Latar Belakang Pengaruh Suku Minang Kabau Dan Suku Tionghoa Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Pasar Aksara Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa tidak hanya tergantung pada pertumbuhan ekonomi atau kestabilan politik bangsa itu sendiri, melainkan sebagian besar terletak pada bagaimana kemampuan dan kemauan serta semangat sumber daya manusianya sebagai aset utama dan terbesar dalam mengembangkan potensi bangsa. Semua sadar bahwa mereka yang hidup pada masa sekarang selalu menginginkan kehidupan yang lebih baik dari hari kemarin. Ditengah ketatnya persaingan dunia kerja yang sarat dengan persaingan dan nuansa kolusi, mengapa kita tidak membuka “pintu” kesempatan yang lain, yaitu mendirikan usaha sendiri, sebagai alternatif untuk mengurangi angka pengangguran, yang tidak terserap lagi oleh jumlah lapangan pekerjaan. Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave 1996:3, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Budaya merupakan salah satu topik yang menarik minat peneliti dari beragam disiplin ilmu. Hal ini karena budaya sebagai salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang. Universitas Sumatera Utara Menurut Berger 2000:87 Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha. Manusia tidak dapat lepas dari kebudayaan, disebabkan kebudayaan merupakan cara beradaptasi manusia dengan lingkungannya yang merupakan warisan sosial. Dan kebudayaan itu sendiri bagi manusia berguna untuk mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah masyarakat menuju taraf hidup tertentu yang lebih baik, manusiawi, dan berperi kemanusiaan. Sebagaimana budaya-budaya yang dimiliki oleh setiap suku bangsa yang memiliki sistem nilai dan norma dalam mengatur masing-masing anggotanya dari suku bangsa tersebut maupun orang yang berasal dari suku lain. Berbagai macam budaya banyak terdapat di Sumatera Utara, dapat dilihat dari keragaman suku bangsa yang ada. Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belandabanyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa danTionghoa. Universitas Sumatera Utara Penelitian akan di lakukan di pasar Aksara Medan. Pasar Aksara Medan adalah salah satu pasar tradisional menjual bahan-bahan pokok seperti sembako, sayur-sayuran, daging, bumbu dan rempah-rempah, buah-buahan, kebutuhan sandang seperti pakaian, tas, sepatu, perhiasan, barang pecah belah, barang kelontong dan lain sebagainya. Suku Bangsa Pedagang Pasar Aksara Medan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Suku Bangsa Para Pedagang Pasar Aksara Medan No Jenis Jumlah 1 Suku Batak 150 2 Suku Minang Kabau 317 3 Suku Jawa 72 4 Suku Tionghoa 287 5 Suku Melayu 56 Total 882 Sumber : Pusat pasar Aksara Medan data diolah 2013 Tabel 1.1 dapat terlihat di pasar Aksara Medan terdiri dari wirausaha dari berbagai ragam budaya yang dapat dilihat dari keragaman suku bangsa yang ada yaitu Batak, Minang kabau, Jawa, Tionghoa dan Melayu. Dari sekian banyak suku bangsa yang berjualan di pasar Aksara, peneliti memilih suku Minang Kabau dan suku Tionghoa karena kedua suku tersebut yang banyak berdagang di pasar Aksara Medan. Telah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan orang yang berasal dari Sumatera Barat, atau lebih sering disebut dengan orang Padang, berprofesi sebagai pedagang. Berdagang merupakan salah satu kultur yang menonjol dalam masyarakat Minangkabau . Mulai dari pedagang kaki lima yang berjualan di terminal, sampai Universitas Sumatera Utara pengusaha besar pemilik jaringan perusahaan ternama. Menurut Nurhayati Latif, guru mata pelajaran BAM Budaya Alam Minagkabau di SLTPN I Padang fenomena ini juga disebabkan orang faktor adat dan budaya Minangkabau, yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Agama Islam sangat kuat pengaruhnya dalam masyarakat Minang, karena itu tak heran banyak yang berprofesi sebagai pedagang seperti junjungan