C. Peranan Bank Indonesia Dalam Kebijakan Pengaturan Peredaran
Uang Terhadap Penanggulangan Inflasi
1. Inflasi
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga barang-barang secara umum yang berarti
terjani penurunan nilai uang. Kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi, kecuali keadaan tersebut meluas hingga
mengakibatkan kenaikan harga barang-barang jenis lainnya.
92
Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus-menerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-
harga karena misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi. Kenaikan
harga semacam ini tidak dianggap sebagai salah satu permasalahan ekonomi dan tidak diperlukan kebijakan khusus untuk menanggulanginya.
93
Inflasi juga merupakan suatu kenaikan tingkat harga umum dan laju inflasi adalah tingkat perubahan dari tingkat harga umum tersebut. Inflasi merupakan
proses kenaikan harga-harga secara umum yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat
serta jatuhnya nilai riil mata uang yang dinyatakan dalam persentase. Pengertian inflasi yang lain yaitu tingkat harga agregat naik atau inflasi adalah keadaan
dimana harga barang pada umumnya mengalami kenaikan terutama disebabkan karena penawaran akan uang jauh melebihi permintaan akan uang.
94
92
Rimsky Judisseno K, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, Jakarta: Gra \media Pustaka Utama, 2002, hlm. 16
93
Boediono, Ekonomi Moneter Edisi Ke-3, Yogyakarta: BPFE, 1998, hlm. 161
94
Paul A Samuelson, Makro Ekonomi, Jakarta:IKAPI, 1997, hlm. 306
Universitas Sumatera Utara
Pengertian-pengertian inflasi tersebut memiliki kesamaan prinsip bahwa inflasi merupakan suatu fenomena atau dilemma ekonomi. Ada tiga aspek yang
tercakup didalam pengertian inflasi tersebut:
95
a. Adanya kecenderungan tendensi harga-harga untuk meningkat.
b. Peningkatan harga-harga tersebut berlangsung secara terus-
menerus substained. c.
Mencakup pengertian “tingkat harga umum” general level prices yang berarti kenaikan harga tidak terjadi untuk satu komoditi saja.
Inflasi terjadi karena jumlah uang yang diedarkan melebihi jumlah uang yang dibutuhkan masyarakat sehingga terdapat kelebihan dana di masyarakat.
Inflasi yang tinggi akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Jika harga umum mengalami kenaikan, maka daya beli masyarakat menjadi berkurang
karena pendapat riil masyarakat yang turun. Turunnya daya beli masyarakat suatu negara menggambarkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
2. Jenis Inflasi
Inflasi dapat dibedakan berdasarkan sifat, laju atau kecepatan, asal ataupun berdasarkan penyebabnya :
a. Berdasarkan sifatnya :
96
1 Inflasi yang merayap Creeping Inflation
Inflasi ini ditandai dengan laju inflasi yang rendah kurang dari 10 tahun, kenaikan harga berjalan secara lambat,
dengan presantase yang kecil serta daam jangka waktu yang relatif lama.
95
Ibid.
96
Nopirin, Ekonomi Moneter II, Yogyakarta:BPFE, 1992, hlm 176
Universitas Sumatera Utara
2 Inflasi menengah galloping inflation
Inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar biasanya double digit atau bahkan triple digit dan kadang
kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya, harga-harga
minggubulan ini lebih tinggi dari minggubulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian lebih berat
daripada creeping inflation. 3
Inflasi tinggi hyper inflation Inflasi ini merupakan yang paling parah akibatnya. Harga-
harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang karena nilai uang
merosot dengan tajam sehingga masyarakat lebih memilih untuk menukarkannya dengan barang. Perputaran uang
makin cepat, harga naik secara akselerasi. Inflasi jenis ini biasanya timbul apabila pemerintah mengalami defisit
anggaran belanja yang ditutupi dengan mencetak uang. b.
Berdasarkan kecepatan atau lanjutnya :
97
1 Inflasi ringan :10 setahun
2 Inflasi sedang :10-30 setahun
3 Inflasi berat :30-100 setahun
4 Hyper Inflasi :100 setahun
c. Berdasarkan asalnya :
98
97
Ibid., hlm 177
Universitas Sumatera Utara
1 Inflasi yang berasal dari dalam negeri domestic inflation
Inflasi yang berasal dari dalam negeri dapat timbul dikarenakan terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan mencetak uang baru, panen yang gagal dan sebagainya.
2 Inflasi yang berasal dari luar negeri imported inflation
Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul dikarenakan kenaikan harga-harga di luar negeri
atau di negara-negara yang menjadi mitra dagang. Kenaikan harga barang-barang yang di impor
mengakibatkan : a
Kenaikan indeks biaya hidup secara langsung karena sebagian dari barang-barang yang tercakup
didalamnya merupakan barang impor b
Secara tidak langsung dapat mengakibatkan kenaikan indeks harga melalui pertambahan biaya
produksi dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang diimpor
c Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga
didalam negeri karena kemungkinan kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan
pengeluaran pemerintah atau swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut.
98
Ibid., hlm 177
Universitas Sumatera Utara
d. Berdasarkan penyebabnya :
99
1 Inflasi tarikan permintaan demand pull inflation
Inflasi ini disebabkan kenaikan permintaan diatas kemampuan produksi. Inflasi yang terjadi bermula dari
adanya kenaikan permintaan total agregat demand, sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan
kerja penuh full employment. Apabila kesempatan kerja penuh telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya
hanya akan menaikkan harga saja sering disebut dengan inflasi murni. Apabila kenaikan permintaan ini
menyebabkan keseimbangan Gross National Product GNP berada diatas full employment maka akan terdapat
inflationary gap . Inflationary gap inilah yang menyebabkan
inflasi. Inflasi ini terjadi karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru,
atau bertambahnya investasi swasta karena memperoleh kredit murah dari bank. Peningkatan perrmintaan tanpa
diimbangi peningkatan penawaran akan mendorong peningkatan harga yang pada akhirnya akan terjadi inflasi.
2 Inflasi desakan biaya cost push inflation
Inflasi desakan biaya biasanya ditandai dengna kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi ini berarti inflasi yang
dibarengi dengan resesi. Keadaan ini biasanya dimulai dengan
99
Ibid., hlm 178
Universitas Sumatera Utara
adanya penurunan dalam penawaran total aggregate supply sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan kenaikan biaya produksi yaitu: a
Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan upah.
b Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manager
dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga yang lebih tinggi.
c Kenaikan harga bahan baku industri.
3. Indikator Inflasi
Beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu, yaitu :
100
a. Indeks Harga Konsumen Consumer Price Index
Indeks harga konsumen IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa dalam satu periode tertentu
yang di konsumsi masyarakat. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalm satu
periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot weighted berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang
dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan
mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, penghitungan IHK dilakukan
100
Ibid., hlm 179
Universitas Sumatera Utara
dengan meliha perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota propinsi-propinsi di
Indonesia. b.
Indeks Harga Perdagangan Besar Wholesale Price Index Indeksi Harga Perdagangan Besar IHPB melihat inflasi dari sisi
produsen producer price index. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi.
c. Indeks Harga Implisit GDP Deflator
IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat bermanfaat, namun sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metodenya, kedua
indikator tersebut hanya mencakup beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang dan jasa, di beberapa puluh kota saja. Padahal dalam
kenyataan, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan
mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga tidak hanya terjadi di beberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk
mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, dipergunakan indeks harga implisit IHI.
4. Teori Inflasi
Secara garis besar, teori mengenai inflasi ada tiga yaitu teori kuantitas teori Irving Fisher, teori Keynes dan teori strukturalis:
101
a. Teori Kuantitas Teori Irving Fisher
101
Boediono, Op. Cit., hlm. 170
Universitas Sumatera Utara
Teori ini sesuai untuk menganilisis sebab-sebab timbulnya inflasi di negara berkembang karena teori ini lebih menyoroti terjadinya inflasi
yang disebabkan dua faktor berikut : 1
Inflasi hanya bisa terjadi jika ada penambahan volume jumlah uang beredar baik uang kartal maupun uang giral.
Tanpa adanya kenaikan jumlah uang beredar maka tidak akan terjadi inflasi, meskipun terjadi kenaikan harga.
2 Ekspektasi atau harapan masyarakat mengenai kenaikan
harga. Ada tiga kemungkinan keadaan : a
Pertama, bila masyarakat belum meramalkan harga- harga untuk naik pada waktu mendatang. Maka
sebagian besar penambahan jumlah uang beredar akan diterima masyarakat untuk menambah uang
kasnya yang berarti sebagian besar kenaikan jumlah uang beredar tersebut tidak dibelanjakan untuk
pembelian barang. Hal ini menyebabkan tidak ada kenaikan permintaan dan tidak ada kenaikan harga
barang-barang. Keadaan ini biasanya dijumpai pada waktu inflasi dimulai dan masyarakat belum
menyadari adanya inflasi. b
Kedua, dimana masyarakat mulai sadar akan adanya inflasi dan meramalkan adanya kenaikan harga
barang-barang pada waktu mendatang. Penambahan jumlah uang beredar tidak lagi digunakan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat untuk menambah uang kasnya melainkan untuk membeli barang. Hal ini dilakukan
karena masyarakat ingin menghindari kerugian akibat memegang uang kas. Keadaan ini berarti
terdapat kenaikan permintaan barang-barang tersebut dan selanjutnya harga barang-barang
tersebut akan meningkat. c
Ketiga, merupakan tahapan yang lebih parah yaitu terhadap hiperinflasi. Dalam keadaan ini masyarakat
sudah kehilangan kepercayaannya terhadap nilai mata uang. Keadaan ini ditandai dengan makin
cepatnya peredaran uang velocity of circulation yang menaik.
b. Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Dengan demikian permintaan
masyarakat akan barang melebihi jumlah yang tersedia. Hal ini terjadi karena masyarakat mengetahui keinginannya dan menjadikan keinginan
tersebut dalam bentuk permintaan yang efektif terhadap barang. Dengan kata lain, masyarakat berhasil memperoleh dana tambahan diluar batas
kemampuan ekonominya sehingga golongan masyarakat ini bisa memperoleh barang dengan jumlah yang lebih besar dari yang seharusnya.
Tentunya tidak semua golongan masyarakat bisa memperoleh dana atau barang yang lebih banyak, golongan ini misalnya masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
berpenghasilan tetap atau penghasilannya meningkat tidak secepat laju inflasi. Bila jumlah permintaan barang meningkat, pada tingkat harga
berlaku, melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang bisa dihasilkan masyarakat, maka inflationary gap akan timbul. Keadaan ini
menyebabkan harga-harga naik dan berarti rencana pembelian barang tidak dapat terpenuhi. Pada periode selanjutnya, masyarakat akan berusaha
untuk memperoleh dana yang lebih besar lagi baik dari percetakan uang baru maupun dari kredit bank dan permintaan kenaikan gaji. Proses
inflasi ini akan tetap berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan
masyarakat. c.
Teori Strukturalis Teori ini juga disebut teori inflasi jangka panjang, karena
menyoroti sebab-sebab munculnya inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi terutama yang terjadi di negara berkembang. Ada dua
kekakuanketidakelastisan dalam perekonomian di negara berkembang yang menimbulkan inflasi, yaitu :
1 Kekakuan dari penerimaan ekspor
Hal ini dikarenakan nilai ekspor tumbuh lebih kecil dari sektor lain dikarenakan harga di pasar dunia dari barang-
barang ekspor negara tersebut tidak menguntungkan atau dengan kata lain term of trade semakin memburuk. Hal lain
yang menyebabkan ekspor tumbuh lebih kecil dari sektor lain adalah produksi barang-barang ekspor tidak elastis
Universitas Sumatera Utara
terhadap kenaikan harga. Hal ini akan mendorong pemerintah menggalakkan produksi dalam negeri untuk
barang-barang yang sebelumnya diimpor import substitution strategy
2 Kekakuan penawaran bahan makanan di negara
berkembang Penawaran bahan makanan lebih lambat daripada
pertambahan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita, sehingga kenaikan harga bahan makanan dalam negeri
cenderung untuk naik melebihi harga barang-barang lainnya. Akibatnya timbul tuntutan dari buruh untuk
meminta upah yang lebih tinggi. Kenaikan upah berarti kenaikan ongkos produksi. Kenaikan ongkos produksi akan
mengakibatkan kenaikan harga barang-barang yang bersangkutan. Kenaikan harga-harga barang tersebut
mendorong terjadinya inflasi yang dikenal dengan istilah wage push inflation
. 2.
Peranan Bank Indonesia Dalam Kebijakan Pengaturan Peredaran Uang Terhadap Penanggulangan Inflasi
Sejak tahun 2000, dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, Bank Indonesia telah menentukan dan mengumumkan
sasaran inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan peredaran uang. Selanjutnya, dengan amandemen Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004,
pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah
Universitas Sumatera Utara
menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi untuk jangka pendek dan menengah yang mencerminkan proses penurunan inflasi secara bertahap
gradual disinflation mengarah pada sasaran inflasi jangka menengah- panjang yang kompetitif dengan negara negara sekitar. Bank Indonesia
telah menempuh sejumlah langkah-langkah penting dalam memperkuat persyaratan yang diperlukan bagi kebijakan peredaran uang konsisten,
termasuk:
102
a. Pengembangan indikator, riset, pemodelan ekonomi untuk secara
lebih baik menganalisis dan memprakirakan inflasi dan variabel ekonomi lainnya, mekanisme trasnmisi kebijakan peredaran uang,
maupun penentuan respon kebijakan. b.
Rapat Dewan Gubernur RDG secara reguler sebagai bagian integral dan proses perumusan kebijakan peredaran uang.
c. Pengembangan laporan dan media komunikasi untuk transparansi
dan akuntabilitas kebijakan peredaran uang kepada publik. Sejak Juli 2005, Bank Indonesia melakukan perubahan rezim
kebijakan peredaran uang, dari pendekatan base money menjadi pendekatan Inflation Targeting Framework ITF.
ITF merupakan kerangka kerja kebijakan peredaran uang yang secara transparan dan konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi
beberapa tahun kedepan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan.
102
Bank Indonesia, Sosialisasi ITF Paket A Murni, Jakarta:Bank Indonesia, 2006, hlm. 8
Universitas Sumatera Utara
ITF Dalam ITF terdapat empat prinsip pokok rezim kebijakan peredaran uang, yakni :
103
a. Memiliki sasaran utama, yaitu sasaran inflasi, yang dijadikan
sebagai prioritas pencapaian overriding objective dan acuan nominal anchor kebijakan peredaran uang.
b. Bersifat antisipatif preemptive atau forward looking dengan
mengarahkan respon kebijakan peredaran uang saat ini untuk mencapai sasaran inflasi kedepan.
c. Mendasarkan pada analisis, prakiraan, dan kaidah kebijakan
tertentu dalam menetapkan pertimbangan respon kebijakan peredaran uang constrained disrection
d. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat good
governance , yaitu berkejalasan tujuan, konsisten, transparan, dan
berakuntabilitas. Bank Indonesia melakukan beberapa elemen dasar yang menjadi langkah
penguatan kebijakan peredaran uang agar konsisten dengan penerapan ITF, yakni:
104
a. Penggunaan suku bunga disebut BI Rate sebagai reference rate
dalam pengendalian moneter, sebagai pengganti sasaran operasional uang primer.
b. Penguatan proses perumusan kebijakan peredaran uang dengan
strategi antisipatif forward looking strategy dalam mengarahkan
103
Ibid., hlm. 9
104
Bank Indonesia, Sosialisasi ITF Paket C, Jakarta:Bank Indonesia, 2006, hlm. 21
Universitas Sumatera Utara
respon kebijakan peredaran uang saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan.
c. Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk memperkuat
sinyal kebijakan peredaran uang kepada pasar dan upaya pembentukan ekspektasi inflasi.
d. Penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk
meminimalkan tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan volatile foods maupun untuk sinergi kebijakan ekonomi secara
keseluruhan. Kerangka kerja kebijakan peredaran uang ini tidak berarti bahwa kebijakan
peredaran uang tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan peredaran uang untuk menjaga keseimbangan striking the optimal
balance dalam pencapaian sasaran inflasi tetap dipertahankan mengingat masih
adanya berbagai faktor ketidakpastian didalam perekonomian Indonesia., baik yang disebabkan oleh gejolak eksternal maupun domestik. Langkah-langkah
penguatan kebijakan peredaran uang tersebut diperlukan untuk menurunkan dan mengarahkan ekspektasi inflasi ke arah sasarang yang ditetapkan, mampu
mengatasi kejutan inflasi secara lebih baik, maupun untuk menurunkan volatilitas output dalam jangka menengah. Kebijakan peredaran uang tetap akan fleksibel
dalam mengakomodasi kejutan-kejutan inflasi temporer tanpa menggangu pencapaian sasaran inflasi jangka menengah.
Fleksibilitas kebijakan peredaran diwujudkan dalam bentuk respon kebijakan kebijakan peredaran uang yang ditetapkan yang selalu berupaya
mengarahkan agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada
Universitas Sumatera Utara
jalur sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, konsistensi kebijakan peredaran uang dapat tetap terjaga dengan baik.
105
BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi
sebagai sinyal kebijakan peredaran uang. BI Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar Rata-Rata Tertimbang RRT Suku
Bunga SBI 1 bulan hasil lelang Operasi Pasar Terbuka berada disekitar BI Rate. Dasar pemilihan SBI satu bulan ialah:
Kerangka kerja yang baru, mulai Juli 2005 suku bunga BI Rate dipergunakan sebagai sinyal respon kebijakan peredaran uang Bank Indonesia.
Bentuk respon kebijakan peredaran uang dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate. Perubahan BI Rate dilakukan terutama jika deviasi
proyeksi inflasi terhadap targetnya inflation gap dipandang telah bersifat permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya. Perubahan
kenaikan atau penurunan BI Rate dilakukan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25 bps.
106
a. SBI satu bulan telah dipergunakan secara benchmark oleh
perbankan dan pelaku pasar dalam berbagai aktivitasnya. b.
Penggunaan SBI satu bulan akan memperkuat sinyal respon kebijakan peredaran uang yang ditempuh Bank Indonesia.
c. Perbaikan kondisi perbankan dan sektor keuangan memperlihatkan
SBI satu bulan terbukti mampu mentransmisikan kebijakan peredaran uang ke sektor keuangan dan ekonomi.
105
Ibid. hlm. 22
106
Ibid., hlm 23
Universitas Sumatera Utara
Penetapan respon kebijakan peredaran uang dilakukan dalam RDG Bank Indonesia triwulanan Januari, April, Juli, Oktober untuk berlaku selama
triwulanan berjalan satu triwulan. Apabila diperlukan, perubahan BI Rate dapat dilakukan dalam RDG Bank Indonesia bulanan. BI Rate dapat ditetapkan oleh
Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan mempertimbangkan :
107
a. Rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan
dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi, dan b.
Berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survei, informasi anekdotal, variabel informasi, expert opinion, asesmen
faktor resiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan peredaran uang
Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan peredaran uang.
Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan- perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai
variabel ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Indonesia,
perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur
kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi
108
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan peredaran
107
Ibid., hlm. 23
108
Bank Indonesia, Sosialisasi ITF Paket A Murni, Op.Cit., hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
uang yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga
permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan
untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila
tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang
terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi. Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku
bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrumen-instrumen keuangan
di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong
apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau
kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan
ekonomi dan kegiatan perekonomian.
109
Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset
109
Ibid., hlm. 18
Universitas Sumatera Utara
seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk
melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi. Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga
mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi jalur ekspektasi. Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya
inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen
kepada konsumen melalui kenaikan harga. Mekanisme transmisi kebijakan peredaran uang ini bekerja memerlukan
waktu time lag. Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku
bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan peredaran
uang. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga,
apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu
direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya
permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil
Universitas Sumatera Utara
sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan peredaran uang.
