diperlukan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi ini diambil dari pesediaan kalsium dalam tubuh Almatsier, 2004.
5. Kontraksi otot
Pada waktu otot berkontraksi kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin.Bila darah kalsium kurang dari normal, otot
tidak bisa mengendur sesudah kontraksi. Tubuh akan kaku dan dapat menimbulkan kejang.Beberapa fungsi kalsium lain adalah meningkatkan fungsi
transpor membran sel, kemungkinan dengan bertindak sebagai stabilisator membran, dan transmisi ion melalui membran organel sel Almatsier, 2004.
2.8 Penentuan Kalsium
Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri. Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pernbentukan
senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks.Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam dinatrium etilen diamina tetra asetat Na2-EDTA Depkes RI, 1979.
Prinsip dari metode ini adalah bila EDTA ditambahkan kedalam sampel yang mengandung Ca, kemudian EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang
stabil dengan Ca yang ada. Penetapan Ca dengan EDTA dapat dilakukan pada pH 10, karena Ca akan membentuk kompleks yang tidak stabil pada pH rendah.
Persamaan reaksi umum pada titrasi kompleksometri:
Mn
+
+ Na2EDTA → MEDTAn - 4 + 2H
+
Gandjar, 2007
Universitas Sumatera Utara
Untuk mendeteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat warna yang ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum
titrasi akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi kelebihan sedikit EDTA maka kompleks indikator-logam
akan pecah menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang digunakan adalah murexid yang pada titik akhir titrasi akan berubah warna dari merah muda
menjadi ungu Gandjar,2007. Pada awalnya indikator mureksid bereaksi dengan ion kalsium sehingga larutan berwarna merah muda. Pada titik akhir titrasi dengan
EDTA, indikator akan lepas kembali dan larutan menjadi berwarna ungu Reaksi :pH 12.13
Ca
2+
+ murexide Ca
2+
murexid merah muda Ca
2+
+ murexide + EDTA Ca
2+
EDTA + murexid ungu
2.9 Penentuan pH
pH yang merupakan singkatan dari pangkat hidrogen atau power of hydrogen adalah tingkatan asam basa suatu cairan. Tingkat pH dalam air sangat
dipengaruhi oleh kandungan mineral lain. Standar kadar pH air minum adalah 6,5
sampai 8,5. pH di bawah 6,5 disebut asam dan di atas 8,5 disebut basa. Jika pH
dalam air minum terlalu rendah maka air akan terasa asam atau bahkan pahit, dan
jika pH terlalu tinggi maka air berasa tidak enak ketika diminum.
Banyak ahli kesehatan yang mengatakan bahwa air alkalibasa air yang kadar pH-nya di atas standar adalah air yang baik untuk mencegah berbagai
macam penyakit degeneratif seperti kanker. Pernyataan itu sepenuhnya dibantah oleh United States Environmental Protection Agency EPA, yang menganjurkan
Universitas Sumatera Utara
untuk meminum air dengan standar kadar pH air minum yakni 6,5 hingga 8,5, tidak lebih dan tidak kurang. Apabila air yang dikonsumsi terlalu asam akan
menyebabkan kerusakan mokusa saluran pencernaan sehingga menimbulkan penyakit asam lambung.
Penentuan pH adalah penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut pada air terutama
karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan daripada penyimpangan standar kualitas air minum adalah lebih kecil dari 6,5 dan lebih
besar dari 9,2. pH menunjukkan tinggi rendahnya ion hidrogen dalam air. pH air yang kurang dari 6,5 atau diatas 9,2 menyebabkan beberapa persenyawaan kimia
dalam tubuh manusia berubah menjadi racun Alegantina ,2004.
pH menentukan sifat korosi, semakin rendah pH, maka sifat korosinya semakin tinggi Gupta, 2009. pH air yang lebih besar dari 7 memiliki
kecenderungan untuk membentuk kerak pada pipa dan kurang efektif dalam membunuh mikroba Sururi, 2008.
2.10 Titrasi Kompleksometri