Karakteristik Berdasarkan Usia Karakteristik Jenis Kelamin

34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan poli TB paru, Mikrobiologi Klinik dan Ruang Rekam Medik dimulai dari bulan Februari 2013 hingga April 2013. Data diambil dari rekam medik penderita TB Paru dalam rentang waktu Januari 2012 hingga Desember 2012. Alasan pengambilan data pada jangka waktu tersebut adalah karena RSUP H. Adam Malik Medan baru dipersiapkan sebagai rumah sakit penanggulangan MDR TB sejak tahun 2011 WHO, 2011, sehingga baru terhitung efektif menjalankan penanggulangan MDR TB mulai tahun 2012. Dari data rekam medik pasien tersebut didapatkan 40 jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebagai subjek penelitian. Salah satu faktor yang penting untuk diketahui dalam keberhasilan pengobatan tuberkulosis adalah resistensi kuman terhadap obat anti tuberkulosis OAT. Gambaran pola resistensi MDR TB baik primer maupun sekunder akan ikut berpengaruh terhadap keberhasilan terapi dan penentuan rejimen obat dalam suatu kelompok masyarakat Aditama, 2005. Selain itu penelitian ini penelitian ini juga ingin mengetahui proporsi pasien MDR TB berdasarkan karakteristiknya, yakni usia jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status perkawinan, riwayat merokok, riwayat comorbid dan riwayat diagnosis TB.

4.1 Karakteristik Berdasarkan Usia

Berdasarkan karakteristik umur pada subjek penelitian ini didapatkan bahwa kelompok usia yang terbanyak adalah pada kelompok usia 25-44 tahun yaitu sebanyak 22 orang 55. Rata-rata umur subjek penelitian adalah 42,68 Universitas Sumatera Utara 35 tahun dengan usia yang termuda 22 tahun dan tertua 88 tahun. Gambaran karakteristik jenis kelamin subjek penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia n = 40 Kelompok usia Frekuensi Persentase 15 – 24 tahun 2 5 25 – 44 tahun 22 55 45 – 54 tahun 7 17,5 55 – 64 tahun 5 12,5 ≥ 65 tahun 4 10 Total 40 100,00 Keterangan: n = jumlah subjek Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Nofizar 2010 yang mendapatkan usia terbanyak menderita MDR TB berada pada kelompok umur 25- 44 tahun dengan rata-rata umur 36 tahun. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan penderita tuberkulosis terbanyak pada usia produktif yang bila penanganan tidak cepat dilakukan maka akan berdampak pada stabilitas ekonomi suatu negara. Disamping itu, usia produktif sangat berbahaya terhadap tingkat penularan karena pasien mudah berinteraksi dengan orang lain, mobilitas yag tinggi dan memungkinkan untuk menular ke orang lain serta lingkungan sekitar tempat tinggal Tirtana, 2011.

4.2 Karakteristik Jenis Kelamin

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin subjek penelitian didapatkan bahwa jumlah laki-laki 27 orang 67,50 dan perempuan 13 orang 32,50 dengan rasio 2 : 1 Gambaran karakteristik jenis kelamin subjek penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara 36 Tabel 4.2 Distribusi Frekuesi Jenis Kelamin n = 40 Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Perempuan 13 32,50 Laki-laki 27 67,50 Total 40 100,00 Keterangan: n = jumlah subjek Berdasarkan hasil yang diperoleh, proporsi jenis kelamin dari subyek penelitian lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 67,50 berbanding 32,50. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Reviono bahwa persentase pasien MDR TB laki-laki mencapai 53,73 dari total keseluruhan, sedangkan persentase pasien MDR TB berjenis kelamin perempuan mencapai 46,27. Serupa dengan penelitian Tirtana di Jawa Tengah dan Pant di Nepal yang menyatakan bahwa pasien TB paru resisten lebih besar proporsi laki- laki dibanding perempuan dengan nilai masing-masing 51,1 : 48,9 dan 70 : 30 MDR. Dalam berbagai penelitian TB jumlah pasien laki-laki lebih banyak didapatkan daripada perempuan. Hal ini dikarenakan laki-laki diandalkan sebagai tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah sehingga aktivitasnya lebih banyak di luar rumah dan rentan kontak dan tertulari TB Tirtana, 2011. Data WHO 2009 melaporkan prevalensi TB paru 2,3 kali lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan terutama pada negara yang sedang berkembang karena laki-laki dewasa lebih sering melakukan aktivitas sosial. Perbandingan prevalensi TB paru antara laki-laki dan perempuan sama hingga umur remaja tetapi setelah remaja prevalensi laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Hal ini diduga karena hingga umur remaja kontaknya terjadi pada lingkungan yang lebih kecil tetapi setelah dewasa laki-laki banyak kontak dengan lingkungan yang lebih besar di luar rumah dibandingkan dengan perempuan disamping faktor Universitas Sumatera Utara 37 biologi, sosial budaya termasuk stigma TB Nofizar, 2010. Penelitian Granich, dkk. 2005, memperoleh perbandingan penderita MDR TB laki-laki 241 orang 59 sedangkan perempuan 166 orang 41. Begitu juga Iseman 1993, yang memperoleh rasio laki-laki dibanding perempuan sebesar 71 : 29. Namun berbeda dengan penelitian di Taiwan oleh Suo, dkk. 1996, yang mendapatkan MDR TB lebih banyak terdapat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki yaitu 7 36 : 11 64. Munir 2010, menyatakan secara epidemiologi terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal penyakit infeksi, progresivitas penyakit, insidens dan kematian akibat TB. Perkembangan penyakit juga mempunyai perbedaan antara laki-laki dan perempuan yaitu perempuan mempunyai penyakit lebih berat pada saat datang ke rumah sakit. Munir juga melaporkan pada perempuan ditemukan diagnosis yang terlambat sedangkan pada laki-laki cenderung pergi ke pelayanan kesehatan ketika mereka mengetahui pengobatan TB gratis sedangkan perempuan tidak. Hal ini dapat berhubungan dengan aib dan rasa malu lebih dirasakan pada perempuan dibanding laki-laki. Hambatan ekonomi dan faktor sosial ekonomi kultural turut berperan termasuk pemahaman tentang penyakit paru. Namun menurut Aditama, angka kejadian tuberkulosis pada perempuan di negara yang lebih maju memiliki jumlah yang lebih tinggi dari laki- laki Aditama, 2005.

4.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan