untuk meminum air dengan standar kadar pH air minum yakni 6,5 hingga 8,5, tidak lebih dan tidak kurang. Apabila air yang dikonsumsi terlalu asam akan
menyebabkan kerusakan mokusa saluran pencernaan sehingga menimbulkan penyakit asam lambung.
Penentuan pH adalah penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut pada air terutama
karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan daripada penyimpangan standar kualitas air minum adalah lebih kecil dari 6,5 dan lebih
besar dari 9,2. pH menunjukkan tinggi rendahnya ion hidrogen dalam air. pH air yang kurang dari 6,5 atau diatas 9,2 menyebabkan beberapa persenyawaan kimia
dalam tubuh manusia berubah menjadi racun Alegantina ,2004.
pH menentukan sifat korosi, semakin rendah pH, maka sifat korosinya semakin tinggi Gupta, 2009. pH air yang lebih besar dari 7 memiliki
kecenderungan untuk membentuk kerak pada pipa dan kurang efektif dalam membunuh mikroba Sururi, 2008.
2.10 Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks
senyawa. Kompleks senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati Anonim, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman 2008, cara-cara titrasi dengan EDTA terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana dan seringdipakai.
Larutan ion yangakan ditetapkan ditambah dengan dapar, misalnya dapat pH 10 lalu ditambahkan indikator logamyang sesuai dan dititrasi langsung
dengan larutan baku dinatrium edetat.
2. Titrasi kembali, cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan
hidroksida pada pH yangdikehendaki untuk titrasi. Untuk senyawa yang tidak larut misalnya sulfat, kalsium oksalat,untuk senyawa yang membentuk
kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator. Pada keadaan
demikian,dapat ditambahkan larutan baku dinatrium edetat berlebihan kemudian larutan di dapat pada pHyang diinginkan dan kelebihan dinatrium
edetat dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam.
3. Titrasi substitusi, cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan
titik akhir yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga jika ion logamtersebut membentuk kompleks dengan
dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain sepertimagnesium dan kalsium.
4. Titrasi tidak langsung, cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk
menentukan kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi dengan
Universitas Sumatera Utara
pengkelat. Sebagai contoh barbiturat tidak bereaksidengan EDTA akan tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri dalamkeadaan basa
sebagai ion kompleks 1:1. Setelah pengendapan dengan kelebihan HgII,kompleks dipindahkan dengan cara penyaringan dan dilarutkan
kembali dalam larutan bakuEDTA berlebihan. Larutan baku ZnII dapat digunakan untuk menitrasi kelebihan EDTA inimenggunakan indikator yang
sesuai untuk mendeteksi titik akhir.
5. Titrasi alkalimetri, pada metode ini proto dari dinatrium edetat Na
2
H
2
Y dibebaskan oleh logam berat dan dititrasi dengan larutan baku alkali sesuai
dengan persamaan reaksi berikut :
Mn
+
+ H
2
Y
2-
↔ MY
+n-4
+ 2H
+
Larutan logam yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus dalam suasana netral terhadap indikator yang dipergunakan.Penetapan titik akhir
menggunakan indikator asam-basa atau secara potensiometri.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang