Perkembangan Bank Indonesia Peranan Bank Indonesia Dalam Kebijakan Pengaturan Peredaran Uang Terhadap Penanggulangan Inflasi

21 BAB II KEBERADAAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL

A. Perkembangan Bank Indonesia

Konferensi Meja Bundar KMB yang berlangsung di Den Haag, Belanda tahun 1949, boleh dikatakan merupakan tonggak sejarah lahirnya bank sentral Indonesia. Salah satu keputusan penting KMB tersebut adalah menunjuk De Javasche Bank sebagai bank sentral. De Javasche Bank adalah bank komersil dari sirkulasi milik Pemerintah Kolonial Belanda yang sudah berdiri sejak tahun 1828. 33 De Javasche Bank didirikan dalam rangka membantu Pemerintah Belanda untuk mengurus keuangannya di Hindia Belanda pada waktu itu. Selain itu, De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. 34 Sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945, Indonesia mencita-citakan memiliki sebuah bank sentral. Cita-cita untuk mendirikan bank dengan nama Bank Indonesia yang akan bekerja sebagai bank sentral dikemukakan secara tertulis untuk pertama kalinya dalam penjelasan UUD 1945 pasal 23. 35 Mengingat pentingnya peranan bank sentral yang bersifat nasional bagi perekonomian suatu negara yang merdeka dan berdaulat, maka tanggal 30 April 1951, Menteri Keuangan Mr. Jusuf Wibisono mengumumkan maksud pemerintah untuk menasionalisasikan De Javasche Bank. Dalam keterangan pemerintah di muka Dewan Perwakilan Rakyat DPR pada tanggal 1951 dikemukakan pula 33 Didik J. Rachbini dkk, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, Jakarta: PT. Mandi Mulyo, 2000, hlm. 1 34 Ibid. 35 Bank Indonesia, Naskah Bank Indonesia 25 Tahun, Jakarta: Bank Indonesia, 1993 hlm. 1 Universitas Sumatera Utara keinginan pemerintah untuk menasionalisasikan De Javasche Bank. Pengumuman tersebut segera ditindak lanjuti dengan pembentukan suatu panitia pemerintah pada tanggal 19 Juni 1951 dengan nama panitia Nasionalisasi De Javasche Bank berdasarkan keputusan pemerintah No. 118 tanggal 2 Juli 1951. 36 1. Mengajukan asal-usul mengenai langkah-langkah nasionalisme Tugas panitia ada tiga, yaitu; 2. Mengajukan Rancangan Undang-Undang Nasionalisme 3. Merancang undang-undang baru tentang bank sentral. Rancangan undang-undang tersebut diajukan ke DPR dan di bahas di DPR pada tanggal 10 April 1953, setelah diadakan beberapa perubahan penting Rancangan Undang-Undang tersebut sudah disahkan menjadi Undang-Undang No. 11 Tahun 1953 tanggal 19 Mei 1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia yang diumumkan pada tanggal 2 Juni 1953 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953. Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersil yang dilakukan De Javasche Bank sebelumnya. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 menyatakan bahwa Bank Indonesia adalah badan hukum kepunyaan negara. 37 36 Dawam Raharjo, Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, Jakarta: LP3ES, 1995, hlm. 60 37 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1953 Namun, secara umum dapat dikemukan bahwa tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah mengatur nilai satuan mata uang agar nilai itu seimbang untuk kemakmuran bagi nusa dan Universitas Sumatera Utara bangsa, untuk itu Bank Indonesia menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953, batas organisasi antara pemerintah dan Bank Indonesia menjadi tidak tegas, sebab menurut Dawam Rahardjo hal tersebut terjadi karena pimpinan tertinggi dari bank sentral bukan lagi direksi Bank Indonesia melainkan Dewan Moneter yang terdiri dari Menteri Keuangan, Menteri Perekonomian dan Gubernur Bank yang mempunyai hak suara. 38 Meskipun oleh undang-undang tugas Dewan Moneter dibatasi hanya “menetapkan kebijakan moneter umum dari bank” Hal ini secara tegas dinyatakan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 Pasal 21. 39 tetapi dalam praktiknya Dewan Moneter pernah memutuskan masalah yang bersifat administratif yang sepenuhnya merupakan kewenangan Bank Indonesia yaitu tentang peraturan pensiun bagi pegawai warga negara asing yang bekerja pada Bank Indonesia. Keputusan ini diambil atas permintaan Bank Indonesia, karena keputusan tersebut dianggap mempunyai segi-segi politik yang patut untuk dibahas oleh Dewan Moneter. 