pembayaran biasanya digunakan sebagai tolak ukur keseimbangan eksternal suatu negara.
122
B. Implementasi Kebijakan Pengaturan Peredaran Uang Oleh Bank
Indonesia Dalam Menanggulangi Inflasi di Indonesia
Peran kebijakan peredaran uang mempengaruhi perluasan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, dan keseimbangan nercara pembayaran. Semua
pengaruh ini dianggap sebagai sasaran yang ideal, walaupun jika dilaksanakan secara bersama akan sangat sulit karena pengaruh tersebut memiliki unsur yang
kontradiktif. Misalnya, jika Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan yang berorientasi pada perluasan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi, maka
akan berdampak negatif pada kestabilan harga dan neraca pembayaran. Oleh karena itu, melalu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, Bank Indonesia
memiliki tujuan tunggal yaitu menciptakan kestabilan harga sehingga bisa mencapai dan memelihara kestabilan rupiah.
Pelaksanaan kebijakan peredaran uang sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi. Hal ini dikarenakan perkembangan ekonomi akan
menentukan reaksi dan perumusan kebijakan yang hendak dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Banyak perbedaan arah kebijakan yang telah dilakukan oleh Bank
Indonesia yang dulu dan sekarang dimana beberapa kebijakan yang telah ditetapkan dahulu tidak sesuai lagi dengan masa sekarang, maka penulis akan
menyajikan kebijakan peredaran uang Bank Indonesia selama sepuluh tahun ke belakang.
122
Ramdan Achmad Djauhari, Pengaruh Ketidakseimbangan Eksternal Terhadap Kebijakan Moneter Dan Neraca Pembayaran Di Indonesia
, Jakarta : Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 2007, hlm.62.
Universitas Sumatera Utara
1. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2006
Optimisme pada perekonomian Indonesia triwulan I-2006 menguat namun beberapa faktor resiko masih harus diwaspadai karena dapat menggangu kinerja
ekonomi kedepan. Resiko tersebut terkait tingginya harga minyak serta lambatnya perbaikan infrastruktur di berbagai daerah menyebabkan masih dilanjutkannya
kebijakan peredaran uang ketat global. Setelah memperhatikan seluruh asesmen perekonomian secara keseluruhan dan sejumlah faktor resiko yang masih relatif
tinggi, Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI Rate sebesar 12,75 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 81PSHMHumas.
Sejalan dengan itu, Bank Indonesia juga tetap mempertahankan ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 621PBI2004 tentang Giro Wajib Minimum
Dalam Rupiah Dan Valuta Asing , mengingat masih tingginya ekses likuiditas di perbankan.
123
Selama triwulan I-2006, Bank Indonesia secara konsisten tetap melanjutkan kebijakan peredaran uang yang ketat tight based. Untuk
Transaksi berjalan mencatat surplus karena menurunnya impor, sementara ekspor meningkat di tengah kondisi perekonomian global yang cukup kondusif.
Dibarengi dengan meningkatnya aliran masuk modal asing karena menariknya perbedaan suku bunga dalam negeri dengan luar negeri dan membaiknya resiko
premi, neraca pembayaran secara keseluruhan membukukan surplus. Kinerja neraca pembayaran mengakibatkan nilai tukar secara fundamental menguat cukup
tajam.
123
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Analisis Triwulanan: Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran, Triwulan II-2006
, Jakarta : Bank Indonesia, 2006, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
pengendalian inflasi ke arah sasaran yang telah ditetapkan, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate sebesar 12,75 . Sejauh ini kebijakan tersebut masih
memadai untuk menjaga kestabilan makroekonomi. Kebijakan ini telah diperkuat dengan strategi komunikasi khususnya terkait dengan pengumuman hasil lelang
mingguan SBI dalam rangka memperjelas stance kebijakan peredaran uang. Selain itu, upaya penyerapan likuiditas terus dilakukan terutama dengan OPT baik
melalui lelang SBI maupun kontraksi moneter dengan instrumen Fine Tune Operation
FTO sebagaimana tercantum dalam Surat Edaran Nomor 71DPM perihal Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations Dalam Rangka Operasi
Pasar Terbuka. Langkah-langkah tersebut diarahkan untuk memberikan sinyal yang lebih kuat dalam mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal
dari kenaikan inflasi inti akibat peningkatan ekspektasi inflasi.
124
Stabilitas makroekonomi triwulan II-206 tetap terjaga seperti tercermin pada inflasi yang terus menurun dan nilai tukar yang cenderung menguat. Dengan
perkembangan tersebut serta memperhatikan prospek ekonomi moneter ke depan khususnya upaya pencapaian sasaran inflasi berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 399KMK.0112004 tentang Sasaran Inflasi Tahun 2005, 2006, 20007 untuk tahun 2006 dan 2007 masing-masing sebesar 8±1 dan 6±1 .
Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 6 Juli 2006 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 837PSHMHumas memutuskan untuk menurunkan
tingkat BI Rate sebesar 25 bps menjadi 12,25. Penurunan tersebut didasarkan pada pertimbangan masih relatif kondusifnya kondisi moneter tersebut, serta
prospek inflasi kedepan yang diperkirakan akan sesuai dengan target yang
124
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan. Sinyal kebijakan peredaran uang melalui BI Rate tersebut juga diperkuat dengan penyempurnaan kebijakan operasional guna menyerap likuiditas
lebih optimal melalui penerapan sistem Fix Rate Tender FRT yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 85DPM tentang Metode Lelang FRT dalam
lelang BI sejak 10 Mei 2006. Dari sisi transmisi kebijakan peredaran uang, sinyal penurunan BI Rate pada Mei 2006 diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan
secara terbatas. Di pasar saham, perubahan BI Rate sebesar 25 pada awalnya berkontribusi positif dengan IHSG, namun seiring dengan meningkatnya faktor
sentimen dari perkembangan bursa global dan ekspektasi naiknya suku bunga Amerika Serikat, perkembangan pasar saham kemudian berbalik arah.
125
Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2006 terus menunjukkan perkembangan yang membaik dan disertai dengan stabilitas makro
yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini diperkirakan akan menjadi pertumbuhan tertinggi dalam tahun 2006. Sementara itu, beberapa indikator
makro juga menunjukkan perkembangan yang positif seperti neraca pembayaran yang surplus, nilai tukar yang menguat, dan inflasi yang terus menurun. Hal
tersebut juga didukung oleh sektor keuangan yang relatif stabil seperti terlihat pada perkembangan pasar saham, pasar modal, dan pasar uang.
126
Mempertimbangkan pencapaian inflasi yang masih dalam kisaran sasarannya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 5 Oktober 2006
melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 853PSHMHumas memutuskan
125
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Analisis Triwulanan: Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran, Triwulan II-2006
, Jakarta : Bank Indonesia, 2006, hlm. 3
126
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Analisis Triwulanan: Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran,Triwulan IV-2006
, Jakarta : Bank Indonesia, 2006, hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
untuk menurunkan BI Rate ke level 10,75. Stance kebijakan peredaran uang ini akan ditinjau dari waktu ke waktu sesuai dengan asesmen menyeluruh terhadap
perkembangan dan perkiraan inflasi serta perekonomian kedepan.
127
Kestabilan makro yang dicapai dan terjaganya inflasi dalam kisaran sasarannya menyebabkan Bank Indonesia terus menurunkan suku bunga BI Rate.
Selama triwulan IV-2006, BI Rate diturunkan tiga kali dengan total penurunan 150 bps sehingga menjadi 9,75. Berlanjutnya penurunan suku bunga ini
direspon positif pelaku pasar dan disambut baik dunia usaha. Hal tersebut tercermin dari terus meningkatnya harga saham dan akhirnya ditutup pada level
1.805, menurunnya suku bunga jangka panjang yield obligasi, dan mulai tumbuhnya keyakinan konsumen. Namun, penurunan BI Rate masih
ditransmisikan secara terbatas ke suku bunga kredit.
128
2. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2007
Melalui berbagai perhitungan dan pertimbangan yang mendalam terhadap perkembangan triwulan I-2007, maka kebijakan peredaran uang Bank Indonesia
dalam posisi netral neutral based monetary policy. Dalam Rapat Dewan Gubernur pada tanggal 5 April 2007 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor
916PSHM Humas, BI Rate dipertahankan pada tingkat 9. Jeda penurunan BI rate ditujukan untuk mencermati lebih jauh dampak dan perkembangan berbagai
kebijakan yang telah ditempuh oleh pemerintah guna lebih memacu sektor riil, termasuk kebijakan pelonggaran di bidang perbankan oleh Bank Indonesia.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya menyeimbangkan pergerakan kondisi moneter dengan kondisi di sektor riil dan perbankan. Bank Indonesia meyakini
127
Ibid., hlm. 3
128
Ibid., hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
bahwa sasaran inflasi tahun 2007 sebesar 6±1 dan tahun 2008 sebesar 5±1.
129
Hasil perkembangan beberapa kelompok harga administered prices, bahan-bahan pokok dan kelompok volatile foods serta beberapa indikator
makroekonomi lainnya, terdapat indikasi yang perlu dicermati lebih jauh mengenai potensi kenaikan inflasi diwaktu-waktu mendatang. Di samping itu,
ekspektasi masyarakat terhadap inflasi diperkirakan juga berada dalam tren yang meningkat, sejalan dengan membaiknya prospek permintaan domestik, akibat
peningkatan kegiatan ekonomi.
130
Analisis Bank Indonesia menunjukkan bahwa tekanan inflasi semakin rendah dalam beberapa periode terakhir. Secara tahunan, inflasi IHK dan inflasi
inti pada triwulan II-2007 tercatat masing-masing 5,77 dan 5,4. Lebih rendahnya inflasi pada periode ini terutama didorong oleh deflasi kelompok
volatile food , ditengah kenaikan harga beberapa komoditas akibat peningkatan
harga internasional. Inflasi inti masih berada dalam tren menurun. Kondisi tersebut sejalan dengan tekanan faktor eksternal yang relatif minimal seiring
dengan apresiasi nilai tukar dan rendahnya imported inflation. Selain itu, penurunan inflasi inti juga ditopang oleh kondisi permintaan yang masih dapat
dipenuhi oleh sisi penawaran serta ekspektasi inflasi yang relatif stabil.
131
Stabilitas sistem keuangan Indonesia berada dalam kondisi yang tetap terjaga. Terkait dengan hal ini, pemerintah dan Bank Indonesia telah meresmikan
129
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Analisis Triwulanan: Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran,Triwulan I-2007
, Jakarta : Bank Indonesia, 2007, hlm. 1
130
Ibid., hlm. 3
131
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Analisis Triwulanan: Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran,Triwulan II-2007
, Jakarta : Bank Indonesia, 2007, hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
pembentukan Forum Stabilitas Sistem Keuangan melalui Surat Keputusan Bersama Menkeu, GBI dan DK-LPS 29 Juni 2007 , yang bertujuan untuk
meningkatkan kooordinasi dan kerjasama antar instansi dalam rangka proses monitoring dan pemeliharaan stabilitas sistem keuangan yang lebih intensif.
Bank Indonesia setelah melakukan evaluasi dan proyeksi atas kondisi perekonomian, identifikasi terhadap berbagai faktor resiko, serta pencapaian
sasaran inflasi jangka menengah panjang, maka RDG Bank Indonesia bulan Juli 2007 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 924PSHMHumas
memutuskan untuk menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 8,25.
132
Bank Indonesia pada triwulan III-2007 terus mencermati serta mengantisipasi timbulnya beberapa risiko yang dapat menimbulkan potensi
perlambatan pada perekonomian domestik serta peningkatan inflasi. Faktor risiko tersebut antara lain berupa perlambatan ekonomi di Amerika Serikat, berlanjutnya
peningkatan harga minyak dan Crude Palm Oil CPO, serta komoditas non- migas pertanian. Selain itu, berlanjutnya gejolak pasar keuangan global sebagai
dampak dari krisis sub prime mortgage juga merupakan salah satu risiko yang tetap diwaspadai. Selain faktor eksternal tersebut, risiko juga dapat bersumber dari
dalam negeri, seperti kelangkaan minyak tanah.
133
Bank Indonesia, dalam kaitan ini akan tetap melaksanakan kebijakan peredaran uang secara terukur dan hati-hati dengan terus mencermati berbagai
dinamika perekonomian. Keputusan Bank Indonesia melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 936PSHMHumas untuk mempertahankan BI-Rate pada
132
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Analisis Triwulanan: Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran,Triwulan III-2007
, Jakarta : Bank Indonesia, 2007, hlm. 1
133
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
tingkat 8,25 didasari evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh mengenai proyeksi dan perkembangan perekonomian. Bank Indonesia memandang, tidak
berubahnya BI-Rate pada tingkat 8,25 masih mampu memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan sejalan dengan masih tersedianya
ruang gerak bagi bank untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut. Di sisi lain, kebijakan tersebut juga dapat mengantisipasi risiko peningkatan inflasi yang
didorong oleh peningkatan permintaan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
134
Bank Indonesia memandang masih terdapat beberapa faktor risiko yang perlu dicermati yang dapat mengganggu laju perekonomian. Dari sisi eksternal,
risiko yang akan senantiasa menjadi perhatian Bank Indonesia adalah kemungkinan perlambatan ekonomi dunia dan berlanjutnya gejolak pasar
keuangan global sebagai dampak dari krisis sub prime mortgage Amerika Serikat. Selain faktor eksternal tersebut, risiko juga dapat berasal dari dalam negeri seperti
masih belum kondusifnya iklim investasi dan kemajuan pembangunan proyek infrastruktur yang berjalan lambat.
135
Bank Indonesia tetap melaksanakan kebijakan peredaran uang secara terukur dan hati-hati dengan terus mencermati berbagai dinamika perekonomian.
Keputusan Bank Indonesia pada awal Januari 2008 untuk mempertahankan BI- Rate pada tingkat 8,00 didasari evaluasi yang dilakukan secara menyeluruh
mengenai proyeksi dan perkembangan.
136
3. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2008
Triwulan I-2008, perekonomian Indonesia masih menunjukkan stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi sesuai dengan asumsi APBN
134
Ibid., hlm. 3
135
Ibid., hlm. 3
136
Ibid., hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
2007, yaitu 6,3. Pertumbuhan tersebut didukung oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga serta kinerja ekspor yang semakin membaik. Di sisi lain, sisi
penawaran masih mampu memberikan respon yang memadai terhadap peningkatan sisi permintaan.
137
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada hari Rabu, 6 Februari 2008 melalui Surat Pers Bank Indonesia Nomor 108PSHMHumas memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate pada tingkat 8,0. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah melakukan evaluasi terhadap kondisi makroekonomi Indonesia,
prospek ekonomi moneter kedepan, berbagai faktor risiko yang dihadapai, serta pencapaian sasaran inflasi jangka pendek maupun menengah berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1KMK.0112008 tentang Sasaran Inflasi Periode 2008-2010 yaitu sebesar 5±1 untuk tahun 2008, 4,5±1 untuk
tahun 2009, dan 4±1 pada tahun 2010. Target inflasi selama dua tahun berturut-turut pun telah berhasil dicapai, yaitu sebesar 6,60 pada tahun 2006
dari target 8±1 dan 6,59 pada tahun 2007 dari target 6±1. Masih tingginya harga komoditas internasional berdampak pada harga pangan domestik
serta kelangkaan minyak tanah terkait konversi minyak tanah ke LPG merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan Bank Indonesia dalam menetapkan
kebijakannya. Secara umum, keputusan Bank Indonesia untuk menahan BI Rate pada level 8,0 direspon positif oleh masyarakat pelaku pasar keuangan. Pelaku
pasar keuangan menilai keputusan BI untuk menahan BI Rate tepat diambil
137
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2008
, Jakarta : Bank Indonesia, 2008, hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
ditengah tingginya risiko global dan adanya tekanan inflasi domestik yang cukup besar.
138
Perekonomian Bank Indonesia pada triwulan II-2008 masih mencatat pertumbuhan yang tinggi meskipun lebih rendah daripada triwulan sebelumnya.
Lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh kecenderungan menurunnya permintaan domestik akibat kenaikan harga BBM bersubsidi pada
akhir Mei 2008. Di sisi permintaan, kegiatan konsumsi dan investasi masyarakat tumbuh melambat seiring dengan penurunan daya beli masyarakat akibat
tingginya tekanan inflasi sebagai akibat kenaikan harga BBM, serta sentimen bisnis yang menurun.
139
Sepanjang triwulan II-2008, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan BI Rate masing-masing sebesar 25 bps melalui Siaran Pers Bank
Indonesia Nomor 1023PSHMHumas pada Mei dan melaui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1026PSHMHumas pada Juni 2008 sehingga menjadi 8,50
pada akhir triwulan II-2008. Kebijakan tersebut dilakukan guna menjaga pencapaian sasaran inflasi dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi makro
secara keseluruhan dan stabilitas sistem keuangan. Level BI Rate tersebut kemudian diimplementasikan dalam operasi moneter melalui lelang berbagai
instrumen. Selain menetapkan kenaikan BI Rate sebesar 50 bps, efektif per tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia juga melakukan penyempurnaan kerangka
operasional kebijakan peredaran uang melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 1014PBI2008 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Bank Indonesia
138
Ibid., hlm. 10
139
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2008
, Jakarta : Bank Indonesia, 2008, hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
Nomor 492002 tentang Operasi Pasar Terbuka menetapkan secara resmi suku bunga Pasra Uang Antar Bank Overnight PUAB ON sebagai sasaran
operasional kebijakan peredaran uang menggantikan rata-rata tertimbang SBI 1 bulan. Dengan upaya ini maka penggunaan seluruh instrumen OPT yang dimiliki
Bank Indonesia diarahkan untuk mampu mengelola likuiditas perbankan secara optimal sehingga suku bunga pasar uang PUAB ON dapat bergerak dalam
kisaran BI Rate
.
140
BI Rate dinaikkan menjadi 8,50 pada akhir triwulan II-2008 sehingga suku
bunga lainnya juga menunjukkan peningkatan. Selanjutnya sejalan dengan perubahan sasaran operasional kebijakan peredaran uang, SBI dikembalikan
fungsinya sebagai salah satu instrumen dalam penyerapan ekses likuiditas. Dalam
fungsinya tersebut, Rata-Rata Tertimbang RRT suku bunga hasil lelang SBI
menjadi lebih ditentukan oleh pasar market determined. Sehubungan dengan hal
tersebut, suku bunga hasil lelang SBI mampu mengakomodasi sekaligus
mencerminkan persepsi peserta lelang terhadap berbagai hal antara lain kondisi
likuiditas pasar, ekspektasi inflasi, serta perkiraan pasar terhadap BI Rate ke
depan. Rata-rata tertimbang SBI 1, 3, dan 6 bulan pada akhir triwulan II-2008
tercatat mencapai masing-masing sebesar 8,73, 9,2, dan 9,73. Sementara
itu, suku bunga FASBI ON yang merupakan batas bawah floor pergerakan suku
bunga PUAB ON menjadi sebesar 5,50. Suku bunga SBI Repo yang lazimnya
merupakan batas atas ceiling suku bunga PUAB ON manjadi sebesar 11,50.
Selain itu, upaya mengoptimalkan berbagai instrumen moneter yang dimiliki
secara efektif telah membawa rata-rata tertimbang suku bunga PUAB ON berada
140
Ibid., hlm. 18
Universitas Sumatera Utara
di sekitar BI Rate, yakni mencapai 8,0 dengan volatilitas intra-hari dan antar-
hari yang semakin menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyempurnaan
kerangka operasional kebijakan peredaran uang telah memberikan dampak positif
pada pengelolaan likuiditas yang semakin baik, konsisten dan efisien.
141
Penetapan BI Rate selama triwulan II-2008 selanjutnya ditransmisikan ke sektor keuangan melalui berbagai jalur. Di pasar uang, suku bunga pasar uang
berbagai tenor bergerak mengikuti arah BI Rate. Sementara itu, transmisi BI Rate ke suku bunga deposito terus berlanjut, namun belum terjadi pada suku bunga
kredit. Di tahap berikutnya, peningkatan BI Rate tersebut belum ditransmisikan pada pertumbuhan simpanan dan pertumbuhan kredit yang masih meningkat. Di
pasar saham, pada triwuIan II-2008, IHSG ditutup pada level 2349 atau turun 4,01 dibandingkan dengan akhir triwulan I-2008. Di pasar Surat Utang Negara
SUN, peningkatan BI Rate belum mampu menurunkan ekspektasi inflasi pelaku pasar sehingga mendorong pelaku domestik untuk melakukan transaksi jual.
Sementara itu, di pasar reksadana, pergerakan jenis produk reksadana cenderung melemah pada triwulan laporan. Dari berbagai jenis reksadana, hanya produk
syariah saja yang memiliki kinerja cukup baik. Namun, akibat rendahnya nilai kapitalisasi kedua produk ini belum mampu mengangkat kinerja reksadana secara
keseluruhan.
142
Sisi kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Upaya menjaga kestabilan
nilai tukar rupiah dilakukan melalui penerapan kebijakan peredaran uang yang berhati-hati, intervensi valas pada saat-saat tertentu untuk mencegah volatilitas
141
Ibid., hlm. 19
142
Ibid., hlm. 20
Universitas Sumatera Utara
yang berlebihan, dan menjaga kecukupan cadangan devisa untuk memenuhi kebutuhan fundamental perekonomian. Bank Indonesia juga terus berupaya
menjaga kecukupan cadangan devisa yang dapat digunakan sebagai penyangga apabila terjadi pembalikan arus portfolio investasi asing secara mendadak.
143
Triwulan III-2008 diwarnai oleh problematika yang terjadi di pasar keuangan global serta dampaknya pada perekonomian Indonesia. Perlambatan
ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa negara industri maju, dan mulai merambat pada negara emerging markets termasuk Indonesia. Gejolak yang
terjadi di pasar global, tidak dapat dihindari terasa mengalir dan menyebar pada ekonomi Indonesia. Terlepas dari masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia,
sentimen negatif yang ditimbulkan dari krisis telah mendorong pelarian modal asing keluar. Hal ini memberi tekanan pada bursa saham dan nilai tukar Rupiah.
IHSG mencatat penurunan tajam dan nilai tukar rupiah melemah. Kedua hal tersebut berujung pada sebuah gambaran pesimis tentang prospek perekonomian
domestik. Menyikapi hal tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah terus menerus melakukan koordinasi kebijakan serta senantiasa memonitor perkembangan
perekonomian dari waktu ke waktu.
144
Bank Indonesia mengambil kebijakan pengetatan moneter melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1040PSHMHumas dengan menaikkan BI Rate
sebesar 75 bps hingga menjadi 9,25 pada akhir triwulan III-2008 serta mengoptimalkan seluruh instrumen kebijakan peredaran uang yang tersedia.
Kebijakan tersebut dilakukan guna menjaga dan mengamankan pencapaian sasaran inflasi jangka menengah dengan mencermati berbagai perkembangan serta
143
Ibid., hlm. 21
144
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III-2008
, Jakarta : Bank Indonesia, 2008, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan kondisi ekonomi makro secara keseluruhan dan stabilitas sistem keuangan. Level BI Rate tersebut kemudian dicerminkan pada
perkembangan suku bunga PUAB ON. Mencermati perkembangan pasar keuangan global yang terjadi beberapa waktu belakangan ini dan untuk menjaga
kecukupan likuiditas di industri perbankan dengan tetap menjaga efektifitas kebijakan peredaran uang untuk mengendalikan inflasi, pada 16 September 2008,
Bank Indonesia melalui Surat Pers Bank Indonesia Nomor 1043PSHMHumas memutuskan untuk menurunkan ON Repo Rate dari semula BI Rate plus 300 bps
menjadi BI Rate plus 100 bps, dan menyesuaikan FASBI Rate dari semula BI Rate minus 200 bps menjadi BI Rate minus 100 bps. Dengan demikian koridor
suku bunga ON akan menjadi simetris dengan BI Rate + 100 bps. Selain itu, efektif sejak 23 September 2008, Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 1030DPM perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 71DPM perihal Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations
FTO Dalam Rangka Operasi Terbuka memutuskan untuk memperpanjang jangka waktu FTO dari 1 hari s.d 14 hari menjadi 1 hari s.d 3 bulan. Perpanjangan
jangka waktu FTO ini dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi manajemen likuiditas, yang merupakan bagian dari Operasi Pasar
Terbuka OPT yang dilakukan Bank Indonesia. Manajemen likuiditas di pasar uang antar bank yang lebih fleksibel akan meningkatkan efektivitas langkah Bank
Indonesia dalam menjaga tetap berfungsinya pasar uang dengan baik. Dengan demikian stabilitas suku bunga dan kelancaran aliran likuiditas di pasar uang antar
Universitas Sumatera Utara
bank tetap terjaga dalam hal terjadi peningkatan ketidakpastian, sebagaimana yang terjadi di pasar uang global dalam beberapa waktu terakhir ini.
145
Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2008 ditandai dengan mulai terasanya imbas memburuknya perekonomian global pada perekonomian
domestik. Berlanjutnya pelemahan ekonomi global dan turunnya harga-harga komoditi telah menekan ekspor Indonesia yang pada gilirannya berdampak pada
menurunnya kinerja neraca pembayaran dan nilai tukar. Di pasar keuangan, krisis keuangan global telah menyebabkan gejolak di pasar uang, pasar valas, dan pasar
obligasi. Namun, di sisi lain, melemahnya harga komoditas dunia, serta melambatnya permintaan agregat mendorong turunnya tekanan inflasi.
146
Menyikapi berbagai perkembangan yang terjadi, kebijakan peredaran uang pada 2008 diarahkan untuk menurunkan tekanan inflasi yang didorong oleh
tingginya permintaan agregat terutama pada paruh pertama 2008 dan dampak lanjutan second round effect dari kenaikan harga triwulan BBM yang
mendorong inflasi sempat mencapai 12,1. Tingginya tekanan inflasi yang bersumber dari permintaan agregat tercermin juga dari defisit transaksi berjalan
sejak triwulan II-2008 akibat melonjaknya impor, serta meningkatnya jumlah uang beredar.
147
Mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi, sejak Mei 2008, Bank Indonesia melalui Surat Pers Nomor 1045PSHMHumas menaikkan BI rate dari
8 secara bertahap menjadi 9.5 pada Oktober 2008. Dengan kebijakan peredaran uang tersebut ekspektasi inflasi masyarakat tidak terakselerasi lebih
145
Ibid., hlm. 20
146
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2008
, Jakarta : Bank Indonesia, 2008, hlm. 1
147
Ibid., hlm 3
Universitas Sumatera Utara
lanjut dan tekanan neraca pembayaran dapat dikurangi. Selanjutnya, dengan turunnya harga komoditi dunia serta melambatnya permintaan agregat sebagai
imbas dari krisis keuangan global, Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi ke depan menurun sehingga BI rate pada bulan Desember 2008 diturunkan
sebesar 25 bps. Secara keseluruhan, inflasi IHK pada 2008 mencapai 11,06, sementara inflasi inti mencapai 8,29. Di pasar saham, IHSG selama periode
tahun 2008 mengalami koreksi sebesar 51 dan ditutup pada posisi 1.355 pada akhir tahun. IHSG bahkan sempat mencapai posisi terendahnya di 1.139 pada
Oktober 2008. Di pasar SUN, kinerja SUN mengalami tekanan dan yield SUN meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi pada tahun 2005.
Namun kinerja SUN menjelang akhir tahun 2008 mulai menunjukkan perbaikan. Di pasar Reksadana, Nilai Aktiva Bersih NAB reksadana terus melemah sejalan
dengan kinerja underlying asset-nya.
148
Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya mengatasi dampak krisis global terutama untuk menjaga kecukupan likuiditas perbankan, pada tanggal 24 Oktober
2008, telah menurunkan ketentuan Giro Wajib Minimum GWM dari efektif sebesar 9,1 menjadi 7,5. Dari ketentuan GWM sebesar 7,5 yang ditetapkan,
GWM utama ditetapkan sebesar 5 dan GWM sekunder sebesar 2,5. Hal ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 1019PBI2008 tentang Giro
Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing. Selain penurunan GWM, ketentuan GWM ini juga disederhanakan tanpa
148
Ibid., hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
adanya tambahan GWM yang dikaitkan dengan rasio LDR dan besarnya Dana Piahk Ketiga DPK bank.
149
4. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2009
Terus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya pada perekonomian domestik selama triwulan I-2009. Hal tersebut mengakibatkan
perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih lambat dari perkiraan. Perlambatan tersebut selain disebabkan oleh kinerja ekspor yang turun, juga
dikarenakan mulai melemahnya daya beli masyarakat. Meski demikian, berlangsungnya aktivitas ekonomi selama dilakukannya pesta demokrasi dalam
rangka Pemilihan Umum, diperkirakan mampu menahan lebih jauh perlambatan ekonomi domestik. Pada tahun 2009 perekonomian masih dihadapkan pada
ketidakpastian pemulihan ekonomi global sehingga perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih rendah dari yang diperkirakan pada awal tahun sebesar
4,0-5,0. Dengan mempertimbangkan perkembangan dan prospek perekonomian tersebut, pada April 2009, Bank Indonesia melalui Siaran Pers Bank Indonesia
Nomor 1113PSHMHumas kembali menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 7,5. Penurunan BI Rate ini adalah kali kelima sejak Desember 2008. Secara
akumulatif Des 08-April 09, BI Rate telah turun sebesar 175 bps.
150
Penurunan BI Rate selama triwulan I-2009 kemudian ditransmisikan ke sektor keuangan melalui berbagai jalur. Di pasar uang, suku bunga PUAB
berbagai tenor bergerak mengikuti BI Rate, dimana suku bunga PUAB ON dengan volatilitas yang relatif terjaga. Rata-rata harian suku bunga PUAB ON
menurun sebesar 123 bps dari 9,62 pada triwulan IV-2008 menjadi 8,39 pada
149
Ibid., hlm 20
150
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2009
, Jakarta : Bank Indonesia, 2009, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
triwulan I-2009 hal ini disampaikan melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1116PSHMHumas. Sementara itu, suku bunga deposito 1 bulan mulai
menunjukkan penurunan, sedangkan respons suku bunga kredit terhadap penurunan BI Rate berlangsung lebih lambat dengan besaran yang sangat rendah.
Di pasar saham, kinerja IHSG secara umum pada triwulan I-2009 masih mengalami tekanan dengan sedikit perbaikan pada akhir periode laporan.
Perbaikan kinerja pada akhir periode laporan juga terjadi di pasar SUN, meskipun secara umum masih mengalami tekanan. Penurunan yield SUN masih terbatas
pada jangka pendek, khususnya terkait tingginya minat investor pada SPN. Sementara itu, penurunan untuk yield SUN tenor jangka menengah dan panjang
masih tertahan terkait dengan kondisi likuiditas di pasar SUN.
151
Perkembangan tersebut juga menumbuhkan optimisme akan lebih baiknya perekonomian global ke depan. Nilai tukar Rupiah bergerak menguat sepanjang
triwulan II-2009. Selain karena faktor eksternal yang kondusif, penguatan rupiah juga didukung oleh faktor domestik yang cukup solid. Kinerja Neraca
Pembayaran Indonesia yang mencatat surplus, imbal hasil rupiah yang masih menarik, serta kondisi sosial politik paska pemilu yang tetap kondusif turut
menopang penguatan rupiah. Rata-rata nilai tukar Rupiah untuk triwulan II-2009 mencapai Rp 10.527 per dolar AS, menguat 9,99 dibandingkan triwulan I-2009.
Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan II-2009 terus menurun dengan akselerasi yang semakin cepat. Inflasi IHK pada triwulan II-2009 tercatat sebesar
3,65, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,92. Penurunan inflasi terutama disebabkan oleh faktor non-fundamental, meski
151
Ibid., hlm 17
Universitas Sumatera Utara
tekanan dari sisi fundamental juga mulai menunjukkan penurunan. Inflasi administered prices
yang lebih rendah pada triwulan II-2009 disebabkan tidak adanya kebijakan strategis pemerintah di bidang harga, sementara inflasi volatile
food yang menurun terutama dipengaruhi oleh musim panen raya serta pasokan
bahan pangan domestik yang terjaga. Tekanan inflasi dari sisi fundamental juga diperkirakan turun. Meredanya tekanan eksternal sejalan dengan penguatan rupiah
di tengah permintaan domestik yang masih lemah merupakan faktor utama yang mendorong penurunan tekanan inflasi.
152
Mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Juli 2009 melalui Siaran Pers Bank
Indonesia Nomor 1118PSHMHumas memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps, dari 7,0 menjadi 6,75. Keputusan tersebut diharapkan dapat
memfasilitasi percepatan pemberian kredit ditengah-tengah stabilitas makro yang tetap terkendali.
153
Perkembangan ekonomi global pada triwulan III-2009 semakin menunjukkan perbaikan. Proses pemulihan ekonomi global yang berlangsung
lebih cepat dari perkiraan semula meningkatkan optimisme para investor untuk melakukan reinvestasi di emerging markets. Selain itu, kondisi fundamental
perekonomian domestik yang cukup solid turut memberikan dukungan bagi perkembangan nilai tukar selama triwulan III-2009. Nilai tukar Rupiah pada
triwulan III-2009 bergerak menguat dengan tingkat volatilitas yang menurun. Rata-rata nilai tukar rupiah triwulan III-2009 menguat 5,55 menjadi Rp 9.973
dari Rp 10.578 pada triwulan sebelumnya, sedangkan volatilitas rupiah menurun
152
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2009
, Jakarta : Bank Indonesia, 2009, hlm. 16
153
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
dari 1,20 pada triwulan II- 2009 menjadi 0,69. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan III-2009 masih menunjukkan penurunan. Inflasi IHK pada triwulan
III-2009 tercatat sebesar 2,83, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,65. Masih relatif rendahnya tekanan inflasi terutama terkait
dengan menurunnya ekspektasi inflasi. Di samping itu, tekanan eksternal relatif menurun terkait dengan apresiasi rupiah maupun rendahnya inflasi impor.
154
154
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III-2009
, Jakarta : Bank Indonesia, 2009, hlm. 18
Penurunan BI Rate di triwulan III-2009 ditransmisikan ke pasar uang melalui penurunan suku bunga PUAB berbagai tenor sehingga kurva suku bunga
khususnya untuk jangka pendek semakin membaik. Sementara itu, suku bunga perbankan baik deposito dan kredit terus menurun hingga Juli 2009. Pertumbuhan
DPK masih meningkat sejalan dengan meningkatnya DPK rupiah milik Badan Usaha Milik Swasta non-keuangan dan perorangan. Di sisi lain, nominal kredit
mulai meningkat meskipun belum mampu mengakselerasi pertumbuhannya. Ke depan, pertumbuhan kredit diperkirakan akan semakin membaik sesuai pola
musimannya. Di pasar saham, optimisme terhadap proses pemulihan ekonomi global serta kondisi fundamental perekonomian domestik yang kondusif
mendorong investor untuk menanamkan dananya ke pasar modal. IHSG pada triwulan III-2009 masih melanjutkan penguatan walaupun sempat mendapat
tekanan pada pertengahan periode. Di pasar SBN, yield SUN untuk seluruh tenor tercatat menurun. Kembalinya modal asing serta masih terjaganya kepercayaan
investor terhadap perekonomian domestik menjadi faktor pendorong menurunnya yield
SUN.
Universitas Sumatera Utara
Mencermati berbagai perkembangan yang terjadi selama triwulan III- 2009, kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk tetap mendukung
pertumbuhan ekonomi domestik dengan tetap mengawal inflasi dan kestabilan sektor keuangan dalam jangka menengah. Pada triwulan laporan, Bank Indonesia
memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps menjadi 6,50 pada Juli dan Agustus 2009 yang dilanjutkan dengan menahan BI Rate tetap pada level
6,50 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1129PSHMHumas pada akhir triwulan III-2009.
155
Kebijakan GWM utama sebesar 5 diberlakukan pada saat diumumkannya pada tanggal 24 Oktober 2008. Sementara itu, sesuai Peraturan
Bank Indonesia Nomor 1025PBI 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 1019PBI2008 tentang GWM Pada Bank Indonesia Dalam
Rupiah Dan Valuta Asing menetapkan untuk GWM sekunder sebesar 2,5 diberi masa transisi selama tahun dan baru berlaku pada 24 Oktober 2009. Masa transisi
ini dimaksudkan agar perbankan dapat melakukan penyesuaian dalam memenuhi ketentuan GWM sekunder mengingat kondisi pasar keuangan yang masih
bergejolak di akhir tahun 2008 serta masih tingginya kebutuhan likuiditas. Seiring dengan meredanya dampak krisis global, likuiditas perbankan terus menunjukkan
perbaikan pada tahun 2009. Sampai dengan akhir September 2009, kondisi likuiditas perbankan sudah kembali normal dan bank-bank telah mempersiapkan
pemenuhan GWM Sekunder.
156
Pemberlakuan GWM Sekunder ini ditujukan untuk mendorong perbankan agar mengelola likuiditas dengan lebih baik sehingga kondusif untuk
155
Ibid., hlm. 19
156
Ibid., hlm 28
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan confidence pelaku pasar. Melalui pengelolaan likuiditas yang lebih baik diharapkan sektor perbankan akan lebih kuat dan lebih berdaya tahan
terhadap tantangan perekonomian ke depan. Selain itu, pemenuhan GWM sekunder melalui SBI dan SUN diharapkan dapat semakin meningkatkan financial
deepening di pasar uang yang pada gilirannya diharapkan dapat semakin
memperlancar jalur transmisi kebijakan peredaran uang melalui suku bunga
157
Perkembangan ekonomi global pada triwulan IV-2009 semakin menunjukkan penguatan. Proses pemulihan ekonomi global yang berlangsung
lebih cepat dari perkiraan semula meningkatkan optimisme para investor untuk melakukan re-investasi di emerging markets. Selain itu, kondisi fundamental
perekonomian domestik yang cukup solid turut memberikan dukungan bagi perkembangan nilai tukar selama triwulan IV-2009. Nilai tukar Rupiah pada
triwulan IV-2009 bergerak menguat. Rata-rata nilai tukar Rupiah triwulan IV- 2009 sd akhir November 2009 menguat 5,39 menjadi Rp 9.463 dari Rp 9.973
pada triwulan sebelumnya. Apresiasi yang cukup tajam tersebut menyebabkan tingkat volatilitas sedikit meningkat dari 0,69 pada triwulan III-2009 menjadi
0,74. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan IV-2009 terus menunjukkan penurunan. Inflasi IHK pada triwulan IV-2009 diperkirakan hanya mencapai
sekitar 3 atau lebih rendah dari kisaran target inflasi yang ditetapkan Pemerintah. Rendahnya tekanan inflasi terutama terkait dengan rendahnya inflasi
volatile food dan administered price serta membaiknya ekspektasi inflasi. Di
157
Ibid, hlm 29
Universitas Sumatera Utara
samping itu, tekanan eksternal relatif menurun terkait dengan apresiasi rupiah maupun rendahnya imported inflation.
158
Kebijakan peredaran uang yang cenderung longgar selama tahun 2009 ditransmisikan cukup baik melalui jalur suku bunga khususnya di suku bunga
jangka pendek dan simpanan. Namun demikian, penurunan yang cepat di suku bunga kebijakan dan deposito tersebut direspon secara lebih lambat dan dengan
besaran yang lebih rendah di suku bunga kredit. Di jalur likuiditas, penurunan suku bunga direspon masih cukup baik oleh perkembangan likuditas
perekonomian Di kredit, penurunan suku bunga kebijakan kurang direspon oleh kredit yang masih tumbuh lambat hingga Oktober 2009.
159
Mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Desember 2009 melalui Siaran Pers
Bank Indonesia Nomor 1135PSHMHumas memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5. Keputusan mempertahankan BI Rate tersebut diambil
setelah Rapat Dewan Gubernur menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga BI Rate sebesar 6,5 masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi pada tahun 2010
sebesar 5±1. Stance kebijakan saat ini juga dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan.
160
5. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2010
Proses pemulihan ekonomi global yang masih terus berlangsung menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Kondusifnya perkembangan
eksternal tersebut ditambah dengan solidnya kondisi perekonomian domestik
158
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2009
, Jakarta : Bank Indonesia, 2009, hlm. 18
159
Ibid., hlm. 19
160
Ibid., hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
memberikan dukungan bagi pergerakan nilai tukar dan inflasi selama triwulan I 2010. Nilai tukar rupiah bergerak menguat selama triwulan I 2010. Rata-rata nilai
tukar Rupiah terapresiasi sebesar 2,2 ke level Rp 9.254 per dolar AS yang diiringi dengan tingkat volatilitas yang tetap stabil dari 0,56 pada triwulan IV
2009 menjadi 0,57 pada triwulan I 2010. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan I 2010 mulai menunjukkan sedikit peningkatan. Secara tahunan, inflasi
IHK pada triwulan I 2010 mencapai 3,43 atau lebih tinggi dari akhir tahun 2009 yang sebesar 2,78. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh
meningkatnya tekanan inflasi dari faktor non-fundamental khususnya inflasi volatile food
, sedangkan tekanan inflasi dari faktor fundamental yang tercermin pada inflasi inti justru mengalami penurunan.
161
Transmisi kebijakan peredaran uang melalui berbagai jalur berlangsung semakin baik. Di jalur suku bunga, kebijakan peredaran uang ditransmisikan
dengan baik khususnya di suku bunga PUAB ON dan simpanan. Selain itu, penurunan suku bunga kredit juga masih terus berlangsung. Di jalur kredit,
transmisi kebijakan peredaran uang mengalami perbaikan pada triwulan I 2010. Pertumbuhan kredit sampai dengan Februari 2010 meningkat menjadi 9,4, lebih
tinggi dari pencapaian akhir tahun 2009 yang hanya sebesar 8,7. Sementara itu, transmisi kebijakan peredaran uang di pasar modal, pasar SUN, dan pasar
reksadana juga positif. Di pasar saham, IHSG meningkat cukup signifikan dan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan bursa di beberapa negara di
kawasan regional. Di pasar SUN, yield SUN menunjukkan penurunan di hampir
161
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2010
, Jakarta : Bank Indonesia, 2010, hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
seluruh tenor. Sementara itu, pasar reksadana juga menunjukkan perkembangan yang baik searah dengan dengan kinerja underlying asset-nya.
162
Mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 6 April 2010 melalui Siaran Pers Nomor
1217PSHMHumas memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5. Keputusan mempertahankan BI Rate tersebut diambil setelah Rapat Dewan
Gubernur menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga BI Rate sebesar 6,5 masih konsisten dengan target inflasi pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 5±1 serta
target inflasi jangka menengah pada tahun 2014 sebesar 4±1 sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143PMK.0112010. Stance kebijakan saat ini juga
dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan.
Sisi stabilitas harga, inflasi memberikan tekanan yang signifikan sampai dengan semester I 2010. Inflasi tahun 2010 disumbang dari peningkatan inflasi
impor dan permintaan domestik sejalan dengan membaiknya ekonomi global dan perekonomian domestik. Selain itu, eskpektasi
inflasi menunjukkan kecenderungan membaik terlihat dari hasil berbagai survei yang menunjukkan
menurunnya ekspektasi inflasi pada tahun 2010.
163
Nilai tukar rupiah bergerak menguat selama triwulan II-2010 didukung oleh kinerja Neraca Pembayaran Indonesia NPI yang solid dan terjaganya faktor
risiko. Perbaikan di sisi eksternal yang diikuti dengan masih tingginya imbal hasil rupiah serta membaiknya persepsi terhadap risiko domestik mempengaruhi
pergerakan nilai tukar rupiah sehingga secara rata-rata terapresiasi sebesar 1,6
162
Ibid., hlm. 16
163
Ibid., hlm. 5
Universitas Sumatera Utara
ke level Rp 9.110 per dolar AS. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut juga diiringi oleh tingkat volatilitas yang menurun dari triwulan sebelumnya. Paket kebijakan
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada pertengahan Juni 2010 mendapatkan respon positif dari pasar dan meningkatkan efektivitas pengelolaan moneter. Di
sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan II-2010 mulai menunjukkan tanda-tanda peningkatan karena faktor nonfundamental. Secara tahunan, inflasi IHK pada
triwulan II-2010 mencapai 5,05 atau lebih tinggi dari triwulan I-2010 yang sebesar 3,43. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya
tekanan inflasi dari faktor non-fundamental khususnya inflasi volatile food, sementara tekanan inflasi dari faktor fundamental yang terlihat pada inflasi inti
masih minimal.
164
Sisi lain, transmisi kebijakan peredaran uang melalui berbagai jalur masih terus berlangsung. Transmisi kebijakan peredaran uang melalui jalur suku bunga
masih berlangsung walaupun magnitude-nya semakin terbatas. Penurunan suku bunga kredit lebih besar dibandingkan dengan penurunan suku bunga simpanan.
Di jalur kredit, transmisi kebijakan peredaran uang mengalami perbaikan pada triwulan II-2010. Pertumbuhan kredit sampai dengan Juni 2010 diindikasikan
meningkat menjadi 18,6, lebih tinggi dari pencapaian triwulan sebelumnya yang sebesar 10,7. Sementara itu, transmisi kebijakan peredaran uang di pasar modal,
pasar SUN, dan pasar reksadana juga positif. Di pasar saham, IHSG masih meningkat dan merupakan salah satu yang tertinggi dibandingkan dengan bursa di
beberapa negara di kawasan regional. Di pasar SUN, yield SUN menunjukkan penurunan di hampir seluruh tenor. Sementara itu, pasar reksadana juga
164
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2010
, Jakarta : Bank Indonesia, 2010, hlm. 16
Universitas Sumatera Utara
menunjukan perkembangan yang baik searah dengan kinerja aset di masing- masing pasar underlying asset.
165
Mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5 masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5±1 dan arah kebijakan peredaran uang saat
inijuga dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian di tengahmasih tingginya risiko global yang bersumber dari krisis utang di sejumlah
negara Eropa, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 5 Juli 2010 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1231PSHMHumas memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate pada level 6,5 dengan koridor suku bunga PUAB ON sebagai sasaran operasional kebijakan peredaran uang sebesar ±100 bps.
Sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal itu tercermin dari masih terjaganya CAR per Mei 2010 sebesar 17,8. Sementara itu,
NPL tetap terkendali pada 3,6 dengan rasio neto sebesar 1. Selain itu likuiditas perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang antar bank kian membaik
dan DPK yang masih meningkat.
166
Pada Tanggal 15 Juni 2010 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1228PSHMHumas diumumkan Paket Kebijakan Dewan Gubernur Bank
Indonesia yang merupakan kelanjutan dari kebijakan perpanjangan profil jatuh tempo maturity profile SBI yang mulai diterapkan secara penuh bulan Juni 2010
melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1228PSHMHumas. Arah kebijakan ini ditempuh guna merespons dan mengantisipasi berbagai dinamika pasar
keuangan, baik yang berasal dari domestik maupun global. Secara keseluruhan kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan
165
Ibid., hlm. 4
166
Ibid., hlm. 5
Universitas Sumatera Utara
peredaran uang, memperkuat stabilitas sistem keuangan, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, yang pada gilirannya mendukung kesinambungan
stabilitas makroekonomi dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi. Kebijakan ini bukan merupakan kontrol devisa dan tetap dalam koridor sistem
devisa bebas yang secara konsisten dianut Indonesia selama ini. Paket kebijakan yang diambil secara umum berupa kebijakan untuk
memperkuat operasi moneter dan menyempurnakan aspek prudensial perbankan, terdiri dari penambahan instrumen dan penyempurnaan beberapa ketentuan baik
di pasar uang rupiah maupun valas, penguatan aspek prudensial perbankan, serta pendalaman pasar keuangan. Kebijakan tersebut mencakup:
167
a. Pelebaran koridor suku bunga PUAB ON. Kebijakan pelebaran
koridor suku bunga PUAB ON dilakukan dengan menyesuaikan suku bunga instrumen standing facilities terhadap suku bunga
acuan BI Rate. Suku bunga Repo ON standing lending facility dinaikkan dari BI Rate + 50 bps menjadi BI Rate + 100 bps dan
suku bunga FASBI ON standing deposit facility diturunkan dari BI Rate -50 bps menjadi BI Rate -100 bps. Kebijakan ini mulai
berlaku 17 Juni 2010. b.
Penyempurnaan Ketentuan Mengenai Posisi Devisa Netto PDN. Penyempurnaan ini ditujukan untuk meningkatkan transaksi dan
kedalaman pasar valas dalam negeri agar tetap kondusif bagi kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah dangan tetap memerhatikan
aspek prudensial bank. Pembatasan PDN on Balance Sheet
167
Ibid., hlm 25
Universitas Sumatera Utara
maksimal 20 dari modal, dipapuskan dan PDN keseluruhan overall tetap maksimum 20 dari modal. Kebijakan ini berlaku 1
Juli 2010. c.
Penerapan minimum one month holding period Sertifikat Bank Indonesian SBI. Kebijakan ini mewajibkan pembeli SBI baik di
pasar primer maupun di pasar sekunder memegang kepemilikan SBI selama minimal 1 bulan 28 hari. Selama periode tersebut,
pemilik SBI tidak diperbolehkan melepas kepemilikan atas SBI baik secara Outright maupun repo kepada pihak lain, kecuali repo
kepada Bank Indonesia. Kebijakan ini berlaku 7 Juli 2010. d.
Penambahan instrumen moneter non-securities dalam bentuk term deposit
. Term deposit merupakan instrumen pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia tanpa underlying surat berharga. Term deposit
tidak dapat dipindahtangankan, namun dapat dicairkan sebelum jatuh tempo dengan persyaratan tertentu. Bagi bank, instrumen ini
dapat digunakan untuk keperluan manajemen likuiditas jangka pendek. Kebijakan ini mulai berlaku 7 Juli 2010
e. Penerbitan SBI berjangka waktu 9 dan 12 bulan. Penerbitan SBI
tersebut akan dilakukan secara regular bulanan dengan mekanisme lelang dan perhitungan yang sama seperti penerbitan SBI jangka
waktu lainnya. Penerbitan SBI 9 bulan mulai dilakukan pada lelang SBI bulanan minggu II Agustus 2010, sementara SBI 12 bulan
dilakukan mulai minggu II September 2010.
Universitas Sumatera Utara
f. Penerapan mekanisme triparty repurchase repo Surat Berharga
Negara SBN. Triparty repo SBN merupakan kegiatan pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia melalui transaksi
reverse repo dengan underlying asset SBN yang diperoleh dari pihak lain yang ditetapkan antara lain Dana Pensiun dan Asuransi.
Dalam rangka implementasi kebijakan ini Bank Indonesia akan bekerja sama dengan Pemerintah dan berbagai instansi terkait
untuk mempersiapkan ketentuan dan mekanisme yang diperlukan. Kebijakan ini diharapkan dapat mulai dilakukan pada tahun 2011.
Kondusifnya perkembangan perekonomian domestik memberikan dukungan bagi penguatan nilai tukar, selain membaiknya indikator risiko dan
masih menariknya imbal hasil dalam rupiah. Nilai tukar rupiah bergerak menguat selama triwulan III 2010. Data realisasi pertumbuhan PDB yang cukup tinggi, dan
kinerja NPI yang baik, mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah sehingga secara rata-rata terapresiasi sebesar 1,2 ke level Rp 8.998 per dolar AS.
Penguatan nilai tukar rupiah tersebut juga diiringi oleh tingkat volatilitas yang menurun dari triwulan sebelumnya. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan III
2010 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi IHK pada triwulan III 2010 mencapai 5,80 atau lebih
tinggi dari triwulan I 2010 yang sebesar 5,05. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi dari faktor non-fundamental
khususnya inflasi volatile food dan administered prices. Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor fundamental yang terlihat pada inflasi inti meskipun masih
Universitas Sumatera Utara
minimal namun sudah menunjukkan peningkatan seiring dengan menguatnya permintaan.
168
Transmisi kebijakan peredaran uang melalui berbagai jalur masih terus berlangsung. Transmisi kebijakan peredaran uang melalui jalur suku bunga masih
berlangsung baik. Suku bunga jangka pendek, sebagaimana tercermin pada suku bunga PUAB menunjukkan perkembangan yang kondusif ditunjukkan oleh suku
bunga ON selama triwulan III 2010 yang bergerak stabil di sekitar BI rate. Selain itu, penurunan suku bunga deposito dan kredit juga masih terus berlangsung. Di
jalur kredit, transmisi kebijakan peredaran uang terus mengalami perbaikan pada triwulan III 2010. Pertumbuhan kredit sampai dengan Agustus 2010 meningkat
menjadi 19,3, lebih tinggi dari pencapaian triwulan sebelumnya yang sebesar 18,0. Sementara itu, transmisi kebijakan peredaran uang di pasar modal, pasar
SUN, dan pasar reksadana juga positif. Di pasar saham, IHSG terus meningkat dan mencapai level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu 3.501. Di pasar SUN, yield
SUN menunjukkan penurunan di hampir seluruh tenor. Sementara itu, pasar reksadana juga menunjukan perkembangan yang baik searah dengan kinerja
underlying asset -nya.
169
Sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional semakin kuat. Hal itu tercermin dari masih tingginya rasio kecukupan modal CAR dan terjaganya
rasio gross non-performing loan NPL dibawah 5 Selain itu likuiditas perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang antar bank kian membaik dan dana
pihak ketiga DPK yang terus meningkat. Intermediasi perbankan juga semakin baik tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir September 2010
168
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III-2010
, Jakarta : Bank Indonesia, 2010, hlm. 18
169
Ibid., hlm 19
Universitas Sumatera Utara
mencapai 21,2. Pertumbuhan modal kerja selama tahun 2010 telah tumbuh melampaui jenis kredit konsumsi dan ke depan pertumbuhan kredit tetap
diarahkan ke sektor yang produktif. Dengan perkembangan tersebut dan sesuai dengan rencana bisnis bank, untuk keseluruhan tahun 2010 pertumbuhan kredit
diperkirakan mencapai 22- 24. Peningkatan kredit terutama didorong oleh membaiknya keyakinan pelaku ekonomi terhadap prospek perekonomian.
Berdasarkan asesmen dan prospek ekonomi tersebut, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 5 Oktober 2010 melalui Siaran Pers Bank
Indonesia Nomor 1243PSHMHumas memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5 dengan koridor suku bunga sebesar ±100 bps. Keputusan
tersebut juga mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5 masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi jangka menengah dan dipandang masih
kondusif untuk menjaga stabilitas keuangan dan mendorong intermediasi perbankan, sehingga sisi penawararn dapat merespon akselerasi sisi permintaan
secara memadai.
170
Kinerja perekonomian domestik triwulan IV-2010 meningkat di tengah kondisi pemulihan ekonomi global yang tidak seimbang. Adanya disparitas
kebijakan antara negara maju dan emerging markets serta positifnya prospek perekonomian domestik memberikan dukungan bagi penguatan nilai tukar.
Penguatan nilai tukar rupiah terus berlanjut menjelang berakhirnya tahun 2010. Realisasi pertumbuhan PDB yang lebih baik dari tahun sebelumnya, dan kinerja
Neraca Pembayaran Indonesia NPI yang baik, mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah sehingga secara rata-rata terapresiasi sebesar 0,69 dari triwulan
170
Ibid., hlm 3
Universitas Sumatera Utara
sebelumya ke level Rp 8.936 per dolar AS. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut juga diiringi oleh tingkat volatilitas yang menurun.
171
Transmisi kebijakan peredaran uang melalui berbagai jalur terus berlangsung sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 1211PBI2010
tentang Operasi Moneter. Likuiditas jangka pendek perbankan yang melimpah sepanjang tahun 2010 mendorong suku bunga PUAB terus menurun. Transmisi
kebijakan peredaran uang juga tercermin dari suku bunga perbankan yang terus bergerak menurun. Di jalur kredit, transmisi kebijakan peredaran uang terus
mengalami perbaikan. Pertumbuhan kredit sampai dengan Oktober 2010 terus meningkat menjadi 19,3, lebih tinggi dari pencapaian akhir tahun lalu yang
sebesar 8,7. Transmisi kebijakan peredaran uang juga berlangsung di pasar keuangan. Di pasar saham, IHSG terus meningkat mencapai level 3.531,2 pada
penutupan November 2010. Pertumbuhan IHSG tersebut menjadikan Indonesia sebagai bursa saham terbaik di negara kawasan. Di pasar SUN, yield SUN
menunjukkan penurunan di hampir seluruh tenor. Perkembangan positif juga Sisi harga, tahun 2010 diwarnai oleh tekanan inflasi yang cenderung
meningkat. Secara tahunan, inflasi IHK pada November 2010 mencapai 6,33 atau lebih tinggi dari triwulan III 2010 yang sebesar 5,80. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan oleh berlanjutnya tekanan inflasi dari faktor non- fundamental khususnya inflasi volatile food. Sementara itu, tekanan inflasi dari
faktor fundamental yang terlihat pada inflasi inti juga cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan harga komoditas.
171
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2010
, Jakarta : Bank Indonesia, 2010, hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
terjadi di pasar reksadana sejalan dengan peningkatan harga underlying asset- nya.
172
Berdasarkan asesmen dan prospek ekonomi tersebut, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Desember 2010 melalui Siaran Pers Bank
Indonesia Nomor 1254PSHMHumas memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5 dengan koridor suku bunga sebesar ±100 bps. Keputusan
tersebut juga mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5 masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi jangka menengah dan dipandang masih
kondusif untuk menjaga stabilitas keuangan dan mendorong intermediasi perbankan. Evaluasi terhadap kinerja dan prospek perekonomian secara umum
mengarah pada kondisi yang lebih baik.
173
6. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2011
Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut mendukung kinerja perekonomian domestik. Selama triwulan I 2011, pemulihan ekonomi yang lebih
kuat masih dimotori oleh negara emerging markets ditopang oleh konsumsi domestik yang solid dan kinerja eksternal yang membaik. Kondisi tersebut
memberikan dampak positif pada perkembangan ekonomi di dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2011 mencapai 6,4 didorong
oleh kinerja ekspor dan membaiknya kinerja investasi. Kinerja ekspor diperkirakan masih akan tumbuh tinggi searah dengan membaiknya perekonomian
global dan dukungan peningkatan harga komoditas. Perkembangan permintaan
172
Ibid., hlm. 18
173
Ibid., hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
domestik dan eksternal tersebut menyebabkan masih tingginya impor pada triwulan I 2011.
174
Transmisi kebijakan peredaran uang terutama terlihat di pasar keuangan, sedangkan transmisi melalui sektor perbankan masih belum terlihat karena adanya
efek tunda kebijakan peredaran uang. Suku bunga jangka pendek, sebagaimana tercermin pada suku bunga PUAB menunjukkan perkembangan yang kondusif
ditunjukkan oleh suku bunga ON selama triwulan I 2011 yang bergerak stabil di sekitar BI Rate. Adanya pengaruh efek tunda kebijakan peredaran uang terlihat
dari penurunan suku bunga deposito dan kredit yang masih berlangsung pasca Kinerja perekonomian domestik yang menguat serta membaiknya
indikator risiko dan masih menariknya imbal hasil dalam rupiah memberikan dukungan bagi penguatan nilai tukar. Nilai tukar rupiah bergerak menguat selama
triwulan I 2011. Data realisasi pertumbuhan PDB yang cukup tinggi, dan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia NPI yang baik, memengaruhi pergerakan nilai
tukar rupiah sehingga secara rata-rata terapresiasi sebesar 0,8 ke level Rp 8.897 per dolar AS namun diiringi dengan tingkat volatilitas yang meningkat dari
triwulan sebelumnya. Di sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan I 2011 menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara
tahunan, inflasi IHK pada triwulan I 2011 mencapai 6,65 atau lebih rendah dari triwulan IV 2010 yang sebesar 6,96. Penurunan tersebut terutama disebabkan
oleh adanya koreksi dari sisi volatile food. Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor fundamental yang terlihat pada inflasi inti mulai menunjukkan peningkatan
seiring dengan menguatnya permintaan.
174
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2011
, Jakarta : Bank Indonesia, 2011, hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
kenaikan BI Rate. Di jalur kredit, transmisi kebijakan peredaran uang terus berjalan dengan pertumbuhan kredit yang meningkat menjadi 25,1, lebih tinggi
dari pencapaian triwulan sebelumnya yang sebesar 22,1. Sementara itu, transmisi kebijakan peredaran uang di pasar modal, pasar SBN, dan pasar
reksadana juga positif. Di pasar saham, IHSG terus meningkat dan mencapai level 3.678. Di pasar SBN, imbal hasil sempat menunjukkan peningkatan di periode
awal laporan, namun pasca kenaikan BI Rate mulai menunjukkan penurunan. Sementara itu, kinerja pasar reksadana menunjukkan peningkatan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
175
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas perbankan yang terkendali. Industri
perbankan cukup stabil ditandai oleh terjaganya kondisi permodalan dan likuiditas sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal CARCapital
Adequacy Ratio pada level 18 dan terjaganya rasio kredit bermasalah
NPLNon Performing Loan gross di bawah 5. Intermediasi perbankan juga semakin membaik tercermin dari pertumbuhan kredit yang terus meningkat, yakni
pada Maret 2011 mencapai 25,1, ditopang oleh pertumbuhan pada seluruh jenis kredit termasuk kredit kepada UMKM.
176
Rapat Dewan Gubernur RDG Bank Indonesia pada 12 April 2011 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1311PSHMHumas memutuskan
untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75. Keputusan ini tidak mengubah arah kebijakan peredaran uang Bank Indonesia yang cenderung ketat sebagai
upaya untuk pengendalian tekanan inflasi yang masih tinggi, di tengah upaya
175
Ibid., hlm. 16
176
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
pemerintah menurunkan tekanan inflasi dari kelompok volatile foods. Dewan Gubernur memandang bahwa penguatan nilai tukar rupiah sejauh ini dapat
menurunkan tekanan inflasi, khususnya yang berasal dari kenaikan harga komoditas internasional imported inflation. Selain itu, untuk meminimalkan
dampak negatif aliran modal asing jangka pendek terhadap stabilitas moneter dan sistem keuangan, Dewan Gubernur melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
1313DPM perihal Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1218DPM perihal Operasi Pasar Terbuka memutuskan untuk menggantikan
ketentuan one-month holding period terhadap SBI menjadi six-month holding period
mulai berlaku 13 Mei 2011.
177
177
Ibid., hlm. 3
Pemulihan ekonomi global masih berlangsung meski dibayangi adanya potensi perlambatan ekonomi terutama di Jepang, Amerika Serikat dan Inggris.
Namun pertumbuhan yang terjadi di Eropa dan emerging markets diharapkan dapat meredam perlambatan di negara-negara maju tersebut. Selama triwulan II
2011, negara-negara emerging markets masih menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi global yang tetap ditopang oleh konsumsi dan kinerja
eksternal. Hal tersebut memberikan dampak positif pada perkembangan ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2011 mencapai
6,5. Selain konsumsi domestik pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih didorong oleh kinerja ekspor dan membaiknya kinerja investasi. Di sisi lapangan
usaha, kinerja pada triwulan II ditopang oleh membaiknya kinerja beberapa sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran, serta sektor bangunan.
Universitas Sumatera Utara
Kinerja perekonomian domestik yang menguat, membaiknya indikator risiko dan menariknya imbal hasil aset rupiah mendukung penguatan nilai tukar
selama triwulan II 2011. Selain itu, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia NPI yang solid juga berperan dalam penguatan rupiah tersebut. Selama triwulan II,
secara rata-rata, rupiah terapresiasi sebesar 3,58 ke level Rp 8.589 per dolar AS dengan tingkat volatilitas yang menurun dari triwulan sebelumnya menjadi
0,3.
178
Sisi pasar keuangan, suku bunga jangka pendek, sebagaimana tercermin pada suku bunga PUAB ON, bergerak cenderung menurun selama triwulan II
2011. Sementara itu, pertumbuhan kredit masih berada pada tren yang meningkat mencapai 23,4 pada Juni 2011. Di pasar modal, pasar SBN, dan pasar reksadana
juga menunjukkan kinerja yang positif. Sisi harga, tekanan inflasi pada triwulan II 2011 menunjukkan penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi IHK pada triwulan II 2011 mencapai 5,54 atau lebih rendah dari triwulan I 2011 yang
mencapai 6,65. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh adanya koreksi dari sisi volatile food. Sementara itu, meskipun tekanan inflasi dari faktor
fundamental yang terlihat pada inflasi inti menunjukkan peningkatan namun masih terkendali.
179
Stabilitas sistem perbankan juga tetap terjaga dan disertai terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dalam mendukung pembiayaan
perekonomian. Stabilitas industri perbankan tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah NPLNon Performing
178
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2011
, Jakarta : Bank Indonesia, 2011, hlm. 13
179
Ibid., hlm. 14
Universitas Sumatera Utara
Loan . Sementara itu, penyaluran kredit juga terus meningkat. Bank Indonesia
terus berupaya mendorong peningkatan efisiensi perbankan agar fungsi intermediasi dapat dioptimalkan dengan tetap menjaga stabilitas sistem perbankan
secara keseluruhan.
180
Penilaian menyeluruh terhadap kondisi perekonomian dan prospek serta risikonya menjadi dasar pertimbangan dalam Rapat Dewan Gubernur RDG
Bank Indonesia pada tanggal 12 Juli 2011 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1321PSHMHumas memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada
level 6,75. Tingkat BI Rate tersebut dipandang masih sesuai dengan upaya untuk menjaga peningkatan kegiatan perekonomian yang disertai dengan stabilitas
yang tetap terjaga, di tengah tingginya ekses likuiditas domestik dan masih derasnya aliran masuk modal asing. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai
potensi risiko terhadap stabilitas makroekonomi. Bank Indonesia juga akan terus menerapkan bauran kebijakan peredaran uang dan makroprudensial yang diyakini
mampu untuk menjaga stabilitas makro dan membawa inflasi kepada sasaran telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143PMK.0112010 , yaitu
5±1 pada tahun 2011 dan 4,5±1 pada tahun 2012.
181
Kinerja perekonomian domestik di awal triwulan III 2011 masih tetap kuat di tengah menguatnya indikasi perlambatan ekonomi global. Ekspor diperkirakan
masih akan tumbuh cukup tinggi diikuti oleh konsumsi yang masih tetap kuat. Sebagai respons masih kuatnya kinerja ekspor dan konsumsi, investasi juga
menunjukan tren yang semakin meningkat. Tingginya aktivitas perekonomian mendorong tingginya kebutuhan akan impor, termasuk tingginya impor minyak
180
Ibid., hlm. 2
181
Ibid., hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
akibat tingginya konsumsi BBM. Seiring dengan meningkatnya risiko global, rupiah mengalami depresiasi. Rupiah sempat mengalami penguata, namun mulai
melemah sejak Agustus hingga akhir triwulan sejalan dengan tren pergerakan mata uang mayoritas negara kawasan.
182
Pasar keuangan menunjukkan suku bunga PUAB cenderung menurun sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia melebarkan koridor bawah PUAB ON.
Suku bunga deposito dan kredit juga cenderung menurun, sementara kredit masih tetap tumbuh tinggi, terutama kredit investasi. Di pasar saham dan SBN, investor
asing terlihat melakukan aksi jual terhadap portofolionya akibat sentimen negatif yang dipicu oleh krisis global.
Pergerakan harga barang dan jasa secara umum sampai dengan triwulan III 2011 cukup terkendali. Inflasi secara tahunan pada September 2011 tercatat
sebesar 4,61 year on year, atau secara kumulatif sebesar 2,97 year to date. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia dan Pemerintah
dalam mengendalikan pergerakan harga barang dan jasa secara umum. Bauran kebijakan peredaran uang dan kebijakan makroprudensial yang telah ditempuh
oleh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi dengan pemerintah telah dapat menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan serta meredam dampak negatif
kenaikan harga komoditas internasional. Tekanan inflasi tetap terkendali dan berada dalam kisaran target yang ditetapkan sebesar 5±1 di tahun 2011
183
Stabilitas sistem perbankan juga tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang terus membaik. Stabilitas industri perbankan tercermin dari
tingginya rasio kecukupan modal dan rendahnya rasio kredit bermasalah bruto.
182
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III-2011
, Jakarta : Bank Indonesia, 2011, hlm. 13
183
Ibid., hlm. 14
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut. Bank Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas sistem perbankan dan
mendorong fungsi intermediasi dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian dengan mendorong ke arah pertumbuhan kredit produktif sehingga perekonomian
nasional tetap dapat mencapai pertumbuhan yang optimal di tengah kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian.
184
Asesmen yang menyeluruh terhadap kondisi perekonomian dan prospek serta risikonya menjadi dasar pertimbangan bagi Rapat Dewan Gubernur RDG
Bank Indonesia melalui Suaran Pers Bank Indonesia Nomor 1333PSHMHumas memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,50 pada
tanggal 11 Oktober 2011. Keputusan ini diambil sejalan dengan keyakinan Bank Indonesia bahwa inflasi pada akhir tahun ini maupun tahun depan akan berada di
bawah 5. Bank Indonesia juga akan tetap menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah khususnya dari dampak gejolak pasar keuangan global.
185
Kinerja perekonomian Indonesia di triwulan IV 2011 masih tetap kuat di tengah menguatnya indikasi perlambatan ekonomi global. Ekspor tumbuh tinggi
diikuti oleh konsumsi yang tetap kuat. Sebagai respons masih kuatnya kinerja ekspor dan konsumsi, investasi juga sedikit meningkat. Sejalan dengan masih
kuatnya kegiatan ekspor, impor juga tumbuh tinggi untuk menopang aktivitas perekonomian. Seiring dengan meningkatnya risiko global, rupiah mengalami
depresiasi, sejalan dengan tren pergerakan mata uang mayoritas negara kawasan.
186
184
Ibid., hlm. 2
185
Ibid., hlm. 3
186
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2011
, Jakarta : Bank Indonesia, 2011, hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
Pergerakan harga barang dan jasa secara umum sepanjang tahun 2011 berada dalam tren menurun. Pencapaian inflasi yang rendah itu didorong oleh
seluruh komponen IHK, terutama kelompok volatile food dan inti. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia dan Pemerintah dalam
mengendalikan pergerakan harga barang dan jasa secara umum. Bauran kebijakan peredaran uang dan kebijakan makroprudensial yang telah ditempuh oleh Bank
Indonesia serta penguatan koordinasi dengan pemerintah telah dapat menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan.
Pasar keuangan, suku bunga PUAB cenderung menurun sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia melebarkan koridor bawah PUAB ON. Suku bunga
deposito dan kredit juga cenderung menurun, sementara kredit masih tetap tumbuh tinggi, terutama kredit investasi. Di pasar saham dan SBN, investor asing
terlihat melakukan aksi jual terhadap portofolionya akibat sentimen negatif yang dipicu oleh krisis global.
187
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang terus membaik. Kinerja industri perbankan tetap solid yang
tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah bruto. Sementara itu, kegiatan penyaluran kredit untuk pembiayaan
kegiatan perekonomian terus berlanjut, meskipun dengan tingkat suku bunga kredit yang jauh masih tinggi relatif terhadap tingkat BI rate. Bank Indonesia akan
terus berupaya menjaga stabilitas sistem perbankan melalui penerapan prinsip kehati-hatian, namun tetap mendorong fungsi intermediasi secara efektif dan
187
Ibid., hlm. 16
Universitas Sumatera Utara
efisien terutama untuk kredit yang produktif atau menambah kapasitas produksi.
188
Evaluasi yang menyeluruh oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia terhadap kinerja perekonomian terkini, prospeknya ke depan, serta berbagai faktor risiko
dan tantangan yang kemungkinan dihadapi, pada 8 Desember 2011 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1343PSHMHumas memutuskan mempertahankan
BI Rate di level 6,0. Keputusan tersebut diambil sejalan dengan keyakinan Bank Indonesia bahwa inflasi pada akhir tahun 2011 akan berada pada batas bawah
rentang target 5+1.
189
7. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2012
Tren perlambatan ekonomi dunia masih berlanjut pada triwulan I 2012. Di tengah tren perlambatan ekonomi global, perekonomian Indonesia triwulan I 2012
masih tetap kuat.Selama triwulan I 2012, nilai tukar rupiah mengalami tekanan depresiasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan di pasar
keuangan selama triwulan I 2012 tetap positif.
190
Sejalan dengan perkembangan NPI, nilai tukar rupiah pada triwulan laporan bergerak melemah. Pelemahan rupiah tersebut terutama disebabkan oleh
penyesuaian yang terjadi di pasar valas domestik akibat pengaruh sentiment global dan meningkatnya ekspektasi inflasi di dalam negeri. Melemahnya nilai
tukar rupiah tersebut juga disertai dengan volatilitas yang meningkat. Namun,
188
Ibid., hlm. 2
189
Ibid., hlm. 3
190
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2012
, Jakarta : Bank Indonesia, 2012, hlm. 14
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia telah menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang diperlukan guna memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah.
191
Evaluasi yang menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini, prospeknya ke depan, serta berbagai faktor risiko dan tantangan yang
kemungkinan dihadapi, Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 12 April 2012 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomoer 147PSHMHumas memutuskan
mempertahankan BI Rate di level 5,75. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental kedepan yang diperkirakan
masih relatif terkendali. Meskipun demikian, Bank Indonesia mewaspadai risiko dapat meningkatnya tekanan inflasi secara temporer kedepan dari kemungkinan
adanya kebijakan terkait BBM yang ditempuh. Pemerintah dan Bank Indonesia akan mengambil langkah kebijakan yang diperlukan untuk mengantisipasi
dampak inflasi jangka pendek tersebut. Dalam hal ini, Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan peredaran uang dan makro prudensial yang telah
ditempuh selama ini.
192
Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2012 masih mencatat pertumbuhan yang tinggi di tengah melambatnya perekonomian global. Konsumsi
rumah tangga tumbuh tinggi disertai dengan kinerja investasi yang meningkat. Melambatnya perekonomian dunia mengakibatkan menurunnya permintaan
eksternal sehingga kinerja ekspor akan mengalami koreksi yang cukup dalam pada triwulan laporan. Sementara di tengah melemahnya ekspor, impor juga
191
Ibid., hlm. 2
192
Ibid., hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
melambat meski masih tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik.
193
Pasar uang, perkembangan suku bunga PUAB menunjukkan peningkatan, seiring dengan meningkatnya volume transaksi di pasar PUAB. Sementara itu
suku bunga perbankan masih menunjukkan tren yang menurun baik suku bunga deposito maupun suku bunga kredit. Di sisi lain peningkatan ketidakpastian
pemulihan ekonomi global, terutama terkait dengan permasalahan di Eropa telah berdampak pada pasar keuangan domestik. Tekanan yang meningkat di pasar
keuangan telah mendorong peningkatan imbal hasil SBN dan penyesuaian portofolio investor asing di pasar saham domestik.
Selama triwulan II 2012 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi yang dipicu baik dari sisi eksternal maupun sisi domestik. Dari sisi eksternal
meningkatnya risiko global terutama terkait dengan meningkatnya ketidakpastian penyelesaian masalah Eropa. Dari sisi domestik pelemahan rupiah antara lain
disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan valuta asing untuk membiayai impor korporasi yang masih meningkat.
194
Rapat Dewan Gubernur RDG Bank Indonesia pada 12 Juli 2012 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1424PSHMHumas memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate di level 5,75. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja perekonomian saat ini
dan prospeknya ke depan, serta mempertimbangkan berbagai faktor risiko dan tantangan yang dihadapi. Tingkat suku bunga acuan tersebut dipandang masih
konsisten dengan tekanan inflasi yang masih terkendali sesuai target inflasi tahun
193
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan peredaran uang Triwulan II-2012
, Jakarta : Bank Indonesia, 2012, hlm. 15
194
Ibid., hlm. 16
Universitas Sumatera Utara
2012 dan 2013 sebesar 4,5 + 1. Bank Indonesia akan terus mewaspadai melemahnya perekonomian global yang berdampak pada melambatnya ekspor di
tengah masih tingginya impor, dan siap menyesuaikan kebijakan peredaran uangnya apabila diperlukan guna tetap menjamin tercapainya inflasi sesuai target.
Sejalan dengan itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat pengelolaan nilai tukar sesuai fundamentalnya yang didukung oleh langkah-langkah lanjutan dalam
operasi moneter dan pendalaman pasar valas dengan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 145PBI2012 tentang Perubahan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 1211PBI2010 tentang Operasi Moneter, dalam rangka menjaga agar keseimbangan eksternal tetap terjaga.
195
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2012 masih tetap tinggi di tengah melambatnya kondisi perekonomian global. Konsumsi rumah tangga
dan investasi masih tetap tumbuh tinggi. Masih lemahnya permintaan eksternal mendorong melambatnya kinerja ekspor. Kinerja impor agak tertahan sejalan
dengan tren depresiasi nilai tukar rupiah, meski masih tumbuh tinggi seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik.
196
195
Ibid., hlm. 3
196
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III-2012
, Jakarta : Bank Indonesia, 2012, hlm. 15
Tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan III 2012 namun dengan intensitas yang lebih moderat dan tingkat volatilitas yang
lebih terjaga. Pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh masih tingginya ketidakpastian akan kondisi perekonomian global serta tingginya permintaan
valuta asing di pasar valuta asing domestik sejalan dengan masih tingginya impor di tengah perlambatan ekspor.
Universitas Sumatera Utara
Sisi harga, inflasi IHK tetap terkendali. Tetap rendahnya inflasi IHK didukung oleh semua faktor baik fundamental maupun nonfundamental. Inflasi
inti masih tercatat rendah di tengah tekanan depresiatif nilai tukar, kenaikan harga komoditas emas dan harga pangan global yang tetap tinggi. Sementara itu, inflasi
volatile food dan inflasi administered price tercatat rendah sejalan dengan
terkoreksinya beberapa harga komoditas pangan pasca hari raya Idul Fitri dan tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat
strategis.
197
Rapat Dewan Gubernur RDG Bank Indonesia pada tanggal 11 Oktober 2012 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1433PSHMHumas
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan
terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5 ± 1. Fokus kebijakan tetap diarahkan untuk menjaga keseimbangan eksternal dengan
tetap mendukung pertumbuhan ekonomi domestik. Rapat Dewan Gubernur memandang bahwa berbagai kebijakan yang dilakukan sebelumnya telah
mendorong penurunan defisit transaksi berjalan.
198
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 tetap solid di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global. Sumber pertumbuhan berasal
dari kinerja konsumsi rumah tangga yang tetap kuat dan peningkatan investasi. Kinerja ekspor mulai mengalami pemulihan meski masih terbatas sejalan dengan
197
Ibid., hlm. 16
198
Ibid., hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
masih lemahnya permintaan eksternal. Di sisi lain, impor masih relatif tinggi seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan perbaikan ekspor.
199
Pasar keuangan, perkembangan suku bunga PUAB selama tahun 2012 cenderung bergerak di batas bawah koridor. Sementara itu, suku bunga kredit dan
suku bunga deposito menunjukkan tren yang menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kinerja pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara SBN
Tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan IV 2012 namun dengan intensitas yang lebih moderat dan tingkat volatilitas yang
lebih terjaga. Pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh masih tingginya permintaan valuta asing di pasar valuta asing domestik sejalan dengan masih
tingginya impor di tengah perbaikan ekspor yang masih terbatas. Namun, tekanan depresiasi cenderung berkurang seiring dengan arus masuk modal asing dalam
bentuk investasi portofolio yang meningkat. Sisi harga, inflasi IHK tetap terkendali sesuai dengan kisaran sasarannya.
Tetap rendahnya inflasi IHK didukung oleh semua faktor baik fundamental maupun nonfundamental. Inflasi inti tetap terjaga pada level yang didukung oleh
memadainya kemampuran sisi penawaran dalam merespons permintaan dan volatilitas nilai tukar yang terjaga. Sementara itu, inflasi volatile food dan inflasi
administered price tercatat rendah sejalan dengan peningkatan produksi pangan
dan relatif minimalnya gangguan distribusi serta tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis.
199
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2012
, Jakarta : Bank Indonesia, 2012, hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
mencatat pertumbuhan yang positif didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat serta persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.
200
Stabilitas keuangan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang kian membaik. Kinerja industri perbankan yang baik tercermin dari
tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah. Kegiatan intermediasi perbankan berupa penyaluran kredit untuk meningkatkan
kapasitas perekonomian nasional terus berlanjut.
201
Rapat Dewan Gubernur RDG Bank Indonesia pada tanggal 11 Desember 2012 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomoor 1445DPSHMHumas
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75. Tingkat suku bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali
sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5 ± 1. Evaluasi terhadap kinerja tahun 2012 dan prospek tahun 2013-2014 secara umum
menunjukkan bahwa perekonomian domestik tumbuh tetap baik dengan stabilitas yang terjaga.
202
8. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2013
Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 tumbuh baik di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global. Sumber pertumbuhan ekonomi berasal
dari kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih kuat. Kinerja ekspor mengalami peningkatan sejalan dengan prospek pemulihan ekonomi global. Di
200
Ibid., hlm. 16
201
Ibid., hlm. 2
202
Ibid., hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
sisi lain, impor juga tumbuh tinggi seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan merespons perbaikan kinerja ekspor.
203
Gejolak harga kelompok volatile food yang terjadi sejak awal tahun hingga Maret 2013 mendorong tingginya tekanan inflasi IHK pada triwulan I 2013
Sumber pendorong utama inflasi di sepanjang triwulan I berasal dari kelompok volatile foods akibat terbatasnya pasokan beberapa komoditas pangan strategis.
Tekanan pada inflasi inti relatif stabil seiring dengan melambatnya harga global, terjaganya stabilitas nilai tukar, kondusifnya kondisi penawaran dan permintaan
serta cukup terkendalinya ekspektasi inflasi. Sementara itu, tekanan inflasi administered price
tercatat moderat. Tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan I
2013 namun dengan intensitas yang lebih moderat dan tingkat volatilitas yang terjaga. Sumber tekanan pelemahan rupiah disebabkan oleh masih tingginya
permintaan valuta asing valas di pasar valas domestik sejalan dengan masih tingginya impor di tengah perbaikan ekspor yang masih terbatas. Namun,
pelemahan tekanan depresiasi yang lebih dalam dapat tertahan seiring dengan arus masuk modal yang meningkat.
204
Pasar keuangan, perkembangan suku bunga PUAB sepanjang triwulan I 2013 masih bergerak stabil di batas bawah koridor. Sementara itu, suku bunga
kredit dan deposito terus menurun meski selisih suku bunga semakin lebar selama 3 tahun terakhir. Kinerja pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara SBN
masih tumbuh positif bahkan pasar mencapai level tertinggi sepanjang sejarah
203
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2013
, Jakarta : Bank Indonesia, 2013, hlm. 16
204
Ibid., hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
bursa domestik didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat serta meningkatnya optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia.
205
Rapat Dewan Gubernur RDG Bank Indonesia pada 11 April 2013 melalui Siaran Pers Nomor 159PSHMHumas
memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate pada level 5,75. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014 yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66PMK.0112012 tentang Sasaran Inflasi Tahun 2013,2014, dan 2015 sebesar 4,5 ± 1. Mencermati
meningkatnya tekanan inflasi jangka pendek harga bahan pangan volatile foods akhir-akhir ini dan masih berlanjutnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal,
Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter melalui penyerapan ekses likuiditas yang lebih besar ke tenor yang lebih jangka panjang. Bank Indonesia
juga tetap mewaspadai sejumlah risiko terhadap tekanan inflasi tersebut dan akan menyesuaikan respons kebijakan peredaran uang sesuai kebutuhan. Kebijakan
stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental yang selama ini dilakukan akan dilanjutkan, diperkuat dengan percepatan upaya-upaya
pendalaman pasar valuta asing. Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi bersama Pemerintah dengan focus pada upaya menekan defisit transaksi berjalan
dan meminimalkan potensi tekanan inflasi dari sisi volatile foods, termasuk kebijakan impor hortikultura.
206
Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2013 tumbuh 5,9, lebih rendah dari sebelumnya sebesar 6,2. Perlambatan PDB terutama dipengaruhi oleh
melambatnya konsumsi rumah tangga dan investasi, khususnya non-bangunan,
205
Ibid., hlm. 1
206
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
ditengah kinerja pertumbuhan ekspor yang masih terbatas. Konsumsi rumah tangga melambat seiring dengan pelemahan daya beli akibat inflasi yang
merambat naik.
207
Inflasi IHK pada Juni 2013 meningkat cukup tinggi mencapai 5,90 didorong oleh kenaikan inflasi administered prices dan volatile food . Sementara
itu inflasi inti tercatat stabil dan berada pada level yang cukup rendah 3,98. Namun demikian, peningkatan inflasi sesuai dengan prakiraan Bank Indonesia
karena terkait dampak kenaikan harga BBM. Depresiasi rupiah pada triwulan II-2003 masih berlanjut sejalan dengan
kinerja neraca pembayaran yang tidak sekuat sebelumnya. Tekanan terhadap rupiah sempat meningkat pada Juni 2013 akibat koreksi kepemilikan non-residen
di aset keuangan domestik merespon meningkatnya ketidakpastian perekonomian dunia. Koreksi kepemilikan non-residen juga dipengaruhi oleh faktor internal
yakni antisipasi terhadap kebijakan BBM bersubsidi oleh pemerintah dan kekhawatiran berlanjutnya defisit neraca transaksi berjalan.
208
Pasar keuangan, setelah dikeluarkannya Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1530DPM , dimana suku bunga PUAB ON meningkat sejalan dengan
kenaikan Deposit Facilty dan BI Rate. Kenaikan suku bunga juga terjadi di suku bunga deposito, sedangkan suku bunga kredit masih stabil. Sementara itu, kinerja
pasar saham dan pasar SBN mengalami tekanan yang disebabkan oleh ketidakpastian global dan kekhawatiran investor terhadap kenaikan laju inflasi
pasca kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga BBM serta defisit neraca pembayaran.
207
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2013
, Jakarta : Bank Indonesia, 2013, hlm. 12
208
Ibid., hlm. 13
Universitas Sumatera Utara
Rapat Dewan Gubernur RDG Bank Indonesia pada 11 Juli 2013 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1514DKom memutuskan untuk menaikkan
BI Rate sebesar 50 bps menjadi 6,5, dengan suku bunga DF naik 50 bps menjadi 4,75 dan suku bunga Lending Facility tetap pada level 6,7 .
Kebijakan tersebut ditempuh untuk memastikan inflasi yang meningkat pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dapat segera kembali ke dalam lintasan
sasaranya. Pertama, melanjutkan stabilisasi nilai tukar rupiah yabg sesuai kondisi fundamentalnya dan menjaga kecukupan likuiditas valas. Kedua,
menyempurnakan ketentuan loan to value ratio sektor properti terkait Kredit Pemilikan RumahKredit Pemilikan Apartemen untuk tipe-tipe tertentu. Ketiga,
memperkuat langkah koordinasi dengan pemerintah dengan fokus meminimalkan tekanan inflasi serta memelihara stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Bank Indonesia meyakini bauran kebijakan sebagaimana dimuat dalam Surat Pers Bank Indonesia Nomor 1512DKom cukup memadai untuk mengendalikan
tekana inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan stabilitas sistem keuangan agar momentum pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga dan bergerak kepada
arah yang sehat.
209
Berbagai ketidakpastian ekonomi global masih akan berlanjut tidak dapat dihindari dan akan mempengaruhi prospek perekonomian Indonesia. Sejalan
dengan proyeksi ekonomi global yang belum cukup kuat, proses penyesuaian ekonomi domestik diperkirakan masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan III-2013 masih berada pada tren menurun sehingga keseluruhan tahun 2013 berada pada kisaran 5,5-5,9. Sementara itu, tekanan inflasi sudah
209
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
kembali pada pola normal sehingga diperkirakan berada pada kisaran 9,0- 9,8.
210
Menyikapi berbagai perkembangan tersebut serta prospek ke depan, Bank Indonesia pada Rapat Dewan Gubernur tanggal 8 Oktober 2013 melalui Siaran
Pers Bank Indonesia Nomor 1536Dkom memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 7,25, dengan Lending Facility dan Deposit Facility tetap pada
level 7,25 dan 5,50. Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan perekonomian global dan nasional serta memperkuat koordinasi dengan
pemerintah, khususnya dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan. Bank Indonesia meyakini bahwa kebijakan-kebijakan yang telah ditempuh
sebelumnya akan mengarah pada penyesuaian defisit transaksi berjalan dan pengendalian inflasi menuju ke sasaran 4,5±1 pada 2014. Bank Indonesia
berkomitmen untuk terus mengeluarkan dan mengkalibrasi bauran kebijakan peredaran uang dan makroprudensial secara optimal dan tepat waktu, untuk
memastikan bahwa inflasi dan ekspektasi inflasi tetap terkendali, nilai tukar Berbagai tekanan pada perekonomian masih terjadi, stabilitas keuangan
tetap terjaga dengan dukungan ketahanan industri perbankan yang solid. Rasio kecukupan modal tetap tinggi, sedangkan rasio kredit bermasalah tetap terjaga
rendah. Pertumbuhan kredit mulai menunjukkan perlambatan sesuai dengan perkembangan ekonomi, meski masih pada level yang cukup tinggi. Selain itu,
hasil uji tekanan stress test industri perbankan, baik dari sisi likuiditas, kredit maupun permodalan, menunjukkan adanya ketahanan yang kuat terhadap berbagai
risiko, seperti perlambatan ekonomi, kenaikan suku bunga dan depresiasi rupiah.
210
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III-2013
, Jakarta : Bank Indonesia, 2013, hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
rupiah sesuai fundamentalnya, dan defisit transaksi berjalan menurun ke tingkat yang sehat dalam jangka panjang.
211
Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun
2013 mulai mengendalikan perekonomian ke arah yang diharapkan. Respon antisipatif Bank Indonesia melalui bauran kebijakan dapat mengendalikan inflasi
kembali ke lintasan sasaran 4,5+1 pada 2014 dan 4,0+1 pada 2015. Kebijakan Bank Indonesia yang berinteraksi dengan kebijakan fiskal yang
konsolidatif dan ditopang koordinasi yang intensif, juga mulai dapat mengarahkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat, namun dibarengi proses
moderasi pertumbuhan ekonomi yang tetap terkendali. Perkembangan triwulan IV 2013 ini cukup positif karena diharapkan dapat menjadi basis kesinambungan
pertumbuhan ekonomi ke depan.
212
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV 2013 tercatat lebih baik dari perkiraan Bank Indonesia dan disertai dengan struktur yang lebih berimbang.
Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2013 meningkat dari 5,63 pada triwulan III 2013 menjadi 5,72, ditopang oleh membaiknya ekspor riil sejalan dengan
kenaikan permintaan mitra dagang negara-negara maju. Sementara itu, pertumbuhan permintaan domestik mengalami moderasi tercermin dari
melambatnya konsumsi rumah tangga dan investasi, khususnya investasi nonbangunan. Dengan perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia
keseluruhan tahun 2013 tercatat 5,78, masih cukup tinggi jika dibandingkan
211
Ibid., hlm. 3
212
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2013
, Jakarta : Bank Indonesia, 2013, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara dalam kelompok peringkat yang sama.
Fundamental perekonomian Indonesia yang membaik berdampak positif pada meredanya tekanan depresiasi nilai tukar rupiah di triwulan IV 2013 dan
berlanjut pada Januari 2014. Secara rata-rata, rupiah Januari 2014 tercatat Rp 12.075 per dolar AS, melemah 0,7, lebih rendah dibandingkan pelemahan rata-
rata rupiah pada Desember 2013 sebesar 3,74. Dengan perkembangan ini maka indeks nilai tukar rupiah riil efektif Real Effective Exchange Rate tercatat 94,2
sehingga daya saing harga ekspor Indonesia relatif tinggi dan juga dapat menopang proses penyesuaian sektor eksternal ke arah yang lebih baik. Aktivitas
pasar uang, baik Rupiah maupun valas semakin berkembang dinamis dengan volume transaksi yang meningkat dan premi risiko seperti tercermin pada Credit
Default Swap CDS yang menurun. Hal ini tidak terlepas dari langkah-langkah
Bank Indonesia untuk pendalaman pasar keuangan, termasuk swap lindung nilai dan repo antar bank dengan mini MRA sebagaimana diumumkan melalui Siaran
Pers Bank Indonesia Nomor 169DKom.
213
Respon kebijakan juga dapat menurunkan tekanan inflasi sehingga kembali pada lintasan sasaran 4,5+1 pada 2014 dan 4,0+1 pada 2015. Inflasi
IHK pada triwulan IV 2013 mencapai 8,38, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,40. Penurunan tekanan inflasi terjadi pada seluruh
komponen inflasi yakni inflasi inti, volatile food dan administered prices. Inflasi pada Januari 2014 juga masih sesuai dengan pola historisnya sehingga belum
mengganggu prospek pencapaian sasaran inflasi 2014. Meskipun lebih tinggi
213
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan inflasi Desember 2013, inflasi Januari 2014 sebesar 1,07 tidak berbeda jauh dibandingkan dengan rata-rata inflasi tahun 2008-2013.
Kenaikan inflasi Januari 2014 terutama dipengaruhi kenaikan inflasi volatile food akibat bencana alam dan banjir yang kemudian mengganggu produksi dan
distribusi pangan di berbagai daerah terutama Jawa dan Sumatera. Sementara itu, inflasi inti sedikit meningkat antara lain didorong dampak pelemahan rupiah ke
beberapa kelompok barang seperti kendaraan bermotor serta alat elektronik. Mengevaluasi perkembangan terkini, serta prospek dan risiko
perekonomian ke depan, Bank Indonesia pada 13 Februari 2014 melalui Siaran Pers Nomor 168DKom memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar
7,50, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50 dan 5,75. Kebijakan tersebut masih
konsisten dengan stance kebijakan peredaran uang ketat untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1 pada 2014 dan 4,0±1 pada 2015, serta
menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat bauran kebijakan peredaran uang dan
makroprudensial, melanjutkan upaya pendalaman pasar, serta meningkatkan koordinasi dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi
berjalan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia juga terus mendorong penggunaan rupiah untuk transaksi di dalam negeri sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2011 tentang Mata Uang dan perluasan instrumen lindung nilai dalam transaksi valas. Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan OJK untuk mengarahkan
pertumbuhan kredit ke depan sejalan dengan moderasi pertumbuhan permintaan domestik. Selain itu, Bank Indonesia terus mencermati berbagai risiko, baik dari
Universitas Sumatera Utara
global maupun domestik, dan memastikan langkah-langkah antisipasi agar stabilitas makroekonomi tetap terjaga.
214
9. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2014
Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2014 dan April 2014 menunjukan stabilitas ekonomi yang semakin terjaga dengan ditopang penyesuaian ekonomi
yang tetap terkendali. Dalam perkembangan ini, inflasi berada dalam tren menurun dan dibarengi oleh defisit transaksi berjalan yang mengecil. Aliran
masuk modal asing juga meningkat sejalan dengan perbaikan fundamental ekonomi tersebut yang pada gilirannya berkontribusi pada nilai tukar rupiah yang
berada dalam tren menguat. Sejalan dengan itu, permintaan domestik tetap terkelola dengan baik, meskipun pertumbuhan ekonomi menurun cukup tajam dan
lebih rendah dari perkiraan akibat kontraksi ekspor rill dari sektor pertambangan. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari berbagai arah kebijakan
stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan 2013 dan ditopang pemulihan ekonomi global yang membaik, meskipun belum merata.
Pada triwulan I 2014 dan April 2014, Bank Indonesia melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1622DKom mempertahankan BI Rate pada 7,50, dengan
suku bunga LF dan suku bunga DF masing-masing sebesar 7,50 dan 5,75. Kebijakan ini dinilai masih konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi tetap
berada dalam lintasan sasaran inflasi 4,5+1 pada 2014 dan 4,0+1 pada 2015 sekaligus menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat.
Kebijakan tersebut diperkuat koordinasi dengan pemerintah baik dalam konteks
214
Ibid., hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
kebijakan siklikal mengelola permintaan domestik maupun kebijakan yang bersifat struktural dan jangka menengah.
215
Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2014 menunjukkan bahwa proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang masih
terus berlangsung dengan ditopang oleh stabilitas makro ekonomi yang tetap terjaga. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari konsistensi kebijakan yang
ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan 2013 untuk memperkuat stabilitas ekonomi dan mengelola pertumbuhan ekonomi agar
bergerak secara seimbang dan berkesinambungan. Selama triwulan I dan II 2014 serta Juli 2014, Bank Indonesia melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor
1645Dkom mempertahankan BI Rate pada 7,50, dengan suku bunga Lending Facility
dan suku bunga Deposit Facility masing-masing sebesar 7,50 dan 5,75. Kebijakan ini dinilai masih konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi
tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi 4,5±1 pada 2014 dan 4,0±1 pada 2015 sekaligus menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat.
Kebijakan tersebut diperkuat koordinasi dengan pemerintah baik dalam konteks kebijakan siklikal mengelola permintaan domestik maupun kebijakan yang
bersifat struktural dan jangka menengah.
216
Kinerja NPI membaik pada triwulan II 2014 meskipun defisit transaksi berjalan meningkat. NPI mencatat surplus ditopang kinerja transaksi modal dan
finansial. Defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2014 mencapai USD 9,1 miliar 4,27 dari PDB, menurun dari defisit pada triwulan II 2013 sebesar
215
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2014
, Jakarta : Bank Indonesia, 2014, hlm. 1
216
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2014
, Jakarta : Bank Indonesia, 2014, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
USD10,1 miliar 4,47 dari PDB sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah, meskipun meningkat dari defisit
pada triwulan I 2014 sebesar USD4,2 miliar 2,05 dari PDB sejalan dengan pola musimannya. Peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas belum
mampu mengimbangi peningkatan defisit neraca perdagangan migas. Inflasi terjaga dan berada dalam tren yang menurun sehingga mendukung
prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5±1. Inflasi triwulan II 2014 tercatat 6,70, menurun dibandingkan 7,32 pada triwulan sebelumnya. Inflasi
yang terkendali berlanjut di bulan Juli 2014, tercatat sebesar 0,93 atau 4,53, cukup rendah bila dibandingkan pola musiman Lebaran dalam tiga tahun terakhir.
Penurunan tersebut ditopang oleh menurunnya tekanan inflasi volatile food dan terjaganya inflasi inti. Inflasi volatile food menurun seiring dengan pasokan yang
membaik terkait dengan datangnya musim panen. Sementara itu, terjaganya inflasi inti ditopang oleh moderasi permintaan domestik, minimalnya tekanan
harga global, serta ekspektasi inflasi yang tetap terjaga.
217
Stabilitas sistem keuangan masih solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri
perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Pada akhir triwulan II 2014, rasio kecukupan
modal CAR masih tinggi sebesar 19,40, jauh di atas ketentuan minimum 8, sedangkan rasio kredit bermasalah NPL tetap rendah dan stabil di kisaran 2,00.
Sementara itu, pertumbuhan kredit kepada sektor swasta melambat menjadi 16,6, lebih rendah dari pertumbuhan di akhir triwulan I 2014 sebesar 19,1,
217
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
sejalan dengan proses penyesuaian dalam perekonomian. Kondisi likuiditas baik dalam perekonomian maupun perbankan pada triwulan II 2014 relatif terjaga,
serta relatif stabilnya suku bunga pasar uang. Beberapa bank mengalami keketatan likuiditas, terutama yang masih cenderung ekspansif, sehingga mendorong
persaingan dana dan peningkatan suku bunga perbankan. Sementara itu, kinerja pasar modal pada triwulan II 2014 dan Juli 2014 juga membaik, tercermin pada
IHSG yang berada dalam tren meningkat.
218
218
Ibid., hlm 3
Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan
yang terjaga serta proses penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih seimbang. Hal ini tercermin pada defisit transaksi berjalan yang menurun dan permintaan
domestik yang tetap terkelola. Konsidi tersebut tidak terlepas dari kebijakan stabilisasi ekonomi yang mampu secara konsisten menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan. Sepanjang triwulan III-2014, Bank Indonesia melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1656DKom
mempertahankan BI Rate pada 7,50, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing sebesar 7,50 dan 5,75. Kebijakan
ini dinilai konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi 4,5±1 pada 2014 dan 4,0±1 pada 2015 sekaligus
menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Kebijakan tersebut juga didukung penguatan koordinasi dengan pemerintah baik dalam pengendalian
inflasi dan defisit transaksi berjalan, serta dalam rangka mendorong kebijakan
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat struktural untuk memperkuat fundamental perekonomian dalam jangka menengah-panjang.
219
Stabilitas sistem keuangan masih solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri
perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Pada akhir triwulan III 2014, rasio kecukupan
modal CAR masih tinggi, sebesar 19,40, jauh di atas ketentuan minimum 8, sedangkan rasio kredit bermasalah NPL tetap rendah dan stabil di kisaran 2,0.
Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit melambat menjadi 13,16, lebih rendah dari pertumbuhan di akhir triwulan II 2014 17,2, sejalan dengan
proses penyesuaian dalam perekonomian. Meskipun melambat dibandingkan triwulan II 2014, pertumbuhan DPK pada September 2014 meningkat
dibandingkan bulan sebelumnya dan tercatat sebesar 13,32. Hal ini seiring dengan operasi keuangan pemerintah yang ekspansif. Sejalan dengan hal tersebut,
kondisi likuiditas perbankan pada triwulan III 2014 relatif terjaga. Sementara itu, Kinerja NPI membaik pada triwulan III 2014, terutama ditopang oleh
defisit transaksi berjalan yang menurun. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2014 mencapai 6,836 miliar dolar AS 3,07 dari PDB, menurun dari defisit
pada triwulan II 2014 sebesar 8,689 miliar dolar AS 4,07 dari PDB dan triwulan III 2013 sebesar 8,635 miliar dolar AS 3,89 dari PDB. Perbaikan
transaksi berjalan terutama didukung oleh kenaikan yang besar pada neraca perdagangan nonmigas sejalan dengan kebijakan stabilisasi ekonomi yang
ditempuh selama ini, ditengah defisit neraca migas yang masih meningkat.
219
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III-2014
, Jakarta : Bank Indonesia, 2014, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
kinerja pasar modal juga membaik, tercermin pada IHSG yang berada dalam tren meningkat.
220
Perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2014 dan Januari 2015 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga. Hal ini
tercermin pada defisit transaksi berjalan yang menurun dan inflasi yang terkendali. Sementara itu, ekonomi domestik tumbuh meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya, meskipun secara keseluruhan 2014 melambat. Pencapaian tersebut tidak lepas dari kebijakan stabilisasi ekonomi yang selama ini ditempuh
oleh Bank Indonesia dan pemerintah secara konsisten dan terukur. Kebijakan tersebut juga didukung oleh penguatan koordinasi dengan pemerintah, baik dalam
hal pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, serta dalam rangka mendorong kebijakan yang bersifat struktural guna memperkuat fundamental
perekonomian dalam jangka menengah-panjang.
221
Inflasi tetap terjaga dan mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2015. IHK dibulan Januari 2015 mencatat deflasi sebesar 0,24, terutama
bersumber pada penurunan harga BBM dan meredanya tekanan inflasi volatile food
. Untuk memperkuat pencapaian sasaran inflasi tersebut, Bank Indonesia Nilai tukar rupiah melemah seiring dengan apresiasi dolar AS yang terjadi
secara luas. Pada triwulan IV-2014, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 3 ke level Rp 12.244 per dolar AS. Bank Indonesia menilai bahwa pergerakan nilai
rupiah mendorong perbaikan defisit transaksi berjalan, baik melalui penurunan impor khususnya barang konsumsi maupun meningkatkan daya saing ekspor
khususnya manufaktur.
220
Ibid., hlm. 2
221
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2014
, Jakarta : Bank Indonesia, 2014, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
terus meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, khususnya dalam mengendalikan inflasi bahan pangan dan inflasi administered
prices .
Stabilitas sistem keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar. Ketahanan industri perbankan tetap
kuat dengan risiko kredit, likuiditas, dan pasar yang cukup terjaga serta dukungan modal yang kuat. Pada akhir triwulan IV-2014, CAR masih tinggi sebesar 19,40
jauh diatas ketentuan minimum 8, sedangkan NPL tetap rendah dan stabil di kisaran 2,0. Kondisi likuiditas menaik terutama didorng oleh ekspansi rekening
pemerintah. Perbaikan tersebut berlanjut hingga Januari 2015 disumbang oleh aliran masuk uang kartal pasca perayaan akhir tahun. Dari fungsi intermediasi,
pertumbuhan kredit melambat menjadi 11,6, lebih rendah dari pertumbuhan di akhri triwulan III-2014. Sementara itu pertumbuhan DPK pada Desember 2014
tercatat sebesar 12,3. Di sisi lain, kinerja pasar modal juga membaik, tercermin pada IHSG yang berada dalam tren meningkat.
Mempertimbangkan kondisi terkini, serta prospek risiko perekonomian kedepan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17 Februari 2015 melalui
Siaran Pers Nomor 1649DKom memutuskan untuk meningkatkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,50 dengan suku bunga Deposit Facility turun 25 bps
menjadi 5,50 dan Lending Facility tetap pada level 8,0 berlaku efektif sejak 18 Februari 2015. Kebijakan tersebut diambil dengan keyakinan Bank Indonesia
bahwa inflasi akan tetap terkendali dan rendah sehingga berada di kisaran bawah sasaran 4±1 pada 2015 dan 2016. Kebijakan ini masih sejalan dengan upaya
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia mengendalikan defisit transaksi berjalan pada tingkat yang lebih sehat.
222
10. Implementasi Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia Tahun 2014
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan, namun stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga. Perlambatan
ekonomi bersumber dari melambatnya kinerja konsumsi pemerintah dan investasi bangunan serta masih lemahnya kinerja ekspor. Di sisi lain, stabilitas
makroekonomi masih terjaga, yang ditunjukkan dengan menurunnya defisit transaksi berjalan dan terkendalinya inflasi. Sementara itu, nilai tukar relatif
terkendali meskipun mengalami tekanan. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari dukungan kebijakan pengelolaan makroekonomi yang dilakukan secara
prudensial dan konsisten. Kebijakan tersebut juga ditopang oleh koordinasi dengan pemerintah, baik dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan,
serta dalam rangka mendorong kebijakan yang bersifat struktural untuk memperkuat fundamental perekonomian dalam jangka menengah-panjang.
Respons kebijakan Bank Indonesia tetap fokus pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap mendukung terpeliharanya momentum pertumbuhan
ekonomi.
223
Triwulan I 2015 pada NPI mencatat surplus, terutama ditopang oleh menurunnya defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan tercatat sebesar
3,8 miliar dolar AS 1,8 PDB pada triwulan I 2015, Peningkatan kinerja transaksi berjalan terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan migas,
seiring dengan menyusutnya impor minyak karena harga minyak dunia yang lebih
222
Ibid., hlm. 2
223
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2015
, Jakarta : Bank Indonesia, 2015, hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
rendah dan turunnya konsumsi BBM sebagai implikasi positif dari reformasi subsidi energi. Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia pada April 2015
menunjukkan perkembangan yang positif dengan mencatat surplus sebesar 0,45 miliar dolar AS, ditopang oleh kenaikan surplus neraca nonmigas. Di sisi lain,
transaksi modal dan finansial tetap mencatat surplus triwulan I 2015, di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Surplus transaksi modal
dan finansial tersebut terutama ditopang oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung. Dengan perkembangan
tersebut, cadangan devisa pada akhir April 2015 tercatat sebesar 110,9 miliar dolar AS atau setara dengan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia terus mewaspadai risiko
peningkatan defisit transaksi berjalan seiring kenaikan impor menjelang lebaran, serta pola musiman pembayaran utang luar negeri dan dividen.
224
224
Ibid., hlm. 2
Nilai tukar rupiah mengalami tekanan seiring penguatan dolar AS terhadap hamper semua mata uang. Pada triwulan I 2015, rupiah secara rata-rata melemah
sebesar 4,4 ke level Rp12.807 per dolar AS.. Namun, rupiah kembali menguat di bulan April 2015 sejalan dengan koreksi dolar AS dan persepsi risiko
perekonomian domestik yang membaik. Rupiah secara rata-rata menguat 0,95 ke level Rp12.944 per dolar AS. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga
stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung stabilitas makroekonomi yang terjaga dan penyesuaian ekonomi ke
arah yang lebih sehat dan berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
Inflasi pada April 2015 tetap terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2015 yakni 4,0±1. Inflasi IHK bulan April 2015 tercatat sebesar
6,79. Peningkatan tekanan inflasi bersumber dari kenaikan kelompok administered prices
, sementara tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok volatile food
relatif masih terjaga. Peningkatan inflasi administered prices terutama didorong oleh kenaikan harga bensin premium dan bensin solar di akhir
bulan Maret 2015, tarif angkutan dalam kota, serta bahan bakar rumah tangga. Sementara itu, kelompok volatile food secara bulanan masih mencatat deflasi
seiring dengan masa panen. Di sisi lain, inflasi inti relatif terjaga dan tercatat sebesar 5,04, seiring dengan permintaan domestik yang masih moderat dan
ekspektasi inflasi yang terkendali. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai faktor risiko yang memengaruhi inflasi, khususnya terkait
dengan perkembangan harga minyak dunia, penyesuaian administered prices, serta faktor musiman menjelang Ramadhan dan lebaran.
225
Stabilitas sistem keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri
perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Pada Maret 2015, CAR masih tinggi, sebesar
20,7, jauh di atas ketentuan minimum 8. Sementara itu, NPL tetap rendah dan stabil di kisaran 2,4. Kondisi likuiditas cukup memadai sebagaimana tercermin
pada pertumbuhan DPK pada Maret 2015 tercatat sebesar 16,0, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 15,2. Sementara itu, pertumbuhan kredit masih
rendah yaitu tercatat 11,3, menurun dari bulan sebelumnya sebesar 12,2. Ke
225
Ibid., hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
depan, Bank Indonesia meyakini pertumbuhan kredit akan meningkat dan diperkirakan dapat mendekati kisaran 15-17 didukung oleh cukup
memadainya kondisi likuiditas perbankan, meningkatnya aktivitas ekonomi sejalan dengan ekspansi keuangan Pemerintah, serta pelonggaran kebijakan
makroprudensial. Ketentuan GWM-PDR direvisi kedalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 17212015 tentang Pelonggaran Atas Kewajiban Pemenuhan
GWM dan berkoordinasi dengan OJK merevisi ketentuan LTV kedalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 1710PBI2015 tentang Rasio Loan To Value untuk
Kredit Kepemilikan Rumah, serta ketentuan pembayaran uang muka down payment untuk Kredit Kendaraan Bermotor.
226
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 masih mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi terutama disebabkan oleh melambatnya
pertumbuhan investasi dan konsumsi pemerintah serta masih lemahnya kinerja ekspor. Di sisi lain, stabilitas makroekonomi masih terjaga yang ditunjukkan
dengan defisit transaksi berjalan yang menurun dan inflasi yang tetap terkendali. Sementara itu, sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai
tukar rupiah masih mengalami tekanan depresiasi, yang selanjutnya berpotensi mengganggu stabilitas makroekonomi yang sampai saat ini masih terjaga.
Menyikapi perkembangan tersebut, respons kebijakan dilakukan secara prudent dan konsisten. Hal itu tercermin pada bauran kebijakan Bank Indonesia yang tetap
fokus pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, dalam jangka pendek, fokus
kebijakan Bank Indonesia diarahkan pada langkah-langkah untuk menjaga
226
Ibid., hlm. 4
Universitas Sumatera Utara
stabilitas nilai tukar Rupiah. Selain itu, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mempercepat stimulus fiskal untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, serta melanjutkan berbagai kebijakan struktural yang menjadi kunci perbaikan prospek ekonomi Indonesia kedepan.
227
Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, terutama dipengaruhi oleh sentiment eksternal. Pada triwulan II 2015, rupiah secara rata-rata melemah
sebesar 2,47 ke level Rp13.131 per dolar AS. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa, sejalan dengan reaksi pasar global terhadap keputusan
Tiongkok yang melakukan depresiasi mata uang Yuan, hampir seluruh mata uang dunia, termasuk Rupiah, mengalami tekanan depresiasi. Rupiah mencatat
pelemahan cukup dalam overshoot dan telah berada di bawah nilai fundamentalnya undervalued. Menyikapi perkembangan tersebut, Bank
Indonesia telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya, sehingga dapat mendukung
terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
228
Inflasi lebaran 2015 terkendali dan lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi historis lebaran dalam empat tahun terakhir. Hal tersebut ditopang oleh
inflasi volatile food yang terjaga dan inflasi inti yang rendah. Inflasi IHK pada Juli 2015 tercatat sebesar 7,26. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK sampai
dengan Juli 2015 tercatat masih rendah, yaitu 1,9. Inflasi inti tercatat sebesar 4,86, cukup rendah dibandingkan pola historisnya, didukung oleh ekspektasi
inflasi yang terkendali dan kegiatan ekonomi domestik yang melambat. Sementara itu, inflasi volatile food tercatat sedikit lebih tinggi dari pola historisnya, namun
227
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2015
, Jakarta : Bank Indonesia, 2015, hlm. 1
228
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
tetap terkendali dengan realisasi sebesar 8,97. Terjaganya inflasi volatile food tidak terlepas dari upaya stabilisasi harga yang dilakukan pemerintah, baik di
pusat maupun di daerah. Berdasarkan perkembangan inflasi sampai dengan Juli, Bank Indonesia memandang bahwa target inflasi 2015 sebesar 4±1 dapat
dicapai dengan dukungan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah.
Stabilitas sistem keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri
perbankan tetap kuat dengan risiko-risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga. Pada Juni 2015, CAR masih kuat, jauh di atas ketentuan minimum 8,
yaitu sebesar 20,1. Sementara itu, NPL tetap rendah dan berada di kisaran 2,6. Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit tercatat 10,4, relatif tidak
berubah dari bulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan DPK pada Juni 2015 tercatat sebesar 12,7. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan
pelonggaran kebijakan makroprudensial oleh Bank Indonesia, pertumbuhan kredit diperkirakan akan meningkat.
229
Mempertimbangkan kondisi terkini, serta prospek dan risiko perekonomian ke depan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18 Agustus
2015 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1763DKom memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50, dengan suku bunga Deposit Facility
5,50 dan Lending Facility pada level 8,00. Keputusan tersebut sejalan dengan upaya membawa inflasi menuju pada kisaran sasaran sebesar 4±1 di 2015 dan
2016. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek diarahkan pada
229
Ibid., hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global, dengan mengoptimalkan
operasi moneter baik di pasar uang rupiah maupun pasar valuta asing. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan peredaran uang dan
makroprudensial untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar, dan stabilitas sistem keuangan dalam mendukung
kesinambungan perekonomian. Selain itu, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam mempercepat stimulus fiskal untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, serta melanjutkan berbagai kebijakan struktural yang menjadi kunci perbaikan prospek ekonomi Indonesia
230
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2015 meningkat dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga terkait meningkatnya
belanja pemerintah, khususnya terkait realisasi proyek-proyek infrastruktur dan tetap kuatnya dorongan konsumsi. Di sisi lain, stabilitas ekonomi meningkat
ditunjukkan oleh inflasi yang menurun dan defisit transaksi berjalan yang berada pada level rendah. Sementara itu, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan akibat
faktor eksternal, mulai menguat pada Oktober 2015. Perkembangan tersebut memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan peredaran uang. Namun, risiko
eksternal seperti kemungkinan kenaikan FFR oleh The Fed dan keberagaman kebijakan peredaran uang yang dilakukan oleh bank-bank sentral di dunia tetap
perlu diwaspadai. Menyikapi tersebut, bauran kebijakan Bank Indonesia tetap
230
Ibid., hlm 4
Universitas Sumatera Utara
fokus pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap memberikan ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang mulai meningkat.
231
Oktober 2015. IHK mengalami deflasi, sehingga inflasi keseluruhan 2015 diperkirakan sesuai kisaran target 4±1. Deflasi tercatat pada kelompok volatile
foods seiring berlanjutnya koreksi harga bahan pangan. Selain itu, inflasi inti dan
inflasi administered prices juga tergolong rendah dibandingkan historisnya. Inflasi inti mencapai 5,02 dengan menguatnya rupiah, masih terbatasnya
permintaan domestik, dan terkendalinya ekspektasi inflasi. Inflasi administered prices rendah didorong oleh penurunan harga solar dan masih berlangsungya
dampak penurunan harga LPG 12 kg pada bulan September. Nilai tukar rupiah melemah setelah mengalami tekanan depresiasi sebesar
5,35 ke level Rp 13.783 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu kekhawatiran terhadap normalisasi kebijakan The Fed
dan devaluasi Yuan. Namun, rupiah menguat Oktober 2015 dipicu oleh membaiknya optimism terhadap prospek ekonomi Indonesia sejalan dengan
rangkaian paket kebijakan pemerintah dan paket stabilisasi nilai tukar yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
232
Stabilitas keuangan tetap solid, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap
kuat dengan risiko-risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga. Pada September 2015, CAR masih kuat, jauh diatas ketentuan minimum 8 yaitu
20,4. Sementara itu NPL tetap berada di kisaran 2,7. Dari fungsi intermediasi,
231
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III-2015
, Jakarta : Bank Indonesia, 2015, hlm. 1
232
Ibid., hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan kredit tercatat sebesar 11,1. Sementara itu, pertumbuhan DPK tercatat sebesar 11,7.
233
Mempertimbangkan kondisi terkini, serta prospek dan risiko perekonomian kedepan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17
November 2015 melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomor 1786DKom memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 7,50 dengan suku bunga
Deposit Facility 5,50 dan Lending Facility pada level 8,00. Sementara itu, RDG menurunkan GWM-PDR melalui Siaran Pers Bank Indonesia Nomo
1788DKom dari sebelumnya 8,0 menjadi 7,50, berlaku efektif sejak 1 Desember 2015.
234
Rupiah bergerak stabil pada triwulan IV-2015 dengan tren menguat, didorong oleh meningkatnya aliran modal asing seiring dengan risiko pasar
keuangan global yang semakin mereda dan persepsi positif terhadap ekonomi domestik. Selama triwulan IV 2015 nilai tukar Rupiah menguat sebesar 6,27
dan mencapai level Rp 13.785 per dolar AS. Penguatan terus berlanjut hingga Januari 2016. Rupiah berhasil menguat 0,1 dan ditutup di level Rp.13.775 per
dolar AS pada akhir Januari 2016.
235
Inflasi Januari 2016 melambat dan mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2016 yakni 4,0±1. Inflasi IHK tercatat sebesar 0,51, melambat
dari bulan sebelumnya 0,96. Melambatnya inflasi tersebut terutama disumbang oleh deflasi komponen administered prices dan relatif rendahnya inflasi inti.
Kelompok administered prices mengalami deflasi, terutama didorong oleh
233
Ibid., hlm. 3
234
Ibid., hlm. 5
235
Tim Penulis Laporan Triwulanan Bank Indonesia, Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III-2015
, Jakarta : Bank Indonesia, 2015, hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
penurunan harga BBM, tarif angkutan udara dan harga LPG 12 kg. Sementara itu, inflasi inti tergolong rendah, yaitu 3,62, ditopang oleh terjaganya ekspektasi
inflasi dan masih rendahnya tekanan permintaan. Di sisi lain, inflasi pada kelompok volatile food relatif terkendali di tengah terjadinya gejala El Nino. Ke
depan, tren penurunan harga minyak dunia diharapkan dapat mendorong penurunan tekanan inflasi. Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi akan berada di
sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 4,0±1 pada 2016. Untuk memperkuat pencapaian sasaran inflasi tersebut, Bank Indonesia akan terus meningkatkan
koordinasi dengan Pemerintah, khususnya dalam mengendalikan inflasi bahan pangan.
236
236
Ibid., hlm. 3
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat. Pada Desember 2015,
CAR tercatat sebesar 21,2, sementara NPL berada di kisaran 2,5. Ketahanan sistem perbankan cukup kuat meskipun kinerja korporasi masih dalam tren
menurun akibat perlambatan ekonomi dan perkembangan ekonomi global. Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 10,5, sedikit
meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,8 . Sementara itu, pertumbuhan DPK pada Desember 2015 tercatat sebesar 7,3, lebih rendah dari
pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,7. Bank Indonesia akan menjaga kondisi likuiditas dalam perekonomian agar cukup untuk mendukung penyaluran
kredit lebih lanjut. Selain itu, untuk mendukung transmisi penurunan suku bunga kebijakan, struktur suku bunga operasi moneter term structure juga diturunkan
sesuai dengan kondisi likuiditas di masing-masing tenor.
Universitas Sumatera Utara
Mempertimbangkan kondisi terkini, serta prospek dan risiko perekonomian ke depan, Rapat Dewan Gubernur RDG Bank Indonesia
memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7, dengan suku bunga Deposit Facility menjadi sebesar 5 dan Lending Facility menjadi sebesar
7,5. Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan GWM-PDR sebesar 1, dari 7,50 ke level 6,5, berlaku efektif sejak 16 Maret 2016. Keputusan
tersebut sejalan dengan ruang pelonggaran kebijakan peredaran uang yang semakin terbuka dengan semakin terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya
penurunan tekanan inflasi di 2016, serta meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global. Kebijakan penurunan BI Rate dan GWM Primer dalam Rupiah
tersebut diharapkan dapat memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi
dengan Pemerintah untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu
menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.
237
C. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Kebijakan Peredaran