Mempertimbangkan kondisi terkini, serta prospek dan risiko perekonomian ke depan, Rapat Dewan Gubernur RDG Bank Indonesia
memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7, dengan suku bunga Deposit Facility menjadi sebesar 5 dan Lending Facility menjadi sebesar
7,5. Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan GWM-PDR sebesar 1, dari 7,50 ke level 6,5, berlaku efektif sejak 16 Maret 2016. Keputusan
tersebut sejalan dengan ruang pelonggaran kebijakan peredaran uang yang semakin terbuka dengan semakin terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya
penurunan tekanan inflasi di 2016, serta meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global. Kebijakan penurunan BI Rate dan GWM Primer dalam Rupiah
tersebut diharapkan dapat memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi
dengan Pemerintah untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu
menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.
237
C. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Kebijakan Peredaran
Uang Dalam Menangggulangi Inflasi
1. Hambatan Dalam Menciptakan Independensi
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia pasal 4 ayat 2
menjelaskan “Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam
237
Ibid., hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah danatau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-
undang.”. Dengan landasan ini, Bank Indonesia memiliki otonomi penuh dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini penting untuk diketahui mengingat kedudukan
Bank Indonesia terdahulu berada dibawah kekuasaan Kementerian Keuangan. Untuk menjamin independensi, dalam segi kelembagaan Bank Indonesia berada
pada posisi di luar pemerintah.
238
Asas independensi seharusnya berlaku dalam situasi kapanpun, termasuk pada saat krisis moneter terjadi. Akan tetapi penanganan krisis yang ada sekarang
mengenyampingkan asas independensi Bank Indonesia karena metode kebijakn bauran terbukti lebih efektif dalam memulihkan keadaan ekonomi saat terjadi
inflasi. Walaupun hal ini melanggar ketentuan asas independensi Bank Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004.
Independensi Bank Indonesia memiliki dua makna, yaitu pertama berarti pihak Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk menetapkan target moneter
tertentu yang akan dicapai pada periode tertentu. Adapun yang kedua berarti bank sentral dimungkinkan untuk memilih cara dan kebijakan yang dianggap tepat
untuk mencapai tujuan moneter yang telah ditentukan.
239
2. Hambatan Memprediksi Inflasi
Kemampuan untuk memprediksi inflasi merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kebijakan peredaran uang. Banyaknya aspek-aspek yang dapat
238
Didik J. Rachbini, Op.Cit., hlm 90
239
Ibid., hlm. 91
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan terjadinya inflasi menjadikan inflasi sulit untuk diprediksi secara tepat.
240
Stabilitas nasional juga sangat berperan dalam menentukan kondisi ekonomi suatu negara. Untuk saat ini, para investor masih beranggapan bahwa
Indonesia tidak cukup kondusif bagi investasi. Isu-isu seputar politik dan keamanan daerah juga rawan untuk memporak-porandakan perekonomian
nasional. Belum tercapainya stabilitas menyebabkan mustahilnya Bank Indonesia dapat memprediksi inflasi dengan cermat.
Inflasi yang tidak dapat diduga pada umumnya berasal dari luar cakupan kemampuan Bank Indonesia, terutama yang berasal dari eksternal seperti jatuhnya
perekonomian negara lain, kebijakan-kebijakan peredaran uang yang dilakukan oleh negara lain, serta perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
241
3. Hambatan Tranparansi Dan Akuntabilitas
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Pasal 4 ayat 3 menyebutkan bahwa Bank Indonesia adalah badan hukum. Bank Indonesia
dinyatakan sebagai badan hukum dengan undang-undang dimaksudkan agar terdapat kejelasan
wewenang Bank Indonesia dalam mengelola kekayaan sendiri yang terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Selain itu, Bank Indonesia sebagai
badan hukum publik berwenang menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalam batas kewenangannya.
242
Esensi dari status dan kedudukan Bank Indonesia ini adalah Bank Indonesia dituntut untuk transparan dan memenuhi prinsip akuntabilitas publik
240
Nopirin, Kebijakan Moneter Dengan Target Inflasi, Makalah Seminar Sehari Kerjasama FE UGM dengan BI, Yogyakarta, 29 September 2000, hlm. 7
241
Ibid., hlm. 8
242
Agus Santoso, Op.Cit., hlm. 30
Universitas Sumatera Utara
dalam menetapkan kebijakannya serta terbuka bagi pengawasan oleh masyarakat. Memenuhi tuntutan transparansi ini, kebijakan peredaran uang dikomunikasikan
secara berkesinambungan kepada masyarakat untuk meningkatkan kredibilitas kebijakan peredaran uang dalam membentuk ekspektasi dan pencapaian sasaran
inflasi. Bank Indonesia secara reguler juga menyampaikan pertanggung-jawaban
pelaksanaan kebijakan peredaran uang kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR sebagai bentuk akuntabilitas Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenang yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Pertanggung-jawaban kebijakan peredaran uang dilakukan dengan penyampaian secara tertulis maupun
penjelasan langsung atas pelaksanaan Kebijakan peredaran uang secara triwulanan dan aspek-aspek tertentu kebijakan peredaran uang yang dipandang perlu. Selain
itu Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanan Kebijakan tersebut disampaikan pula kepada Pemerintah dan masyarakat luas untuk transparansi dan koordinasi.
Dalam hal sasaran inflasi untuk suatu tahun tidak tercapai, maka Bank Indonesia menyampaikan penjelasan kepada Pemerintah sebagai bahan penjelasan
Pemerintah bersama Bank Indonesia secara terbuka kepada DPR dan masyarakat.
243
4. Hambatan Dalam Mewujudkan Kebijakan Secara Fleksibel
Pelaksanaan kebijakan peredaran uang sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi. Hal ini dikarenakan perkembangan ekonomi akan
menentukan reaksi dan perumusan kebijakan yang hendak dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
243
Bank Indonesia, Sosialisasi ITF Paket C, Op.Cit., hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
Peran kebijakan peredaran uang mempengaruhi perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan nercara pembayaran. Semua
pengaruh ini dianggap sebagai sasaran yang ideal, walaupun jika dilaksanakan secara bersama akan sangat sulit karena pengaruh tersebut memiliki unsur yang
kontradiktif. Misalnya, jika Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan yang berorientasi pada perluasan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi, maka
akan berdampak negatif pada kestabilan harga dan neraca pembayaran.
244
5. Tingkat Keparahan Krisis
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung pada parah atau tidaknya tingkat inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai
pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja,
menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali hyper inflation, keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga
hidup mereka semakin menurun dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bank Indonesia akan sangat kesulitan untuk menentukan kebijakan
peredaran uang yang akan diambil, sebab segala lini perekonomian ambruk. Kebijakan peredaran uang yang diambil pun tidak akan memberikan dampak
langsung secara besar. Hasil yang didapatkan kebijakan peredaran uang akan
244
Iswardono, Op.Cit., hlm. 160
Universitas Sumatera Utara
tampak dikit demi sedikit seiring turunnya tingkat keparahan inflasi dan kembali kondusifnya perekonomian.
245
245
Tulus Tambunan, Perekonomian Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000, hlm. 53
Universitas Sumatera Utara
171
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu : 1.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjelaskan
bahwa keberadaan Bank Indonesia ialah sebagai Bank Sentral Republik Indonesia, lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya yang bebas dari campur tangan pemerintah kecuali untuk hal-hal yang diatur secara jelas dalam undang-undang, serta badan hukum.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Maksud dari kestabilan rupiah yang diinginkan oleh
Bank Indonesia tercermin dari perkembangan laju inflasi, serta perkembangan nilai rupiah terhadap nilai mata uang negara lain. Tujuan
Bank Indonesia didukung tiga pilar utama, yakni menetapkan dan melaksanakan kebijakan peredaran uang, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiga pilar ini perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan
memelihara kestabilan rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Bank Indonesia sebagai bank sentral juga memiliki peranan sebagai
lembaga yang melakukan riset-riset ekonomi yang berkaitan dengan masalah dan perkembangan sektor moneter.
Universitas Sumatera Utara
2. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menetapkan dan
melaksanakan kebijakan peredaran uang melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan laju inflasi dan pengendalian moneter.
Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan peredaran uang dapat menggunakan instrumen langsung, berupa penetapan suku bunga, rasio
likuiditas atau kredit langsung dan instrumen tidak langsung, berupa cadangan wajib minimum, fasilitas diskonto, operasi pasar terbuka,
maupun himbauan moral. Semenjak Juli 2015 Bank Indonesia melakukan perubahan rezim kebijakan pendekatan uang primer menjadi Inflation
Targeting Framework dengan elemen dasar penggunaan BI Rate sebagai
sasaran operasional, penguatan perumusan kebijakan peredaran uang, komunikasi yang lebih transparan kepada masyarakat serta penguatan
koordinasi kebijakan dengan pemerintah. 3.
Kebijakan peredaran uang yang diimplementasikan oleh Bank Indonesia memiliki target meliputi bertumbuhnya output terhadap pertumbuhan
potensial yang diperlihatkan dalam deviasi, target inflasi yang diperlihatkan oleh tingkat inflasi dunia serta keseimbangan neraca
pembayaran. Inflasi yang sering dihadapi Bank Indonesia dalam pengimplementasian kebijakan peredaran uang di Indonesia lebih
disebabkan oleh dorongan biaya yang umumnya dipicu administered price
, pajak, upah minimum, dan depresiasi rupiah. Sementara itu, tekanan sisi permintaan tidak begitu kuat, kecuali pada perayaan hari besar
keagamaan. Dalam hal ini kebijakan peredaran uang dibagi kedalam saluran ekspektasi inflasi, nilai tukar dan suku bunga. Dalam
Universitas Sumatera Utara
mengimplementasikan kebijakan peredaran uang, Bank Indonesia kerap kali menemui beberapa hambatan seperti hambatan dalam menciptakan
independensi, memprediksi inflasi, menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi, mewujudkan kebijakan secara fleksibel serta tingkat
keparahan krisis.
B. Saran 1.
Bank sentral diharapkan tidak hanya terfokus pada target inflasi saja namun perlu juga memperhatikan variabel makroekonomi lainnya,
termasuk perubahan kondisi internal dan eksternal, sehingga diharapkan kebijakan yang diambil cepat menyesuaikan diri dengan keadaan
perekonomian yang terjadi. 2.
Bank Indonesia diharapkan mampu bekerja sama dengan pemerintah dalam menetapkan bauran kebijakan agar terciptanya stabilisasi rupiah
sehingga masyarakat merasa aman dan tenang dalam melakukan kegiatan perekonomian.
Universitas Sumatera Utara
21
BAB II KEBERADAAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL
A. Perkembangan Bank Indonesia