40 Intervensi pemerintah terhadap Bank Indonesia mulai terjadi pada tahun 1959. Keputusan pemerintah melakukan sanering di tahun 1959 pada masa Mr. Loekman Hakim menduduki jabatan sebagai Gubernur Bank Indonesia yang dapat dikatakan sebagai satu bentuk campur tangan yang berlebihan dan merupakan intervensi langsung terhadap kegiatan Bank Indonesia sebagai bank sentral. Keputusan tersebut diambil oleh pemerintah tanpa melibatkan Gubernur 38 Ibid , hlm. 85 39 Pasal 221 a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953. 40 Oey Beng To, Sejarah Kebijakan Moneter Di Indonesia, Jilid 1, Jakarta : Lembaga Pembangunan Perbankan Indonesia, 1991, hlm. 256 Universitas Sumatera Utara Bank Indonesia sebagai Gubernur Bank Sentral, maupun sebagai pengganti Ketua Dewan Moneter, sehingga tindakan tersebut dapat dikatakan merupakan tekanan yang berat dari pemerintah terhadap Bank Indonesia sebagai penjaga stabilitas moneter. 41 Pada tahun 1968, Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. 42 Dalam hubungannya dengan keuangan pemerintah, Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas pemerintah dengan kewajiban untuk Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah institusi yang merupakan lembaga negara yang bertugas membantu pemerintah terutama dalam menjalankan kebijakan peredaran uang yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan dalam penjelasan umum dikatakan secara tegas tugas bank sentral sebagai pembantu presiden, sehingga dalam menjalankan tugasnya itu bank sentral harus menyesuaikan kebijakannya dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, Kedudukan Gubernur Bank Indonesia berada di luar departemen- departemen dan Gubernur Bank Indonesia mempunyai hak untuk berpendapat terhadap kebijakan pemerintah, tetapi pendapat Gubernur Bank Indonesia ini dalam menentukan kebijakan peredaran uang hanya sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan peredaran uang. Dalam menetapkan kebijakan peredaran uang Dewan Moneter adalah alat sebagai pemerintah, dengan tugas utama memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan peredaran uang yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 41 Ibid. 42 Dawam Raharjo, Op.Cit, hlm. 90 Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan penyimpanan kas umum negara, sehingga Bank Indonesia itu bertindak sebagai pemegang kas Republik Indonesia; Bank Indonesia juga menyelenggarakan pemindahan uang untuk pemerintah, dan berkewajiban membantu pemerintah dalam menempatkan surat-surat hutang negara. 43 Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang terjadi. Beberapa ketentuan yang tercantum dalam undang- undang tersebut ternyata belum cukup menjamin terselenggaranya bank sentral yang independen. Keberadaan bank sentral yang independen di Indonesia merupakan prasyarat bagi pengendalian moneter yang efektif dan efisien. Penempatan kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu pemerintah serta ketidakjelasan tujuan Bank Indonesia menyebabkan peranan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menjadi tidak jelas, akhirnya tanggung jawab atas kebijakan yang diambil pun menjadi tidak jelas. Disamping itu, penempatan kedudukan tersebut membuka peluang intervensi pihak luar sehingga menyebabkan Bank Indonesia menjadi tidak independen dalam melaksanakan tugasnya. 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia menjadi landasan hukum selanjutnya yang menjadikan Bank Indonesia sebagai lembaga independen yang memiliki tujuan yang lebih focus, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. 45 43 Maqdir Ismail, Bank Indonesia Dalam Tata Pemerintahan Indonesia, FH Univ. Al- Azhar Indonesia. Jurnal Hukum No. 3 Vol. 17, 2010 44 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000 hlm. 93 45 Perry Warjiyo dan Solikin, Kebijakan Moneter Di Indonesia, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan PPSK Bank Indonesia, 2003 hlm. 41 Kestabilan nilai rupiah merupakan sebagian Universitas Sumatera Utara prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Reorientasi sasaran Bank Indonesia tersebut selain merupakan bagian dari program stabilitas moneter pasca krisis, sekaligus meletakkan landasan yang kokoh bagi pelaksanaan dan pengembangan perekonomian Indonesia ditengah-tengah perekonomian dunia yang semakin kompetitif. Kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional memerlukan penyesuaian kebijakan peredaran uang dengan tujuan yang menitikberatkan pada upaya mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah yang ditopang oleh tiga pilar utama yaitu kebijakan peredaran uang dengan prinsip kehati-hatian, sistem pembayaran yang cepat, tepat, dan aman, serta sistem perbankan dan keuangan yang sehat dan efisien. Mekanisme perumusan kebijakan peredaran uang tersebut harus terkoordinasi dengan perumusan kebijakan fiskal dan sektor riil. Selanjutnya, dengan menitikberatkan pada lebih terkoordinasinya penyusunan kebijakan peredaran uang dengan kebijakan fiskal dan sektor riil, dan terwujudnya prinsip keseimbangan antara independensi yang diberikan kepada Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dengan pengawasan dan tanggung jawab terhadap kinerjanya yang harus memenuhi akuntabilitas publik yang transparan, sehingga dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian dengan mengubah dan menyempurnakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004. 46 Undang-Undang Bank Indonesia kembali diperbarui dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah 46 Penjelasan Umum Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Universitas Sumatera Utara Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang. Perubahan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak dan hal ihwal kegentingan yang memaksa merupakan langkah tepat untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dalam menghadapi ancanaman krisis keuangan global. 47 B. Status dan Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral di Indonesia 1. Bank Indonesia Sebagai Lembaga Negara Yang Independen Nama Bank Indonesia tidak dinyatakan secara jelas di dalam salah satu pasal konstitusi, tetapi Pasal 23 D UUD 1945 menyebut negara mempunyai satu bank sentral, dan bank sentral itu secara factual adalah Bank Indonesia. Apalagi mengingat bunyi Pasal 1 ayat 20 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang menyatakan, “Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang berlaku dan menurut Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia dengan tegas disebutkan, “Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur 47 Penjelasan Umum Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang Universitas Sumatera Utara tangan pemerintah danatau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini”. 48 Kedudukan Bank Indonesia tersebut tergambar dalam struktur lembaga- lembaga negara pada sistem ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar 1945 yang telah di amandemen, di mana Bank Indonesia kedudukannya tidak berada di bawah salah satu lembaga negara yaitu lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif, sehingga Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang bersifat mandiri. 49 Supramono dalam bukunya menjelaskan sebagai lembaga negara yang independen tidak dibenarkan adanya campur tangan dari pihak eksekutif maupun pihak lain dalam bentuk intimidasi, ancaman, pemaksaan dan bujuk rayu baik secara langsung atau tidak langsung yang dapat mempengaruhi kebijakan dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Tujuan diberikannya kebebasan tersebut supaya Bank Indonesia dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya dengan baik dan efektif sesuai dengan sistem bank sentral yang berlaku. 50 Kebebasan tersebut bukan berarti tanpa batas, karena dalam Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia terdapat pengecualian secara tegas. Pengecualian yang dimaksud antara lain diatur dalam pasal 54 dan pasal 58 Undang-Undang Bank Indonesia. Ketentuan Pasal 54 Undang-Undang Bank Indonesia mengatur tentang pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah 48 Agus Santoso, Tugas Dan Kedudukan Bank Indonesia Menurut Pasal 23 D UUD 1945, Jakarta: Bank Indonesia, 2003, hlm. 28 49 Ibid. 50 Gatot Supramono, Hukum Uang Di Indonesia, Jakarta: Gramata Publishing, 2014, hlm. 39 Universitas Sumatera Utara ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan kewenangan Bank Indonesia dan Bank Indonesia wajib memberikan pendapatnya. Pembatasan ini berkaitan dengan Bank Indonesia hubungannya dengan pemerintah dalam mengurus persoalan negara di bidang ekonomi, perbankan dan keuangan. Ketentuan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 menjelaskan kewajiban Bank Indonesia untuk menyampaikan laporan tahunan secara tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat setiap awal tahun yang berisi mengenai beberapa hal, sebagai berikut: 51 a. Pelaksanaan tugas dan wewenangnya pada tahun sebelumnya, dan b. Rencana kebijakan, penetapan sasaran, dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia untuk tahun yang akan dating dengan memperhatikan perkembangan laju inflasi serta kondisi ekonomi dan keuangan. Laporan tahunan tersebut merupakan pengecualian dari kebebasan Bank Indonesia karena dilakukan dalam rangka pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 2. Bank Indonesia Sebagai Badan Hukum Bank Indonesia sebagai lembaga negara, dengan statusnya tersebut tidak dapat dilepaskan bahwa Bank Indonesia juga sebagai badan hukum. Sejalan dengan kedudukannya di dalam Penjelasan Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia disebutkan bahwa 51 Ibid., hlm. 40 Universitas Sumatera Utara Bank Indonesia di dalam melaksanakan tugas dan peranannya sebagai badan hukum publik dan badan hukum perdata. a. Bank Indonesia Sebagai Badan Hukum Publik Bank Indonesia dalam kedudukanya sebagai badan hukum publik mempunyai wewenang untuk menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalam batas kewenangannya Penjelasan Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Peraturan yang ditetapkan peraturan Bank Indonesia yang sifatnya mengikat setiap orang atau badan dan prosedurnya harus dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Peraturan-peraturan yang ditetapkan Bank Indonesia jika tidak dipatuhi dapat dikenakan sanksi administratif. Bank Indonesia berwenang menetapkan sanksi administratif terhadap pegawai Bank Indonesia serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Bank Indonesia. Sesuai Pasal 72 Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 sanksi administratif dapat berupa denda, teguran tertulis, pencabutan atau pembatalan izin usaha oleh instansi yang berwenang apabila pelanggaran dilakukan oleh badan usaha, atau sanksi disiplin kepegawaian. b. Bank Indonesia Sebagai Badan Hukum Perdata Bank Indonesia memiliki status sebagai badan hukum perdata yang memiliki pekerjaan tidak banyak berbeda dengan badan hukum perdata lainnya seperti perseroan terbatas, yayasan, dan koperasi terutama dalam Universitas Sumatera Utara mengelola harta kekayaannya. Setiap badan hukum perdata mempunyai modal, pendiri, pengurus, pengawas, rapat pemodal Bank Indonesia didirikan berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 03 Tahun 2004 jo Undang-Undang No. 06 Tahun 2009, sejak undang-undang tersebut telah disahkan, Bank Indonesia telah memperoleh status badan hukum perdata. Dengan statusnya sebagai badan hukum perdata dalam Undang-Undang Bank Indonesia dapat diketahui sebagai pendiri Bank Indonesia adalah negara dalam hal ini Pemerintah Indonesia. Modal Bank Indonesia yang ditetapkan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 minimal 2 triliyun rupiah. Modal tersebut harus ditambah paling banyak 10 dari keseluruhan kewajiban moneter dengan dana yang berasal dari cadangan umum atau hasil revaluasi asset. Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tidak dikenal macam- macam modal seperti modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas karena Bank Indonesia bukan sebagai perusahaan pada umumnya yang tujuannya semata-mata hanya mencari keuntungan melainkan sebagai lembaga negara yang ikut berperan serta dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Bank Indonesia sebagai badan hukum mempunyai pengurus yang merupakan alat perlengkapan untuk melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Pengurus yang dimaksud ialah dewan direksi yang dipimpin oleh Gubenur Bank Indonesia. Universitas Sumatera Utara Kedudukan Bank Indonesia sebagai badan hukum perdata mempunyai wewenang dalam mengelola harta kekayaannya sendiri yang terlepas dari sistem APBN Penjelasan Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Pengelolaan seperti itu dapat menimbulkan persoalan apakah kekayaan Bank Indonesia merupakan milik negara atau bukan. Dari segi pengelolaanya yang tidak mengikuti sistem APBN terkesan sepintas lalu kekayaan Bank Indonesia bukan milik negara. Namun, hal ini tidak dapat dipandang sebelah mata, sebab di pihak lain Bank Indonesia sebagai lembaga negara harta kekayaanya tidak dapat dikatakan sebagai bukan milik negara. Perbuatan perdata Bank Indonesia antara lain seperti memberikan bantuan likuiditas, membayar gaji pengurus dan para pegawainya, mengadakan perjanjian pencetakan uang dengan Perum Peruri, dan sebagainya. 52 c. Bank Indonesia Sebagai Lembaga Negara Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menunjukkan kedudukan Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksaan Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan Departerbmen karena kedudukan Bank Indonesia berada di luar pemerintahan. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya 52 Ibid., hlm. 42-45 Universitas Sumatera Utara sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. Meskipun Bank Indonesia berkedudukan sebagai lembaga negara independen, dalam melaksanakan tugasnya, Bank Indonesia mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan BPK, pemerintah dan lainnya, Dalam hubungannya dengan presiden dan DPR, Bank Indonesia setiap awal tahun anggaran menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan peredaran uang dan rencana kebijakan peredaran uang yang akan dating. Khusus kepada DPR, pelaksanaan tugas dan wewenang setiap triwulan dan seweaktu-waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu, Bank Indonesia menyampaikan rencana dan realisasi anggaran tahunan kepada pemerintah dan DPR. Dalam hubungannya dengan BPK, Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK. 53 1 Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah : Hubungan Keuangan Bank Indonesia membantu menerbitkan dan menempatkan surat-surat hutang negara guna membiayai APBN tanpa diperbolehkan membeli sendiri surat-usrat hutang negara tersebut. Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir pemerintah yang menatausahakan rekening pemerintah di Bank Indonesia, dan atas permintaan pemerintah, dapat menerima pinjaman luar negeri untuk dan atas nama Pemerintah Indonesia. 53 53 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi IV, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 hlm. 165 Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan tugas Bank Indonesia terfokus agar efektivitas pengendalian moneter tidak terganggu, pemberi kredit kepada pemerintah guna mengatasi deficit spending - yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan undang-undang yang lama – kini tidak dapat lagi dilakukan oleh Bank Indonesia. 54 2 Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah : Independesi dalam Interdepedensi Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang independen memerlukan koordinasi yang bersifat konsultatif dengan pemerintah, sebagian tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonomi nasional secara keseluruhan. Kordinasi Bank Indonesia dengan pemerintah diperlukan pada sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas-tugas Bank Indonesia. Dalam sidang kabinet tersebut pemerintah dapat meminta pendapat Bank Indonesia. Bank Indonesia juga dapat memberikan masukan, pendapat serta pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan APBN serta kebijakan-kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya. Pemerintah juga dapat menghadiri Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan hak bicara tetapi tanpa hak suara. Oleh sebab 54 Ibid. Universitas Sumatera Utara itu, implementasi independensi justru sangat dipengaruhi oleh kemantapan hubungan kerja yang proposional di antara Bank Indonesia di satu pihak dan pemerintah serta lembaga-lembaga terkait lainnya di lain pihak, dengan tetap berlandaskan pembagian tugas dan wewenang masing-masing. 55 3 Kerjasama Bank Indonesia dengan Lembaga Lain Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak bagi keberhasilan tugasnya, Bank Indonesia senantiasa bekerja sama dan berkordinasi dengan berbagai lembaga negara dan unsur masyarakat lainnya. Beberapa kerjasama ini dituangkan dalam nota kesepahaman MoU, keputusan bersama SKB, serta perjanjian-perjanjian, yang ditujukan untu menciptakan sinergi dan kejelasan pembagian tugas antar lembaga serta mendorong penegakan hukum yang lebih efektif. 56

C. Peranan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral di Indonesia