110
Perumusan kebijakan peredaran uang ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme RDG. Dalam RDG triwulanan dilakukan asesmen
menyeluruh terhadap kondisi makroekonomi, prakiraan inflasi, dan penentuan respon kebijakan peredaran uang. Sedang dalam RDG bulanan, dilakukan
peninjauan kembali atas perkembangan inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter dan likuiditas di pasar untuk memonitor dan menilai apakah sesuai dengan
prakiraan yang dilakukan dalam RDG triwulanan. Untuk mendukung proses perumusan kebijakan peredaran uang oleh Dewan Gubernur, kualitas analisis dan
prakiraan terus ditingkatkan. Disamping sejumlah indikator, survei, riset, dan pemodelan ekonomi ditingkat nasional, juga Kajian Ekonomi Regional KER di
Kantor Bank Indonesia berbagai daerah. Bank Indonesia dalam meningkatkan kualitas kebijakan peredaran uang
agar lebih efektif, transparan, dapat dipertangung-jawabkan, dan dapat dipercaya melakukan perumusan kebijakan peredaran uang. Dengan kerangka kerja
kebijakan peredaran uang, secara internal proses perumusan kebijakan peredaran uang di Bank Indonesia diperkuat dengan strategi antisipatif forward looking
strategy dalam mengarahkan respon kebijakan peredaran uang saat ini untuk
pencapaian sasaran inflasi kedepan.
111
Bank Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Pasal 7 ayat 2 perlu berkordinasi dengan pemerintah agar kebijakan peredaran
uang Bank Indonesia sejalan dengan kebijakan umum pemerintah dibidang
110
Ibid., hlm. 19
111
Bank Indonesia, Sosialisasi ITF Paket B, Op.Cit., hlm. 28
Universitas Sumatera Utara
perekonomian dengan tetap menjaga tugas dan wewenang masing-masing. Koordinasi Bank Indonesia dengan pemerintah dalam penetapan sasaran inflasi
dilakukan sesuai dengan MoU yang telah disepakati antara Pemerintah Menteri Keuangan dengan Bank Indonesia, diantaranya adalah:
112
a. Bank Indonesia menyampaikan usulan sasaran inflasi kepada
pemerintah selambat-lambatnya bulan Mei pada tahun sebelum periode sasaran inflasi berakhir.
b. Dalam hal terjadi kondisi yang luar biasa sehingga sasaran inflasi
yang telah ditetapkan menjadi tidak realistis dan perlu direvisa, maka Bank Indonesia menyampaikan usulan perubahan sasaran
inflasi setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Pentingnya keterlibatan Pemerintah dalam menetapkan inflasi didasarkan
pada pertimbangan beberapa faktor. Pertama, tidak semua sumber inflasi di bawah kendali kebijakan Bank Indonesia. Kebijakan pemerintah turut menyumbang
inflasi, diantaranya adalah penetapan administered price, upah minimum regional, gaji pegawai negeri, kebijakan di bidang produksi sektoral, perdagangan domestik
dan tata niaga impor. Kebijakan pemerintah lainnya misalnya di bidang politik, keamanan, dan penegakan hukum juga secara tidak langsung turut
mempengaruhi inflasi. Kedua, kebersamaan komitmen pengendalian inflasi antara pemerintah dan Bank Indonesia di atas kertas akan menjadikan sasaran inflasi
lebih kredibel, karena menjadi “milik bersama”. Jika sasaran inflasi sangat kredibel, dalam arti Bank Indonesia dan pemerintah dinilai akan mampu
mencapainya, para pelaku ekonomi akan menyamakan perkiraan inflasi mereka
112
Bank Indonesia, Sosialisasi ITF Paket C, Op.Cit., hlm. 30
Universitas Sumatera Utara
dengan angka sasaran inflasi tersebut. Bila kondisi ini terjadi, pemerintah dan Bank Indonesia akan lebih mudah menurunkan dan menstabilkan inflasi dalam
jangka menengah dan panjang, tanpa harus menelan biaya kebijakan yang terlalu besar.
113
Koordinasi Bank Indonesia dengan pemerintah juga dilakukan melalui pertemuan berkala antara menteri-menteri di bidang perekonomian dan Dewan
Gubernur Bank Indonesia. Pertemuan dimaksud membahas berbagai permasalahan dan sinergi kebijakan yang diperlukan untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan memperkuat stabilitas makroekonomi. Bank Indonesia bersama Pemerintah membentuk tim penetapan sasaran,
pemantauan, dan pengendalian inflasi selanjutnya disebut Tim Pengendalian Inflasi yang beranggotakan beberapa departemen teknis. Adapun tugas tim
tersebut antara lain mencakup pemberian usul mengenai sasaran inflasi, mengevaluasi sumber-sumber dan potensi tekanan inflasi serta dampaknya
terhadap pencapaian sasaran inflasi, merekomendasikan pilihan kebijakan yang mendukung pencapaian sasaran inflasi, serta melakukan diseminasi mengenai
sasaran dan upaya pencapaian sasaran inflasi kepada masyarakat. Diharapkan pembentukan Tim Pengendalian Inflasi ini akan meningkatkan koordinasi antara
otoritas moneter dengan Pemerintah secara keseluruhan, sehingga sasaran inflasi menjadi tujuan bersama yang credible dan achievable.
114
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Pasal 58 menjelaskan bahwa Bank Indonesia dituntut untuk transparan dan memenuhi prinsip akuntabilitas
publik dalam menetapkan kebijakannya serta terbuka bagi pengawasan oleh
113
Ibid.
114
Ibid., hlm. 31
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Memenuhi tuntutan transparansi ini, kebijakan peredaran uang dikomunikasikan secara berkesinambungan kepada masyarakat untuk
meningkatkan kredibilitas kebijakan peredaran uang dalam membentuk ekspektasi dan pencapaian sasaran inflasi. Komunikasi kebijakan peredaran uang mencakup
pengumuman dan penjelasan pencapaian sasaran inflasi, kerangka kerja dan langkah-langkah kebijakan peredaran uang yang telah dan akan ditempuh, jadwal
RDG, serta hal-hal lain yang ditetapkan oleh Dewan Gubernur. Komunikasi kebijakan peredaran uang dilakukan dengan cara termasuk dan tidak terbatas pada
siaran pers, konperensi pers terutama segera setelah RDG Triwulanan untuk menjelasankan respon kebijakan peredaran uang, publikasi termasuk penerbitan
“Laporan Kebijakan peredaran uang” atau “Inflation Report”, maupun penjelasan langsung kepada masyarakat. Komunikasi kebijakan peredaran uang disampaikan
kepada masyarakat luas termasuk dan tidak terbatas pada media massa, pelaku ekonomi, kalangan pakar dan akademisi.
Bank Indonesia dalam memenuhi prinsip akuntabilitas melakukan pertanggung-jawaban kebijakan peredaran uang disampaikan kepada DPR untuk
meningkatkan kredibilitas Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Pertanggung-jawaban
kebijakan peredaran uang dilakukan dengan penyampaian secara tertulis maupun penjelasan langsung atas Laporan Kebijakan peredaran uang Monetary Policy
Report atau Inflation Report secara triwulanan dan aspek-aspek tertentu
kebijakan peredaran uang yang dipandang perlu. Laporan Kebijakan peredaran uang disampaikan pula kepada Pemerintah dan masyarakat luas untuk
transparansi dan koordinasi. Dalam hal sasaran inflasi untuk suatu tahun tidak
Universitas Sumatera Utara
tercapai, maka Bank Indonesia menyampaikan usulan penjelasan kepada pemerintah sebagai bahan penjelasan pemerintah bersama Bank Indonesia secara
terbuka kepada DPR dan masyarakat yang dilakukan paling lambat Februari tahun berikutnya.
115
115
Ibid., hlm. 32
Universitas Sumatera Utara
82
BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGATURAN PEREDARAN
UANG OLEH BANK INDONESIA DALAM MENANGGULANGI INFLASI DI INDONESIA
A. Tujuan Implementasi Kebijakan Pengaturan Peredaran Uang Dalam