82
BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGATURAN PEREDARAN
UANG OLEH BANK INDONESIA DALAM MENANGGULANGI INFLASI DI INDONESIA
A. Tujuan Implementasi Kebijakan Pengaturan Peredaran Uang Dalam
Menanggulangi Inflasi
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Pasal 7 menjelaskan tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Untuk mencapai
tujuan tersebut, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan peredaran uang secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan
umum pemerintah di bidang perekonomian. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa,
serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek
kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang
harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat
diukur dengan mudah. Alasan pemilihan stabilitas harga sebagai sasaran tunggal, antara lain:
116
116
Umi Julaihah, Analisis Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Variabel Makreoekonomi di Indonesia
, Jakarta : Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 2007, hlm. 46
Universitas Sumatera Utara
1. Tidak adanya trade off antara pengangguran dan inflasi, alasan ini
didukung dengan banyaknya studi yang menghasilkan adanya korelasi positif antara pengangguran dan inflasi;
2. Kestabilan harga dalam jangka panjang akan mendorong tingkat
pertumbuhan output yang tinggi dan lebih mempercepat pertumbuhan ekonomi;
3. Inflasi akan menurunkan kesejahteraan, jika inflasi dapat diantisipasi
secara tepat maka biaya inflasi berasal dari pemegangan uang suboptimal shoe leather costs: kebutuhan penyesuaian harga menu costs; dan efek
distorsi dari sistem pajak. Namun, jika inflasi tidak diantisipasi, maka biaya inflasi jauh lebih tinggi. Selain terdapatnya konflik antar sasaran,
4. Bank Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan lain, yaitu adanya
time lag antara aksi penerapan kebijakan dan hasil penerapan kebijakan.
Misalkan Bank Indonesia berharap untuk mencapai kestabilan harga, namun instrumen kebijakan peredaran uang yang dimiliki oleh Bank
Indonesia tidak bisa secara langsung mempengaruhi tujuan tersebut. Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2004 lebih lanjut
menjelaskan dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan peredaran uang, Bank Indonesia berwenang menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan
memperhatikan laju inflasi. Sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan peredaran uang dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan peredaran uang Inflation Targeting Framework dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang free floating. Peran kestabilan nilai tukar
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan
nilai tukar pada level tertentu.
117
Pemilihan inflasi sebagai sasaran akhir sejalan pula dengan kecenderungan perkembangan bank-bank sentral di dunia, dimana banyak bank sentral yang
beralih untuk lebih memfokuskan diri pada upaya pengendalian inflasi. Alasan yang mendasari perubahan tersebut adalah, pertama, bukti-bukti empiris
menunjukkan bahwa dalam jangka panjang kebijakan peredaran uang hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi, kebijakan peredaran uang tidak dapat
mempengaruhi variabel riil, seperti pertumbuhan output ataupun tingkat pengangguran. Kedua, pencapaian inflasi rendah merupakan prasyarat bagi
tercapainya sasaran makroekonomi lainnya, seperti pertumbuhan pada tingkat kapasitas penuh full employment dan penyediaan lapangan kerja yang
seluasluasnya. Ketiga, yang terpenting, penetapan tingkat inflasi rendah sebagai tujuan akhir kebijakan peredaran uang akan menjadi nominal anchor berbagai
kegiatan ekonomi. Strategi yang digunakan oleh BI dalam mencapai sasaran inflasi yang rendah adalah :
118
1. Mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan
peredaran uang. 2.
Menentukan sasaran akhir kebijakan peredaran uang. 3.
Mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi. 4.
Memformulasikan respon kebijakan peredaran uang.
117
Bank Indonesia, Sosialisasi ITF Paket A Murni, Op.Cit., hlm. 18
118
Bambang Prijambodo, Evaluasi Implementasi Langkah-Langkah Penguatan Kebiakan Moneter Dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga
, Jakarta: Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 2006, hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan peredaran uang terhadap inflasi di Indonesia ditujukan pada:
119
1. Pengelompokan :
a. Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau
persisten persistent component di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
1 Permintaan dan Penawaran, dimana kebijakan peredaran
uang digunakan untuk mencegah suku bunga yang meningkat serta kemerosotan ekspor dan kenaikan impor
yang juga akan menyebabkan investasi turut dan berpengaruh penurunan pendapatan nasional
2 Lingkungan eksternal, kebijakan peredaran uang juga
mengantisipasi inflasi yang berasal dari luar Indonesia seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi
mitra dagang. 3
Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen, yakni ramalan atau pandangan pelaku ekonomi mengenai
perubahan harga yang terjadi di masa mendatang. Pemahaman pelaku ekonomi akan prospek masa harga
kedepan melatarbelakangi diambilnya kebijakan peredaran uang yang akan mempengaruhi harga aktual atau bahkan
variabel ekonomi lain di luar harga.
119
Burhanuddin Abdullah, Strategi Kebijakan Moneter dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
, Bandung:Universitas Padjajaran, 2003 hlm. 5
Universitas Sumatera Utara
a. Inflasi non inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi
volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental, seperti :
1 Inflasi komponen bergejolak volatile food, dimana inflasi
ini dominan dipengaruhi oleh shocks kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,
atau faktor perkembangan harga komoditas domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional. 2
Inflasi komponen harga yang diatur pemerintah administered prices
, dimana inflasi ini dominan dipengaruhi oleh shocks kejutan berupa harga kebijakan
pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.
2. Dampak :
a. Jangka menengah atau panjang
Kebijakan peredaran uang ditujukan pada hubungan antara inflasi, pertumbuhan output dan pertumbuhan uang. Kebijakan peredaran uang
diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan output dan kemudian meningkatkan tingkat harga umum. Secara rata-rata, tingkat inflasi akan
sama dengan kelebihan atas biaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan potensial dalam perekonomian. Pada jangka menengah tidak terdapat
trade off bahwa Bank Indonesia dapat mengeksploitasi untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan output pada tingkat inflasi yang tinggi. Pernyataan tersebut berdasarkan dua alasan, yaitu :
1 Pada jangka pendek para pelaku ekonomi belajar dari
kesalahan yang telah dibuat di masa lalu dan mengakhirinya dengan prediksi yang baik tentang
bagaimana perekonomian bekerja; 2
Selanjutnya harga dan upah menjadi fleksibel dan diikuti oleh pasar barang dan pasar tenaga kerja yang sempurna.
Hal tersebut berimplikasi bahwa pada jangka menengah inflasi dianggap sebagai fenomena moneter, Bank Indonesia tidak bisa
menggerakkan perekonomian melalui inflasi yang tinggi sehingga inflasi yang tinggi pada akhirnya akan memperburuk perekonomian.
b. Jangka Pendek
Kebijakan peredaran uang Bank Indonesia dalam jangka pendek bertujuan pada ekspektasi moneter dimana dalam pelaksanaanya memiliki
kekompleksitasan. Secara umum, jika harga dan upah sangat fleksibel, maka pasar barang dan pasar tenaga kerja akan sempurna, setiap pelaku
ekonomi akan memiliki informasi penuh tentang kondisi perekonomian dan kebijakan yang akan diterapkan oleh Bank Indonesia. Pada kondisi ini,
baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek kebijakan peredaran uang hanya akan mempengaruhi harga tapi perekonomian riil
tidak terimbas money just a veil. Harga dan upah sangat fleksibel pada jangka pendek adalah berdasarkan adanya missperception dari masyarakat.
Pada saat masyarakat membuat ekspektasi berdasarkan seluruh informasi
Universitas Sumatera Utara
yang tersedia, maka kebijakan peredaran uang akan mempunyai efek riil hanya jika kebijakan peredaran uang tidak diantisipasi. Kebijakan
peredaran uang yang tidak diantisipasi akan menimbulkan missperception tentang perubahan harga sebagai perubahan pada harga relatif. Pada
jangka pendek tidaklah mencukupi untuk melakukan penyesuaian, namun ketika masyarakat mulai belajar dan memperbaiki ekspektasinya
sepanjang waktu, maka harga akan menyesuaikan secara sempurna dan output akan berada pada keseimbangan ketika jangka menengah. Pada sisi
lain, jika kebijakan peredaran uang diantisipasi secara sempurna oleh masyarakat, maka pelaku ekonomi akan menggunakan informasi yang
dimiliki dalam perhitungan dan dalam membuat keputusan ekonomi. Sehingga kebijakan peredaran uang akan secara penuh dan cepat
menggerakkan harga tanpa memiliki dampak jangka pendek terhadap output. Implikasi kebijakan dari kondisi di atas adalah:
1 Kebijakan peredaran uang yang tidak sistematik yang
mempunyai efek jangka pendek terhadap output, 2
Kebijakan yang sistematik atau diantisipasi oleh masyarakat hanya akan mempengaruhi harga dan tidak
mempengaruhi output. Sehingga kebijakan peredaran uang yang bersifat ‘rules’ tidak akan mempunyai efek jangka
pendek terhadap perkembangan output. Inflasi di Indonesia lebih disebabkan oleh dorongan biaya cost-push,
yang umumnya dipicu oleh kenaikan administered price, pajak, upah minimum, dan depresiasi rupiah. Sementara itu, tekanan sisi permintaan tidak begitu kuat,
Universitas Sumatera Utara
kecuali pada perayaan hari besar keagamaan. Dari sisi Bank Indonesia, kuatnya pengaruh tekanan dari sisi penawaran tersebut mengimplikasikan pentingnya
penerapan kebijakan peredaran uang yang memberikan efek minimum pada struktur biaya perusahaan. Dalam hal ini, tujuan kebijakan peredaran uang
terhadap struktur biaya dapat dibagi menjadi tiga saluran; yaitu ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan suku bunga. Kebijakan yang bersifat ekspansioner dapat
menyebabkan terjadinya deprisiasi yang pada gilirannya dapat menaikan harga- harga produk manufacturing melalui peningkatan harga bahan baku yang diimpor.
Kebijakan tersebut juga dapat meningkatkan ekspektasi inflasi baik secara langsung melalui sisi permintaan agregat maupun secara tidak langsung melalui
peningkatan harga barang-barang yang dapat dijual. Di lain pihak ongkos perusahaan bisa jadi turun melalui penurunan pembayaran bunga atas kredit
perbankan. Oleh karena itu efek bersih suatu kebijakan peredaran uang terhadap struktur ongkos perusahaan sangat tergantung pada besaran efek nilai tukar dan
ekspektasi inflasi yang berbanding terbalik dengan efek dari suku bunga.
120
Kebijakan peredaran uang yang diterapkan Bank Indonesia diasumsikan melakukan manipulasi uang beredar untuk mencapai target internal dan eksternal.
Target-target tersebut meliputi: Pertama, pertumbuhan output terhadap pertumbuhan potensial yang diperlihatkan dengan deviasi pertumbuhan aktual
dari pertumbuhan trendnya. Kedua, target inflasi yang diperlihatkan oleh tingkat inflasi dunia. Kebijakan peredaran uang ditujukan atas deviasi yang terjadi pada
tingkat inflasi domestik dari tingkat inflasi dunia. Ketiga, keseimbangan neraca pembayaran sebagai target eksternal atau tidak terjadinya loss cadangan
120
Solikin dan Imam Sugema, Respon Kebijakan Moneter Yang Optimal Di Indonesia,Jakarta: Buletin Ekonomi Dan Perbankan, 2004, hlm. 237
Universitas Sumatera Utara
internasional internasional. Respon moneter terhadap perubahan dalam cadangan internasional bagaimanapun juga memiliki kaitan dengan target eksternal dan
usaha mempertahankan kontrol terhadap jumlah uang beredar. Kenaikan dalam cadangan internasional akan mendorong adanya ekspansi kredit domestik untuk
mengembalikan keseimbangan neraca pembayaran. Sehingga dalam usaha untuk melakukan kontrol terhadap jumlah uang beredar, kenaikan dalam cadangan
internasional membutuhkan penurunan dalam kredit domestik. Hal ini memperlihatkan usaha Bank Indonesia untuk melakukan sterilisasi terhadap
aliran cadangan internasional.
121
Indonesia dikatakan mengalami keseimbangan internal apabila seluruh sumber daya produktifnya digunakan, dan tingkat harganya stabil. Pengerahan
sumber daya yang berlebihan over employment maupun yang dibawah standar under employment
mengakibatkan pergeseran tingkat harga secara keseluruhan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan internal internal
imbalance . Kebijakan peredaran uang yang dapat memicu ekspektasi akan
peningkatan tingkat harga dan upah akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan internal meskipun terjadi pada kondisi tingkat tenaga kerja
penuh fullemployment. Keseimbangan eksternal lebih sukar untuk didefinisikan daripada keseimbangan internal, karena tidak adanya ukuran-ukuran pasti seperti
full employment dan kestabilan harga. Namun indikator keseimbangan neraca
121
Mudrajat Kuncoro, Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah Dan Kebijakan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2004, hlm. 78
Universitas Sumatera Utara
pembayaran biasanya digunakan sebagai tolak ukur keseimbangan eksternal suatu negara.
122
B. Implementasi Kebijakan Pengaturan Peredaran Uang Oleh Bank