurang setuju, 37.2% menyatakan setuju dan 16.3% menyatakan sangat setuju.

5. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa suku Tionghoa lebih terbuka untuk menyesuaikan dengan kemajuan budaya luar, yaitu 4.7% menyatakan sangat tidak setuju, 20.9% menyatakan tidak setuju, 18.6% menyatakan kurang setuju, 27.9% menyatakan setuju dan 27.9% menyatakan sangat setuju.

4.2.2.4Deskripsi Variabel Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Tionghoa

Distribusi jawaban responden terhadap keberhasilan wirausaha pada budaya Tionghoa dapat dijelaskan pada Tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Tionghoa

Item Pernyataan

STS TS KS S SS Total F

Pengguna Total %

F % F % F % F % F % F %

1 - - 3 7 5 11.6 10 23.3 25 58.1 43 100

2 - - 3 7 2 4.7 6 14 32 74.4 43 100

3 - - 2 4.7 3 7 12 27.9 26 60.5 43 100


(56)

Sumber: Hasil pegolahan SPSS 16,0 (Jan 2014)

Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa:

1. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa saya memperoleh keuntungan besar dari usaha yang saya jalankan, yaitu 7% menyatakan tidak setuju, 11.6% menyatakan kurang setuju, 23.3% menyatakan setuju dan 58.1% menyatakan sangat setuju. 2. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa perkembangan usaha saya mengalami

kemajuan yang pesat, yaitu 7% menyatakan tidak setuju, 4.7% menyatakan kurang setuju, 14% menyatakan setuju dan 74.4% menyatakan sangat setuju.

3. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa omset penjualan saya mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu 4.7% menyatakan sangat tidak setuju, 7% menyatakan tidak setuju, 27.9% menyatakan kurang setuju, 60.5% menyatakan setuju dan 18.6% menyatakan sangat setuju.

4. Melalui pernyataan dari kuesioner bahwa usaha saya bertumbuh semakin besar, yaitu 7% menyatakan sangat tidak setuju, 2.3% menyatakan tidak setuju, 2.3% menyatakan kurang setuju, 25.6 % menyatakan setuju dan 69.8% menyatakan sangat setuju.

4.3 Metode Analisis Perbandingan Rata-rata (Independen-Sample t Test)

4.3.1 Uji Signifikansi

Independen sample T Test dilakukan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Independen disini dalam arti keduanya tidak terkait, tidak saling berhubungan, berasal dari dua populasi yang berbeda.


(57)

TABEL 4.8

Mean dan Standart Deviasi

Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Minang Kabau Dan Budaya Tionghoa Di Pasar Aksara Medan

Group Statistics

Budaya N Mean

Std.

Deviation Std. Error Mean Keberhasilan

wirausaha

minangkabau 43 10.95 2.104 .321

Tionghoa 43 18.02 1.626 .348

Sumber: Hasil pegolahan SPSS 16,0 (Jan 2014)

Tabel 4.8 menunjukkan keberhasilan wirausaha yang dipengaruhi budaya Minang Kabau dan budaya Tionghoa di pasar Aksara Medan. Pada tabel tersebut dapat terlihat keberhasilan wirausaha dari pengaruh budaya Minang Kabau maupun pengaruh dari budaya Tionghoa. Minang Kabau adalah keberhasilan seorang wirausaha yang dipengaruhi oleh budaya Minang Kabau sedangkan Tionghoa adalah keberhasilan seorang wirausaha yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa. Di dalam kolom mean menunjukkan bahwa rata-rata keberhasilan wirausaha di pasar Aksara Medan pada budaya Minang Kabau adalah 10.95, sedangkan rata-rata keberhasilan wirausaha di pasar Aksara pada budaya Tionghoa adalah 18.02.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test yaitu independent samples t test. Uji beda t test ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua kelompok tersebut, apakah mempunyai nilai rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan.


(58)

Penelitian ini menggunakan Uji-t sample independent test sebagai uji hipotesisnya seperti terlihat pada Tabel 4.9 berikut ini:

TABEL 4.9

Keberhasilan Wirausaha Pada Budaya Minang Kabau Dan Budaya Tionghoa Di Pasar Aksara Medan

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper keberhasilan

wirausaha

Equal variances assumed

.013 .909 -8.292 84 .000 -4.047 .488 -5.017 -3.076

Equal

variances not assumed

-8.292 83.579 .000 -4.047 .488 -5.017 -3.076

Sumber: Hasil pegolahan SPSS 16,0 (Jan 2014)

Ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan, yang pertama adalah menguji dahulu asumsi dengan menggunakan F-Test untuk menguji persamaan variance kedua populasi apakah variance populasi kedua sampel tersebut sama (equal variances assumed) ataukah berbeda (equal variances not assumed) dengan melihat nilai signifikansi pada Levene’s Test for quality of variances.

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa F hitung untuk keberhasilan wirausaha dengan equal variances not assumed (diasumsikan kedua varians populasi adalah berbeda) adalah 4.841 dengan probabilitas 0.031. oleh karena probabilitas < 0.05, maka H0


(59)

ditolak atau kedua variance populasi adalah berbeda. Terdapat perbedaan yang nyata dari kedua varians membuat penggunaan variance untuk membandingkan rata-rata populasi atau test untuk equality of means menggunakan t test dengan dasar equal variance not assumed (diasumsikan kedua varians populasi berbeda).

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa t-hitung untuk keberhasilan wirausaha dengan equal variance not assumed (diasumsikan kedua ratarata populasi berbeda) adalah -17.437 dengan probabilitas 0.000. oleh karena probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak atau secara statistik dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata (mean) keberhasilan wirausaha dengan pengaruh budaya Minang Kabau dan pengaruh budaya Tionghoa berbeda. Artinya terbukti bahwa pengaruh budaya Tionghoa memiliki tingkat keberhasilan wirausaha yang lebih tinggi dibandingkan pengaruh budaya Minang Kabau.

4.4 Pembahasan

Pada penelitian yang telah dilakukan pada 86 pedagang yang bersuku Minang Kabau dan suku Tionghoa di pasar Aksara Medan memiliki nilai mean yang menunjukkan bahwa rata-rata keberhasilan wirausaha di pasar Aksara Medan pada budaya Minang Kabau adalah 10.95, sedangkan rata-rata keberhasilan wirausaha di pasar Aksara pada budaya Tionghoa adalah 18.02.

Hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dari kedua varians. Hal ini terlihat dari Tabel 4.9, menunjukkan bahwa F hitung untuk keberhasilan wirausaha dengan equal variances not assumed (diasumsikan kedua


(60)

varians populasi adalah berbeda) adalah 0.031 dengan probabilitas 4.841. oleh karena probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak atau kedua variance populasi adalah berbeda.

Pada Tabel 4.9 terlihat uji t yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari suku Minang Kabau dan Tionghoa tidak sama secara signifikan. Ditunjukkan dari t-hitung untuk keberhasilan wirausaha dengan equal variance not assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi berbeda) adalah -17.437 dengan probabilitas 0.000. oleh karena probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak atau secara statistik dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata (mean) keberhasilan wirausaha dengan pengaruh budaya Minang Kabau dan pengaruh budaya Tionghoa berbeda. Artinya terbukti bahwa pengaruh budaya Tionghoa memiliki tingkat keberhasilan wirausaha yang lebih tinggi dibandingkan pengaruh budaya Minang Kabau.

Teori mengatakan bahwa budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha. Sebagaimana budaya-budaya yang dimiliki oleh setiap suku bangsa yang memiliki sistem nilai dan norma dalam mengatur masing-masing anggotanya dari suku bangsa tersebut maupun orang yang berasal dari suku lain. Pengaruh budaya yang mempengaruhi formasi bisnis etnis berhubungan dengan sikap terhadap pengalaman dan proses historis, disamping juga mempertimbangkan praktis yang mempengaruhi motivasi dan kemampuan bagi keberhasilan usaha.


(61)

Telah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan orang yang berasal dari Sumatera Barat, atau lebih sering disebut dengan orang Padang, berprofesi sebagai pedagang. Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam masyarakat Minangkabau. Mulai dari pedagang kaki lima yang berjualan di terminal, sampai pengusaha besar pemilik jaringan supermarket ternama .

Hanya saja pengaruh budaya Tionghoa memiliki tingkat keberhasilan wirausaha yang lebih tinggi dibandingkan pengaruh budaya Minang Kabau karena sejak dulu orang China terkenal piawai dalam hal perdagangan. Jalur-jalur perdagangan di dunia pernah dikuasai oleh orang Cina dan sampai saat ini pun orang Cina sukses dalam bisnis perdagagangan. Dunia orang Cina adalah di bidang perdagangan. Orang Cina sering kali mewariskan pengalaman berdagang kepada anak dan cucunya. Karena itulah, mereka memperkenalkan perdagangan kepada anak-anak sejak kecil.

Orang Cina percaya untuk menjadi pedagang yang matang dan memiliki kemampuan seseorang harus mulai dan belajar dari bawah. Dapat dikatakan, orang Cina dan perdagangan sudah bersatu padu serta menjadi satu entitas yang tidak dapat dipisahkan.Mereka suka dan tertarik untuk berdagang. orang Cina memiliki ketekunan yang tinggi dalam hal berdagang. ketekunan inilah yang menjadi salah satu faktor keberhasilan mereka dalam bisnis perdagangan.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Wirausaha Di Pasar Aksara Medan (Studi Kasus Pada Suku Minang Kabau Dan Suku Tionghoa”. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan tingkat keberhasilan wirausaha di tinjau dari pengaruh budaya Minang Kabau dan pengaruh budaya Tionghoa di pasar Aksara Medan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata keberhasilan wirausaha pada suku Minang Kabau sebesar 10.95 berbeda dengan rata-rata keberhasilan wirausaha pada suku Tionghoa sebesar 18.02.

2. Tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Tionghoa sebesar 18.02, sedangkan tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Minang Kabau sebesar 10.95. Hal ini mengandung arti bahwa tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Tionghoa lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Minang Kabau. Dengan kata lain bahwa suku Tionghoa lebih baik dalam hal berwirausaha dibandingkan dengan suku Minang Kabau.


(63)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan saran atau masukan sebagai berikut:

1. Tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Tionghoa lebih tinggi dibandingkan oleh suku Minang Kabau. Oleh sebab itu, suku Minang Kabau atau lebih di kenal dengan “orang awak” harus lebih memiliki ketekunan yang tinggi dalam hal berdagang. ketekunan inilah yang akan menjadi salah satu faktor keberhasilan usaha mereka dalam bisnis perdagangan.

2. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh para pedagang di pasar Aksara Medan dalam menjalankan usahanya, yaitu:

1. Mempunyai ide atau visi bisnis yang jelas.

2. Mempunyai kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko, baik waktu maupun uang.

3. Mempunyai semangat dan kerja keras dalam membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankannya.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Adair, J. 1996. Effective Innovation. How to Stay Ahead of the Competition. London: Pan Books

Alo Liliweri. 2002. Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Ann Wan Seng. 2013. Rahasia Bisnis Orang China. Jakarta: Noura Book Publishing

Anoraga, Pandji, dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, Dan Usaha Kecil. Bandung: Rineka Cipta

Berger. 2000. Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Bygrave. 1996. The Portable MBA : Entrepreneurship. Jakarta: Binarupa Aksara Frinces, Z.Heflin. 2004. Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis. Yogyakarta:

Darussalam

Henry, Faizal Noor. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Hofstade. 2005. Cultures and Organizations: Software of The Mind. New York:

McGraw Hill

Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Kasmir. 2007. Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Scarborough. 2004. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Indeks Situmorang, Syafrizal Helmi, dkk, 2008. Analisis Data Penelitian. Medan: USU

Press.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Supartono. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia. Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat


(1)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan saran atau masukan sebagai berikut:

1. Tingkat keberhasilan wirausaha pada suku Tionghoa lebih tinggi dibandingkan oleh suku Minang Kabau. Oleh sebab itu, suku Minang Kabau atau lebih di kenal dengan “orang awak” harus lebih memiliki ketekunan yang tinggi dalam hal berdagang. ketekunan inilah yang akan menjadi salah satu faktor keberhasilan usaha mereka dalam bisnis perdagangan.

2. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh para pedagang di pasar Aksara Medan dalam menjalankan usahanya, yaitu:

1. Mempunyai ide atau visi bisnis yang jelas.

2. Mempunyai kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko, baik waktu maupun uang.

3. Mempunyai semangat dan kerja keras dalam membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankannya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adair, J. 1996. Effective Innovation. How to Stay Ahead of the Competition. London: Pan Books

Alo Liliweri. 2002. Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Ann Wan Seng. 2013. Rahasia Bisnis Orang China. Jakarta: Noura Book Publishing

Anoraga, Pandji, dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, Dan Usaha Kecil. Bandung: Rineka Cipta

Berger. 2000. Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Bygrave. 1996. The Portable MBA : Entrepreneurship. Jakarta: Binarupa Aksara Frinces, Z.Heflin. 2004. Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis. Yogyakarta:

Darussalam

Henry, Faizal Noor. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Hofstade. 2005. Cultures and Organizations: Software of The Mind. New York:

McGraw Hill

Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Kasmir. 2007. Kewirausahaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Scarborough. 2004. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Indeks Situmorang, Syafrizal Helmi, dkk, 2008. Analisis Data Penelitian. Medan: USU

Press.


(3)

Tampubolon, Manahan P, 2004. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior). Cetakan Pertama, Jakarta: Ghalia Indonesia

Tulus Tambunan. 2002. Ekonomi Usaha Kecil Menengah. Jakarta: Salemba Empat Umar. 2008. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Maemunah. 2004. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Kinerja Usaha. Bandung: UPI

Karya Ilmiah (Skripsi dan Jurnal)

Ranto, Basuki, 2007. Analisis Hubungan Antara Motivasi, pengetahuan kewirausahaan, dan kemandirian usaha terhadap kinerja pengusaha pada kawasan industri kecil di daerah pulogadung, Jurnal Usahawan No.10 TH XXXVI Oktober 2007

Dikunjungi Juli 2013

Peterson & Lee. Culture, Entreneurial, Orientation and Global Competitiveness. Vol; 11. 1ss2 Pg 29, 17Pg

Dikunjungi Juli 2013

Website

Dikunjungi Juli 2013


(4)

Lampiran

KUESIONER

Pengaruh Suku Minang Kabau dan Suku Tionghoa Terhadap Keberhasilan Wirausaha Di Pasar Aksara Medan

Identitas Responden

Nama :

Usia : Tahun Jenis usaha :

Jenis Kelamin : ( ) Laki- Laki ( ) Perempuan

PETUNJUK PENGISIAN

a. Isilah jawaban berikut sesuai dengan pendapat anda dengan cara memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang paling benar menurut pendapat Anda.

1. Jenis dagangan/UKM yang saya miliki ……

2. Sudah berapa lama Anda membuka usaha UKM di Pasar Aksara Medan? a). < 1 Tahun

b). 1 Tahun c). > 1 Tahun

b. Isilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda dengan cara memberikan tanda centang ( √ ) pada kolom yang tersedia. Adapun makna SS, S, KS, TS. STS pada kolom adalah:

Sangat setuju (SS) = 5

Setuju (S) = 4

Kurang Setuju (KS) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1


(5)

Daftar Pertanyaan

Variabel Suku Minang Kabau

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1 Budaya matrilineal mengakibatkan pria Minang untuk mandiri dengan cara berwirausaha

2 Suku Minang Kabau merantau untuk berwirausaha

3 Dalam budaya Minang, setiap orang akan berusaha untuk menjadi pemimpin

4 Suku Minang Kabau memiliki jiwa pantang menyerah menghadapi resiko rugi pada usaha dagangnya

5 Suku Minang Kabau bersedia memulai usahanya dari nol atau dari bawah Variabel Suku Tinghoa

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1 Suku Tionghoa mewariskan

pengalaman berdagang dari sang ayah kepada anak dan cucunya

2 Suku Tionghoa menjaga hubungan dengan orang-orang yang dapat dipercaya untuk dijadikan dasar melakukan bisnis

3 Berwirausaha dijadikan dasar untuk meraih kekayaan guna memperoleh keamanan

4 Suku Tionghoa memiliki ketekunan yang tinggi dalam hal berdagang

5 Suku Tionghoa lebih terbuka untuk menyesuaikan dengan kemajuan budaya luar


(6)

Variabel Keberhasilan Wirausaha

No Pertanyaan SS S KS TS STS

1 Saya memperoleh keuntungan besar dari usaha yang saya jalankan

2 Perkembangan usaha saya mengalami kemajuan yang pesat.

3 Omset penjualan saya mengalami peningkatan setiap tahunnya