besar  dengan  nilai  TSS  limbah  cair  olahan 39,26 mgL  tercapai  pada  kondisi perbandingan volume limbah cair  industri  tapioka dan air  100:0  kondisi  terbaik
dimana sebelum proses adsorpsi, nilai TSS sebesar 976 mgL.
4.3 PENGARUH WAKTU  FERMENTASI  TERHADAP    PENYISIHAN COD PADA BEBERAPA KOMPOSISI SAMPEL
Adapun  grafik  di  bawah  ini  menunjukkan  hubungan  antara  waktu  fermentasi terhadap  penyisihan chemical oxygen demand COD pada setiap sampel dengan
pengambilan sampel dari hari ke-0 sampai hari ke-24.
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Waktu Fermentasi terhadap  Penyisihan COD COD-remove Pada Beberapa Komposisi Sampel
Dari  Gambar  4.4 dapat  dilihat  bahwa  waktu  fermentasi  terhadap penyisihan  COD COD-remove diperoleh  kecenderungan  bahwa  semakin  lama
fermentasi  maka  hasil  analisa  COD  menurun.  Tetapi  pada  waktu  tertentu  hasil analisa mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan volume limbah
cair dan  air 100:0 diperoleh  persentase  penyisihan  COD  terbesar  pada  hari  ke-24 yaitu  23,89, perbandingan volume limbah  cair dan  air 85:15 diperoleh  persentase
penyisihan  COD  terbesar  pada  hari  ke-21  yaitu  41,61,  perbandingan volume limbah  cair dan  air  65:35 diperoleh  penyisihan  terbesar  pada  hari  ke-21  yaitu
46,83. Pada  perbandingan volume limbah  cair dan  air 50:50 diperoleh  persentase
Universitas Sumatera Utara
penyisihan  COD  terbesar  pada  hari  ke-18  yaitu  27,75, perbandingan volume limbah  cair dan  air 35:65 diperoleh  persentase  penyisihan  COD  terbesar  pada  hari
ke-24  yaitu  37,67,  perbandingan volume limbah  cair dan  air  15:85 diperoleh penyisihan terbesar pada hari ke-24 yaitu 42,14.
COD  Chemichal  Oxygen  demand adalah ukuran  jumlah  senyawa  organik dalam air. COD dapat menentukan jumlah polutan organik yang ditemukan dalam air
permukaan. COD  dinyatakan  dalam  miligram  per  liter  mgL,  yang  menunjukkan massa  oksigen  yang  terlarut  per  liter  larutan,  jadi  semakin  besar  nilai  kandungan
COD maka kandungan zat organik dalam limbah semakin tinggi [47]. Peningkatan  rasio  COD  tersebut  menunjukkan  makin  tingginya  tingkat
biodegradabilitas  limbah  karena  nilai  rasio  COD  yang  rendah  mengindikasikan banyaknya senyawa organik yang sulit terbiodegradasi. Penurunan kadar COD dalam
hal  ini  dapat  terjadi  dengan  terkonversinya  senyawa  organik  menjadi  gas  H
2
,  CO
2
, NH
3
dan  CH
4
.  Selanjutnya,  peningkatan  waktu  kontak  dapat  mengakibatkan biodegradasi  organik  berlangsung  lebih  lama  sehingga  kadar COD  makin  rendah
[48]. Limbah  cair  mengandung  bahan – bahan  organik  yang  mudah  terlarut  dan
bahan  organik  yang  sulit  terlarut.  Bahan  organik  tersebut  membutuhkan  oksigen selama  proses  degradasi.  Oksigen  yang  terlarut  di  dalam  air  diserap  oleh
mikroorganisme  untuk  memecahmendegradasi  bahan  buangan  organik  sehingga menjadi  bahan  yang  mudah  menguap.  Pada  umumnya  pengukuran  jumlah  oksigen
yang  terpakai  oleh  mikroorganisme  tersebut  disebut Biological  Oxygen  Demand BOD.  Selain  dari  itu,  bahan  buangan  organik  baik  yang  mudah  terlarut  dan  sulit
terlarut juga dapat bereaksi dengan oksigen, disebut dengan proses oksidasi. Jumlah oksigen  yang  dibutuhkan  selama  proses  oksidasi  tersebut  dinamakan  sebagai
Chemycal Oxygen Demand COD. Oleh sebab itu nilai COD selalu lebih besar dari nilai BOD [47].
Berdasarkan  teori, skala pilot  plant di  lapangan  lebih  sulit  dikendalikan karena  adanya  beberapa  faktor  utama  yang  harus  dijaga  seperti  suhu,  pH,
pengadukan  resirkulasi  dan  kondisi  reaktor [40].  Ini  juga yang  menyebabkan adanya analisa yang mengalami fluktuatif.
Universitas Sumatera Utara
Limbah  cair industri tapioka  yang  dipergunakan  dalam  penelitian  ini  tidak memenuhi  persyaratan  baku  mutu  limbah  industri  tapioka  yang  sudah  beroperasi
dalam SK MENLH KEP-51MENLHI01995 karena kadar COD limbah cair tapioka lebih besar dari pada 400 mg  L-1. Pada penelitian ini, COD yang terendah dimiliki
oleh perbandingan rasio limbah cair industri tapioka dan air 65:35 adalah 871 mg L
-1
pada hari ke-21. Selama masa fermentasi selama 21 hari nilai COD dalam limbah berkurang sehingga belum dapat memenuhi persyaratan baku mutu.
Salah satu alternatif yang dapat mengurangi kadar COD dalam limbah cair r hasil  fermentasi  ini  adalah  seperti  yang  dilakukan  oleh  Umayi  2013  dengan
menggunakan  adsorben  dari  kulit  singkong  sehingga  persentase  penyisihan  akan semakin  besar,  dengan  nilai  COD  limbah  cair  olahan 191 mgL  yang  tercapai  pada
kondisi perbandingan volume limbah padat dan cair 100:0 kondisi terbaik dimana sebelum proses adsorpsi, dengan nilai COD sebesar 1386 mgL.
4.4 PENGARUH