besar Islam, Nabi Muhammad SAW. Namun ia juga menambahkan bahwa itu bukan alasan yang utama. Alasan utamanya adalah watak idealisme yang dimiliki orang orang Minang. Idealisme, dalam arti tidak suka diatur dan dikekang. Mereka berani memulai usaha dari nol dengan usahanya sendiri, dan kurang menghiraukan resiko rugi. Toh kalau rugi, bisa memulai usaha yang lain lagi, dari nol lagi Mungkin ini sebabnya tak banyak usaha orang Padang yang berkembang menjadi besar. Dalam budaya Minang yang egaliter, setiap orang akan berusaha untuk menjadi seorang pemimpin. Menjadi subordinat orang lain, sehingga siap untuk diperintah-perintah, bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Prinsip lebih baik menjadi pemimpin kelompok kecil daripada menjadi anak buah organisasi besar elok jadi kapalo samuik daripado ikua gajah merupakan prinsip sebagian besar masyarakat Minang. Menjadi seorang pedagang merupakan salah satu cara memenuhi prinsip tersebut, sekaligus menjadi orang yang merdeka. Universitas Sumatera Utara Rahasia kesuksesan orang Minang dalam berbisnis antara lain karena dia mau memulai usaha dari nol atau dari bawah, tidak gengsi memulai usaha dengan cara bersorak menjajakan kain 3 seribu di kaki lima. Orang Minang pun terkenal ulet, pantang menyerah, tahan banting, pandai menyesuaikan diri dengan tempat dia menjalankan usaha atau memakai prinsip di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung. Bustami, 2008:67. Orang Cina terkenal piawai dalam hal perdagangan. Jalur-jalur perdagangan di dunia pernah dikuasai oleh orang Cina dan sampai saat ini pun orang Cina sukses dalam bisnis perdagagangan. Dunia orang Cina adalah di bidang perdagangan. Mereka suka dan tertarik untuk berdagang. orang Cina memiliki ketekunan yang tinggi dalam hal berdagang. ketekunan inilah yang menjadi salah satu faktor keberhasilan mereka dalam bisnis perdagangan. Orang Cina sering kali mewariskan pengalaman berdagang kepada anak dan cucunya. Karena itulah, mereka memperkenalkan perdagangan kepada anak-anak sejak kecil. Orang Cina percaya untuk menjadi pedagang yang matang dan memiliki kemampuan seseorang harus mulai dan belajar dari bawah. Dapat dikatakan, orang Cina dan perdagangan sudah bersatu padu serta menjadi satu entitas yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Redding 1990:87 terdapat tiga pengaruh konsisten dan dominan yang diidentifikasi sebagai pengaruh sentral praktik bisnis “orang-orang Cina perantauan” yaitu pertama, Paternalisme. Keluarga adalah badan primer untuk sosialisasi nilai konfusius tradisional yang diasosiasikan dengana keluarga, Universitas Sumatera Utara kesinambungan keluarga dan saling mendukung di dalam jaringan kekerabatan yang diperluas. Kedua, personalisme. Hubungan dengan orang-orang yang dapat dipercaya dan melalui mereka orang-orang lain juga akan dipercaya dianggap sebagai dasar melakukan bisnis. Ketiga, ketidakamanan. Perasaan dikepung karena minoritas menyebabkan mereka memfokuskan usaha-usaha mengejar kekayaan sebagai jalur guna memperoleh keamanan. Pengaruh budaya yang mempengaruhi formasi bisnis etnis berhubungan dengan sikap terhadap pengalaman dan proses historis, disamping juga mempertimbangkan praktis yang mempengaruhi motivasi dan kemampuan bagi keberhasilan usaha. Karakteristik budaya dan psikologis telah dinilai sebagai sesuatu yang kondusif bagi kewiraswastaan untuk memasukkan nilai-nilai seperti etika kerja, kesederhanaan, orientasi masa depan, penekanan pada pencarian keuntungan dan orientasi individu. Orang Yahudi, Cina dan Jepang seringkali dikutip sebagai contoh kelompok etnis yang mempunyai nilai-nilai yang secara positif mendorong kecendrungan untuk berbisnis. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Budaya Minang Kabau Dan Budaya Tionghoa Terhadap Keberhasilan Wirausaha Pada Pasar Aksara Medan ”. Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah