Kedudukan Kebijakan Dalam Sistem Hukum Di Indonesia

42 BAB III PERANAN BANK INDONESIA DALAM KEBIJAKAN PENGATURAN PEREDARAN UANG TERHADAP PENANGGULANGAN INFLASI

A. Kedudukan Kebijakan Dalam Sistem Hukum Di Indonesia

Kenyataan sehari-hari, badan atau pejabat administrasi negara seringkali menempuh berbagai langkah kebijakan tertentu, antara lain menciptakan apa yang sering dinamakan aturan kebijakan beleidsregel, policy rule. Produk semacam ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan freies ermessen, yaitu kebijakan yang bersifat bebas vrijbeleid ditetapkan oleh pejabat administrasi negara berdasarkan kewenangan kebebasan yang bersangkutan merumuskan kebijakan dalam pelbagai bentuk seperti peraturan, pedoman, pengumuman, dan surat edaran. 67 Kebijakan yang bersifat bebas ditetapkan dan dijalankan oleh pejabat administrasi negara dalam rangka menyelesaikan suatu keadaan masalah konkret yang pada dasarnya belum ada aturannya atau belum diatur dalam undang-undang peraturan perundang-undangan. 68 Kebijakan pejabat administrasi negara dalam menegakkan asas konsistensi yang bersifat bebas perlu dituangkan dalam suatu bentuk formal atau suatu format tertentu yang lazim disebut peraturan kebijakan. Dengan demikian peraturan kebijakan merupakan produk kebijakan yang bersifat bebas yang ditetapkan oleh pejabat-pejabat administrasi negara dalam rangka menyelenggarakan tugas pemerintahan. Kebijakan pejabat administrasi negara tersebut kemudian 67 Arif Christiono, Kedudukan Hukum Peraturan Kebijakan Dibawah Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Bapenas , www.birohukum.bappenas.go.id , diakses pada tanggal 11Februari 2016 19.53 68 Ibid. Universitas Sumatera Utara dituangkan dalam suatu format tertentu supaya dapat diberlakukan secara umum berlaku sama bagi setiap warga negara. 69 Kebijakan memiliki unsur, yaitu: 70 1. Kebijakan merupakan tata aturan, apabila dilihat dari tampak luar seolah- olah tata aturan biasa seperti halnya dengan peraturan perundang- undangan yang dikenal jenis, bentuk dan tata urutannya. Namun, disebut legislasi semu karena menyerupai peraturan perundang-undangan, namun sebenarnya bukan perundang-undangan; 2. Kebijakan dibuat oleh organ pemerintahan yang bersangkutan, berarti legislasi semu dibentuk, diterbitkan atau dibuat oleh badan-badan pemerintahan badan tata usaha negara baik di tingkat pusat maupun daerah, yang menyelenggarakan tugas umum pemerintahan; 3. Kebijakan dibuat tidak berdasarkan kepada suatu ketentuan perundang- undangan yang secara tegas memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk membentuk atau menerbitkannya. Pemberian kewenangan mengeluarkan legislasi semu aturan kebijakan tersebut merupakan doktrin dalam hukum tata pemerintahan. Hukum tata pemerintahan menegaskan bahwa suatu organ pemerintahan dibolehkan memiliki kewenangan secara implisit untuk menyusun aturan kebijakan dalam rangka menjalankan tugas umum pemerintahan. 4. Substansi kebijakan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; 69 Ibid. 70 Kedudukan Aturan Kebijakan, http:www.bppk.kemenkeu.go.id diakses pada tanggal 11 Februari 2016 19.53 Universitas Sumatera Utara Menurut Bagir Manan dengan adanya peraturan kebijakan akan menjamin ketaatasasan tindakan administrasi negara dan untuk setiap peristiwa yang mengandung persamaan, kepastian hukum dan tindakan-tindakan dapat dipercaya karena didasarkan pada peraturan yang sudah tertentu. 71 Kebijakan pejabat administrasi negara yang bersifat bebas dituangkan dalam suatu peraturan kebijakan, setiap anggota masyarakat dapat dengan mudah mengetahuinya sehingga setiap orang yang memenuhi syarat-syarat memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk memperoleh keuntungan-keuntungan yang mungkin dapat diperoleh dari kebijakan tersebut. 72 Pembentukan peraturan kebijakan dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan merupakan suatu hal yang lumrah terjadi. Menurut Philipus M. Hadjon “pelaksanaan pemerintahan sehari-hari menunjukkan betapa badan atau pejabat administrasi negara acapkali menempuh berbagai langkah kebijaksanaan tertentu, antara lain menciptakan apa yang kini sering dinamakan peraturan kebijaksanaan beleidsregel, policy rule”. dengan demikian, jelas ada hubungan yang erat antara asas diskresi atau asas freies ermessen dengan peraturan kebijakan. Peraturan kebijakan adalah wujud formal kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat administrasi negara berdasarkan asas diskresi tersebut. 73 Bentuk formal peraturan kebijakan dalam hal tertentu sering tidak berbeda atau tidak dapat dibedakan dari format peraturan perundang-undangan. Menurut A. Hamid S Attamimi: “dilihat dari bentuk dan formatnya, peraturan kebijakan sama benar dengan peraturan perundang-undangan, lengkap dengan pembukaan berupa konsiderans “menimbang” dan dasar hukum “mengingat”, batang tubuh 71 Arif Christiono, Loc. Cit. 72 Ibid., hlm 5 73 Ibid., hlm 5 Universitas Sumatera Utara yang berupa pasal-pasal, bagian-bagian dan bab-bab serta penutup, yang sepenuhnya menyerupai peraturan perundang-undangan”. 74 Selain memiliki persamaan dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana dikemukakan diatas, ada juga peraturan kebijakan yang berbeda dengan peraturan perundang-undangan dari segi bentuk formalnya. Oleh karena itu, peraturan-peraturan kebijakan tersebut dengan mudah dibedakan dari peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, format peraturan kebijakan tersebut tersebut lebih sederhana daripada format peraturan perundang-undangan misalnya nota dinas, surat edaran, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, pengumuman dan sebagainya. 75 Meskipun ada bentuk peraturan kebijakan yang memiliki persamaan dengan peraturan perundang-undangan, namun Bagir Manan secara tegas mengemukakan bahwa peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundang-undangan: “peraturan kebijakan bukan peraturan perundang-undangan, meskipun menunjukkan sifat atau gejala sebagai peraturan perundang- undangan” 76 Pejabat administrasi negara dalam perspektif teori hukum administrasi negara adalah sebagai subyek hukum atau sebagai pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Sebagai subyek hukum, pejabat administrasi negara melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata maupun tindakan hukum. Tindakan nyata adalah tindakan-tindakan yang tidak ada relevansinya dengan hukum dan oleh karenanya tidak menimbulkan akibat-akibat hukum, sedangkan tindakan hukum pejabat admnistrasi negara itu merupakan pernyataan kehendak 74 Ibid., hlm. 5 75 Ibid., hlm. 5 76 Ibid., hlm 6 Universitas Sumatera Utara sepihak dari organ pemerintahan dan membawa akibat pada hubungan hukum atau keadaan hukum yang ada, maka kehendak organ tersebut tidak boleh mengandung cacat seperti kekhilafan dwalling, penipuan bedrog, paksaan dwang , dan lain-lain yang menyebabkan akibat-akibat hukum yang tidak sah. Disamping itu, karena setiap tindakan hukum itu harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka dengan sendirinya tindakan tersebut tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan yang bersangkutan, yang dapat menyebabkan akibat-akibat hukum yang muncul itu batal nietig atau dapat dibatalkan nietigbaar. 77 Para pejabat admnistrasi negara memang diberikan fries ernessen yaitu membuat peraturan tentang hal-hal yang belum ada pengaturannya, atau mengimplementasikan peraturan yang sesuai dengan kenyataan. Pencakupan yang demikian disebut discretionary power. Selain itu pejabat administrasi negara mempunyai droit function yaitu kekuasaan untuk menafsirkan baik memperluas maupun mempersempit sendiri mengenai ketentuan-ketentuan yang bersifat enusiatif. 78 Penggunanaan, “keistimewaan-keistimewaan” tersebut juga ada pembatasannya berupa syarat-syarat, yaitu: 79 1. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum, 2. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan, 3. Harus patut, masuk akal dan termasuk dalam lingkungan jabatannya, 77 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 81 78 Ibid. 79 Ibid., hlm. 82. Universitas Sumatera Utara 4. Pertimbangan yang layak berdasar keadaan yang memaksa dan, 5. Tetap menghormati hak asasi manusia. Sumber utama hukum positif di Indonesia adalah peraturan perundang- undangan, maka kedudukan peraturan perundangan di Indonesia sangat kuat. Sedangkan sudah dibahas sebelumnya jika kebijakan bukanlah bagian dalam peraturan perundangan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, namun masuk kedalam lingkup aturan kebijakan fries ernessen pejabat administrasi negara. Walaupun begitu bukan berarti kebijakan tidaklah penting. Dewasa ini kebutuhan dan kepentingan manusia berkembang secara dinamis dan cepat, sehingga peraturan perundangan seringkali tidak bisa mengakomodasinya secara tuntas. 80 Kebijakan di Indonesia dikonsepkan sekedar menjelaskan dan atau memberi petunjuk cara melaksanakan hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak yang belum ada belum jelas aturannya di peraturan perundangan sebagai sumber utama hukum positif di Indonesia, bukan untuk menentang hukum atau peraturan perundangan. Peraturan perundangan umumnya memuat pasal- pasal sanksi hukum bagi pelanggar ketentuan persyaratan yang sudah ditetapkan oleh peraturan perundangan tersebut, sedangkan kebijakan hanyalah aturan dari pejabat yang tidak memiliki akibat hukum apapun. Jadi apabila terjadi pertentangan antara peraturan perundangan dan kebijakan maka peraturan perundangan memiliki kedudukan yang lebih kuat seharusnya lebih didahulukan daripada kebijakan tersebut. 81 80 Ibid. hlm. 82 81 Ibid., hlm. 82 Universitas Sumatera Utara

B. Kebijakan Bank Indonesia Dalam Pengaturan Peredaran Uang