1.3.3 Keefektifan Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan
USU
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapatkan hasil bahwa mayoritas stres yang dialami mahasiswa teratasi dengan koping yang mereka
pilih, yaitu ada 43 responden 65,2. Sedangkan 23 responden 34,8 lainnya mengatakan koping yang dimiliki hanya mampu mengurangi kondisi stres mereka
sesaat. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Keefektifan Fungsi Koping
Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU Keefektifan koping
Frekuensi Persentasi
Stres teratasi 43
65,2 Stres berkurang
23 34,8
Stres tidak teratasi
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran stressor dan
koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU.
2.1 Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari, disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian Keliat, 1998. Baumel
2000 menyatakan stres akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya dan
stress ini meningkat setiap tahunnya seiring dengan tuntutan terhadap anak yang berbakat dan berprestasi yang tidak pernah berhenti.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa stressor utama yang dialami oleh mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU adalah
mempersiapkan ujian 15,2, yaitu mempersiapkan ujian blok. Hal ini dikarenakan materi perkuliahan yang banyak, bahan perkuliahan diberikan
beberapa hari menjelang ujian, waktu mempersiapkan ujian yang singkat, bahkan mahasiswa mengatakan waktu perkuliahan yang hanya sebentar membuat mereka
stres karena terus-terus harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, dan alasan lainnya adalah kekhawatiran mahasiswa dalam menghadapi ujian. Hal ini
sesuai dengan pendapat Abouserie 1994 yang mengatakan para siswa mengalami stres akademik pada tiap semester dengan sumber stres yang tinggi
akibat dari belajar sebelum ujian dan dari begitu banyak materi yang harus dikuasai dalam waktu singkat. Kohn Frazer 1986 menyebutkan salah satu
stressor akademik adalah akibat mempersiapkan ujian dan menggolongkan stressor ini dalam psychological stressor.
Stressor kedua adalah terkait jadwal perkuliahan yang padat 14,2 karena banyaknya jam ganti perkuliahan menjelang ujian akibat ketidakdisiplinan
dosen mengajar sesuai waktunya, sehingga menyebabkan jadwal perkuliahan mereka menjadi padat dan berantakan. Perkuliahan yang berlangsung dari pagi
sampai sore hari juga membuat mahasiswa tidak dapat mengikuti kegiatan organisasi di luar kampus secara rutin. Selain itu, seringnya dosen datang tidak
tepat waktu atau terlambat mengajar juga menjadi alasan mahasiswa mengeluhkan jadwal kuliah yang padat sebagai stressor mereka. Gusniati 2010 dalam
penelitiaannya menemukan bahwa salah satu fenomena stres yang dialami siswa
Universitas Sumatera Utara
di sekolah adalah adanya perpanjangan waktu belajar di kelas, sehingga sisiwa merasa letih karena mendapatkan beban studi yang tidak sesuai dengan kebutuhan
overload schedule. Stressor terkait kelas yang terlalu penuh 12,4 dikarenakan jumlah
mahasiswa yang banyak dalam satu kelas sehingga membuat kelas tidak kondusif saat mengikuti pelajaran. Keadaan kelas dengan mahasiswa yang jumlahnya
banyak membuat mahasiswa harus datang cepat agar dapat duduk di urutan depan, dapat melihat slide presentasi tanpa terhalang orang yang duduk di depannya, dan
dapat mendengarkan penjelasan dosen ketika mengajar karena kelas yang terlalu penuh membuat kelas menjadi ribut juga bahkan pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Salah satu unsur yang mempengaruhi iklim kelas yang efektif menurut Parson, dkk 2001 adalah lingkungan fisik kelas. Kelas harus
diatur sedemikian rupa sehingga individu-individu yang ada di kelas dapat saling melihat saat aktivitas belajar terjadi dan tempat duduk harus diatur untuk
meningkatkan perhatian saat aktivitas belajar berlangsung. Stressor terkait mengikuti ujian skill lab 10,6 pada mahasiswa KBK,
karena pada ujian skill lab mahasiswa harus melakukan prosedur tindakan di hadapan dosen penguji seorang diri. Hal ini menimbulkan ketegangan sendiri bagi
mahasiswa saat mengikuti ujian tersebut, ditambah lagi ekspresi wajah dosen penguji yang tegang membuat mahasiswa yang mengikuti ujian menjadi tegang
juga. Selain itu, prosedur tindakan yang harus dihapal dan dilakukan secara berurutan dalam waktu yang singkat juga menjadi alasan mahasiswa. Terkait
dengan mengikuti ujian skill lab, mahasiswa juga mengatakan bahwa perbedaan
Universitas Sumatera Utara
penilaian dosen ketika belajar dan ujian, beban skill lab yang berat walaupun hanya 1 SKS,dan rasa takut gagal dalam ujian menjadi alasan penyebab stres
mereka. Stressor mengikuti ujian tertulis 6,7 atau secara lebih spesifik lagi saat
menghadapi ujian multy disciplinary examination MDE disebabkan banyaknya jumlah soal yang diujikan, soal yang tidak dapat diprediksi, kesulitan dalam
menghapal materi kuliah yang banyak, rasa takut menghadapi ujian, materi kuliah yang terlambat didapat, waktu ujian yang singkat, dan ujian yang setiap blok
diadakan membuat mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa juga mengeluhkan pilihan jawaban yang menjebak, membuat mereka kehabisan waktu untuk berpikir
dan memilih jawaban yang tepat pada saat ujian. Olejnik dan Holschuh 2007 menjelaskan bahwa siswa akan merasa cemas ketika mengikuti ujian karena siswa
mungkin tidak mempersiapkan diri dengan baik. Menurut Wulandari 2010, dalam situasi ujian, banyak mahasiswa yang menjadi lupa akan apa yang telah
dipelajari sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya ketegangan dalam menghadapi ujian, sehingga mahasiswa menjadi lupa. Ketegangan ini muncul karena adanya
situasi yang mengancam yang mengakibatkan mahasiswa menjadi cemas serta takut gagal dalam ujian.
Berdasarkan hasil penelitian, hal lain yang menjadi stressor mahasiswa adalah terkait waktu kosong yang sedikit 6,1. Mahasiswa mengeluhkan
perkuliahan yang berlangsung setiap hari bahkan adanya perkuliahan pada hari Sabtu membuat mahasiswa kurang memiliki waktu untuk berekreasi dan
mengikuti kegiatan organisasi di luar kampus. Stressor ini berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
stressor jadwal kuliah yang padat, sehingga ada mahasiswa yang mengeluhkan jadwal kuliah yang sering berganti-ganti menyebabkan waktu kosong mereka
menjadi sedikit. Stressor kondisi kelas yang ribut 5,2 juga berkaitan dengan jumlah
mahasiswa yang banyak dalam satu ruangan kelas, sehingga suasana kelas ribut. Mahasiswa juga ribut saat perkuliahan berlangsung sehingga selain mengganggu
konsentrasi mahasiswa lainnya saat belajar, suara dosen ketika mengajar juga tidak kedengaran sampai tempat duduk urutan belakang. Alasan lainnya yang
dikeluhkan adalah karena jumlah mahasiswa perempuan yang banyak membuat kelas menjadi ribut.
Pengeluaran yang besar 4,9 dikeluhkan sebagai stressor yang sering sekali dialami mahasiswa dengan sistem pembelajaran KBK. Hal ini terkait
dengan pembelian buku BRP yang dirasakan mahasiswa kurang bermanfaat dan harganya mahal. Buku BRP adalah buku yang berisi tentang prasyarat mahasiswa,
tujuan pembelajaran, lingkup bahasan, daftar bahan rujukan, metoda pembelajaran, sarana dan prasarana, evaluasi keberhasilan mahasiswa,
narasumber dan jadwal pembelajaran pada satu blok.Mahasiswa mengatakan bahwa ada dosen yang memberikan jadwal perkuliahan kepada mereka saat
memperkenalkan blok baru, sehingga mahasiswa merasa buku BRP jadi kurang bermanfaat.Pengeluaran lainnya yang dikeluhkan berhubungan dengan fotokopi
materi kuliah yang banyak dan pengeluaran untuk membeli makanan ketika di kampus karena waktu perkuliahan dari pagi sampai sore hari. Selain itu,
Universitas Sumatera Utara
pembelian alat-alat yang diperlukan untuk skill lab dan buku kesehatan juga menjadi alasan mahasiswa.
Stressor mengenai metode pembelajaran 4,2 khususnya metode ceramah saat perkuliahan membuat mahasiswa merasa stres. Menurut mahasiswa
metode ceramah adalah metode pembelajaran yang membosankan yang mereka ikuti, karena dosen biasanya hanya mengatakan apa yang tertera di slide
presentasi tanpa ada penjelasan yang lebih lagi, slide menggunakan bahasa Inggris yang kadang tidak diterjemahkan oleh dosen dengan baik dan tampilan slide yang
kurang menarik. Hasil wawancara menyatakan adanya dosen yang kurang membangun interaksi dengan mahasiswa membuat mahasiswa yang duduk di
belakang kurang mendapat perhatian dari dosen dan akhirnya melakukan hal lain yang seperti ribut maupun tidur di kelas.
Stessor terkait harapan orang tua 3,9 disebabkan oleh tuntutan orang tua terhadap keberhasilan masa depan anaknya, anaknya mendapatkan nilai indeks
prestasi IP yang tinggi, dan juga rasa takut mahasiswa tidak dapat memenuhi harapan orang tua.
2.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6, diperoleh hasil bahwa koping mahasiswa dalam menghadapi keadaan stres selama mengikuti perkuliahan KBK
adalah mendengarkan musik, tidur dan jalan-jalan. Berdasarkan klasifikasi koping oleh Lazarus dan Folkman 1984, koping yang dipilih mahasiswa termasuk ke
dalam koping yang berfokus pada emosi, yaitu escape avoidance. Koping yang dipilih merupakan tindakan menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan
Universitas Sumatera Utara
dimana individu melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak memikirkan tentang masalah dengan menyibukkan diri dengan
kegiatan lain. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selain memilih menggunakan
koping escape avoidance, mahasiswa memilih koping self control dan planful problem solving untuk mengatasi stres dalam perkuliahan. Koping self control
yang dilakukan mahasiswa adalah menenangkan diri dengan cara menyendiri dan tidak menanggapi masalah yang dihadapi. Sedangkan koping yang dilakukan
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi melalui planful problem solving adalah dengan cara fokus belajar dan mencari referensi materi perkuliahan
dari internet. Lazarus Folkman 1984 menyatakan koping yang berpusat pada emosi
emotion-focused coping adalah koping yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang menimbulkan masalah. Koping yang berpusat
pada emosi cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, sehingga yang diatur individu adalah
mengatur emosinya. Koping yang berpusat pada masalah problem-focused coping adalah koping yang bertujuan untuk mengatur atau mengatasi masalah
penyebab stres dan mencari sumber penyelesaian masalah. Pengelolaan koping ini dapat berupa tindakan merumuskan masalah, membuat alternatif-alternatif jalan
keluar, mempertimbangkan segala kemungkinan yang berhubungan dengan alternatif yang akan diambil, memilih alternatif yang terbaik, dan mengambil
keputusan untuk bertindak.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara yang tertera pada tabel 7, didapatkan hasil bahwa 53 responden 65,2 menyatakan fungsi koping yang dilakukan dapat
mengatasi masalah responden atau stres yang dialami, sedangkan 23 responden 34,8 lainnya mengatakan mekanisme koping yang dimiliki hanya mampu
mengurangi stres mereka. Berdasarkan penelitian, koping yang banyak dipilih mahasiswa adalah koping yang berfokus pada emosi dan mereka mengatakan
bahwa masalahnya teratasi dengan melakukan koping tersebut. Menurut analisa peneliti, hasil penelitian yang didapat ini bertentangan dengan yang dikatakan
Keliat 1998, yaitu mekanisme pertahanan mental dan respon verbal tidak menyelesaikan masalah secara tuntas, sehingga perlu dikembangkan kemampuan
menyelesaikan masalah. Lazarus Folkman dalam Safaria Saputra 2009 juga mengatakan bahwa koping yang berfokus pada emosi tidak mampu mengubah
kondisi yang stressful. Jadi menurut asumsi peneliti, stres atau masalah yang dialami mahasiswa belum teratasi dengan koping yang digunakan. Oleh karena
itu, diperlukan tindakan penyelesaian masalah untuk menghasilkan mekanisme koping yang adaptif. Keliat 1998 mengatakan bahwa usaha yang bersifat positif,
rasional, dan konstruktif yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah adalah mekanisme koping yang adaptif, sedangkan apabila usaha yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah tidak dapat menyelesaikan masalah dengan tuntas disebut dengan mekanisme koping yang maladaptif.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan