Pengertian Joint Venture PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN

40

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN

PERUSAHAAN JOINT VENTURE

A. Pengertian Joint Venture

Pelaksanaan penanaman modal khususnya penanaman modal asing di Indonesia seperti yang telah ditetapkan dalam ketentuan dalam Pasal 1 angka 3 UUPM, khususnya yang berkenaan dengan penanaman modal asing yakni tidak hanya dilakukan dalam bentuk direct invesment akan tetapi pula dalam bentuk usaha kerja sama patungan joint venture. Kehadiran bentuk kerja sama dalam menjalankan suatu usaha sangatlah dibutuhkan demi kelangsungan usaha terutama dalam hal penanaman modal, di mana perkembangan kerja sama antara pihak asing dengan negara Indonesia baik dengan pihak pemerintah maupun dengan pihak swasta sangatlah penting. Namun dalam UUPM tidak mengatur mengenai bentuk kerja sama penanaman modal asing. Bentuk kerja sama tersebut dalam kaitannya dengan penanaman modal dilakukan dalam bentuk joint venture. 35 Secara sederhana joint venture perusahaan modal asing diartikan dengan usaha patungan antara perusahaan domestik Indonesia dengan perusahaan asing yang menggunakan modal asing. Perusahaan asing adalah perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 3 Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12 Tahun 1970. Ketentuan Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12 Tahun 1970 menentukan sebagai berikut: Perusahaan nasional adalah perusahaan yang 35 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 83. Universitas Sumatera Utara 41 sekurang-kurangnya 51 lima puluh satu persen daripada modal dalam negeri yang ditanam di dalamnya dimiliki oleh negara danatau swasta nasional, persentase itu senantiasa harus ditingkatkan sehingga pada tanggal 1 Januari 1974 menjadi tidak kurang dari 75 tujuh puluh lima persen. Selanjutnya Munir Fuady menjelaskan, bahwa: “Penanaman Modal Asing foreign investment merupakan suatu tindakan dari orang asing atau badan hukum asing untuk melakukan investasi modal dengan motif untuk berbisnis dalam bentuk apa pun ke wilayah suatu negara lain”. Pelaksanaan Penanaman Modal Asing di Indonesia seperti yang ditetapkan dalam ketentuan penanaman modal asing sesuai dengan Pasal 1 UUPMA mengenai pengertian penanaman modal asing yaitu dilakukan dalam bentuk direct investment, akan tetapi di lain pihak diperkenankan pula usahanya dilakukan dalam bentuk usaha kerja sama joint venture dengan pihak swasta nasional Indonesia seperti yang teretera dalam Pasal 23 UUPMA yang pada prinsipnya menetapkan bahwa: 1. Dalam bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing dapat diadakan kerja sama antara modal asing dengan modal nasional dengan mengingat ketentuan Pasal 3 UUPMA. 2. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bidang-bidang usaha, bentuk-bentuk dan cara-cara kerja sama antara modal asing dengan modal nasional. Dengan memanfaatkan modal dan keahlian asing dalam bidang ekspor serta produksi barang dan jasa. Universitas Sumatera Utara 42 Berdasarkan pengaturan tersebut di atas seperti yang termuat dalam Pasal 23 ayat 1 dan 2 UUPM, maka penanaman modal asing di Indonesia diperkenankan melaksanakan usahanya dalam bentuk kerja sama joint venture dengan pihak swasta nasional dalam bentuk dan cara kerja sama yang ditetapkan melalui peraturan pemerintah khususnya dalam hal komposisi kepemilikan saham perusahaan 36 Joint Venture sebagai suatu bentuk kerjasama penanaman modal yang di dalamnya melibatkan pihak asing, di Indonesia mulai popular di penghujung tahun 60-an ketika bangsa Indonesia baru menyadari bahwa bagi kepentingan pembangunan nasional diperlukan modal yang sangat besar. Cadangan devisa negara yang terbatas untuk tujuan pembangunan itu, menyebabkan Indonesia memerlukan arus modal dari luar negeri, yang pada saat pemerintahan orde lama masuknya modal asing ke Indonesia masih dianggap sebagai bentuk lain dari penjajahan. Kerja sama antar modal asing dan nasional dapat diadakan dalam bidang usaha yang terbuka bagi modal asing. Kerja sama ini cenderung menggunakan bentuk perusahaan joint venture. Kesepakatan antara investor asing dan nasional dituangkan dalam perjanjian joint venture, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam membuat Anggaran Dasar Joint Venture. 37 Pasal 5 ayat 2 UUPM menyatakan: 36 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Indonesia Jakarta: Kencana, 2004 hlm. 47. 37 Budiman Ginting, Hukum Investasi: Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing. Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007 hlm.1 Universitas Sumatera Utara 43 “Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang- undang”. Istilah Joint Venture dalam kehidupan masyarakat selalu dipergunakan untuk menunjukkan sebuah kerjasama dalam bidang-bidang tertentu yang melibatkan pihak asing di dalamnya. Joint Venture sering diistilahkan dengan sebutan patungan. Sedangkan dikalangan Pemerintah istilah Joint Venture adalah suatu istilah yang diberikan secara khusus untuk suatu bentuk kerjasama tertentu antara pemilik modal nasional Swasta dengan Perusahaan Negara dan pemilik modal asing. Partisipasi modal nasional dalam perusahaan penanaman modal asing menjadi kecenderungan umum baik di negara-negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju. Hal tersebut merupakan pencerminan nasionalisme di bidang ekonomi dan merupakan keinginan untuk menghindari ketergantungan pada kontrol asing terhadap perekonomian mereka. Strategi termudah untuk dapat melakukan hak tersebut adalah pemberlakuan ketentuan keharusan adanya joint venture. Bagi pelaku usaha sendiri, joint venture merupakan salah satu cara efektif untuk mengembangkan dan meningkatkan usaha. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ian Hewitt dalam bukunya Joint Venture: “Joint venture are vital to business. They have become an important strategic option for many companies, particularly those operating internationally. Even the large compamies do not have capital, skill or market access necessary to achieve their commercial objectives entirely Universitas Sumatera Utara 44 through their own recourse. Rarely day passes without an announcement of significant new joint venture or alliance 38 . Istilah Joint Venture menurut Peter Muchlinski dalam bukunya yang berjudul Multinational Enterprise and Law adalah sebagai berikut: “The term ‘joint venture’ has no precise legal meaning, it can refer to any agreement or undertaking between two independent firms. However, certain features are commonly associated with the concept. In particular, the joint venture involves the cooperation of two or more otherwise independent parent undertakings which are linked, through the venture, in the pursuit of a common commercial, financial or technical activity” 39 Pada dasarnya partisipasi asing dalam investasi langsung dapat melalui dua cara berikut ini: 1. Staight investment: pihak asing mengadakan dan memiliki investasi secara penuh 100. Biasanya investasi terselenggara melalui: a. Anak perusahaan milik asing penuh atau perusahaan cabang, b. Perusahaan milik asing subsider. 2. Melalui kerjasama investasi: investasi terselenggara atas adanya kerjasama pihak asing dengan pihak nasional, baik pemerintah maupun swasta. Dengan demikian terdapat dua pola kerjasama investasi, yaitu: a. Kerjasama melalui pembentukan sebuah badan hukum atau perusahaan ; b. Kerjasama-kerjasama bisnis melalui hubungan-hubungan kontraktual khusus yang dapat diklasifikasi dalam perjanjian-perjanjian teknologi dan keahlian, serta perjanjian kerjasama produksi dan subkontrak. 40 38 Ian Hewitt, Joint ventures, Second edition, Sweet and Maxwell A Thomson Company, 2001, hlm.1 39 Ibid, hlm.1 40 N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Global, Malang : Bayu Media Publishing, 2003, hlm. 72 Universitas Sumatera Utara 45 Mengenai perusahaan patungan, Henry Campbell mengartikannya sebagai berikut: “a corporation which has joined with other individuals or corporation whittin the corporate framework in some specific undertaking”. 41 Sedangkan Tomlisoon melengkapi definisi perusahaan patungan tersebut sebagai: ”a comitment for more than a very short duration, of fund, facilities and services, by two or more legally separate interest to an enterprise for their mutual benefit”. 42 Menurut Erman Rajagukguk, joint venture terbentuk ketika dua pihak atau lebih baik secara pribadi maupun perusahaan bermaksud menjadi partner satu sama lain untuk suatu kegiatan dan mengatur secara bersama suatu perusahaan baru yang saham-sahamnya dimiliki secara bersama pula. 43 Sunarjati Hartono, menegaskan bahwa istilah yang diberikan oleh pemerintah ini tidak cukup memadai, hal ini dikarenakan bahwa di Indonesia tidak dapat ditunjukkan suatu perbedaan yang prinsipal antara direct investment dan portfolio investment, demikian pula tidak ada perbedaan yang tajam antara direct investment kredit, atau antara kontrak karya dengan joint venture, sekalipun rumusan yuridisnya memberi kesan seakan-akan terdapat perbedaan yang besar dan prinsipal baik dalam UUPMA, maupun dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan tambahan UUPMA, tidak dijumpai adanya 41 Ibid 42 Tomlisoon.wordpress.com20091122join-venture-di-indonesiadiakses tanggal 1 Februari 2016 43 Erman Rajagukguk, Indonesianisasi Saham, Jakarta : Bina Aksara. 2010, hlm.21 Universitas Sumatera Utara 46 batasan secara hukum apa yang dimaksud dengan joint venture tersebut. Karena itu para pakar tidak mempunyai kesamaan pandangan tentang apa sesungguhnya yang dimaksud dengan joint venture ini. 44 Partisipasi asing dalam kerjasama investasi melalui sebuah perusahaan yang saham-sahamnya dimiliki secara bersama joint venture company, relatif lebih kompleks dan diadakan untuk jangka waktu yang cukup panjang. Kerjasama terselenggara atas dasar pengadaan basic agreement antar mitra untuk membentuk suatu usaha patungan serta atas dasar persetujuan yang diberikan oleh pemerintah negara penerima modal. 45 Kerjasama patungan dapat diselenggarakan antara peserta swasta dengan swasta, pihak swasta dengan pemerintah, dan antar pemerintah, berupa perusahaan milik pemerintah. Pelaksanaan dari kerjasama patungan dapat berbentuk joint venture, joint enetrprise, kontrak karya dan sebagainya. Bagi investor asing motif diadakannya kerjasama patungan antara investor asing dan nasional dalam perusahaan joint venture selain karena peraturan, juga biasanya didukung oleh beberapa faktor yang memberi manfaat bagi investor, yaitu: Pertama, investor asing mendapatkan partner yang sudah mengenal situasi pasar lokal. Adakalanya ia tidak perlu membuat jaringan pemasaran yang baru, yang memakan waktu, biaya dan tenaga. 44 Sunaryati Hartono, Masalah-masalah Dalam Joint Venture Antara Modal Asing dan Modal Indonesia Bandung; Alumni, 1974, hlm. 5. 45 Ibid., hlm 72 Universitas Sumatera Utara 47 Kedua, investor asing ingin menjaga hubungan baik dengan pemerintah lokal yang dapat menyediakan bahan mentah atau bahan baku. Misalnya partner lokal yang sudah memiliki Hak Pengusahaan Hutan HPH. Ketiga, investor asing akan menjaga hubungan baik dengan pemerintah lokal, sehingga partnernya yang merupakan perusahaan lokal, yang akan dikedepankannya, manakala berurusan dengan instansi-instansi pemerintah setempat. Keempat, untuk menekankan perasaan nasionalisme yang berlebih- lebihan dari masyarakat lokal. Masyarakat lokal akan merasa ekonominya tidak dijajah oleh investor asing, bila terdapat orang lokal didalam perusahaan perusahaan asing 46 . Struktur dari joint venture Perusahaan Modal Asing tidak jauh berbeda dengan struktur dari perusahaan biasa. Perbedaannya yang mencolok terletak pada permodalannya serta kepengurusan dan ketenagakerjaan. Perbedaan yang mencolok di dalam permodalan adalah terdapatnya unsur modal asing dalam suatu perusahaan modal asing. Meskipun begitu, perkembangan arah policy tentang Penanaman Modal Asing yang semakin relaks menyebabkan pihak asing dapat memegang saham 100 seratus persen dalam perusahaan yang bergerak hampir di semua bidang bisnis yang boleh dimasuki oleh Perusahaan Modal Asing tersebut. Komposisi pemegang saham dari suatu Perusahaan Modal Asing adalah salah satu dari kemungkinan berikut ini: 1 100 seratus persen saham asing; 2 mayoritas asing; 3 minoritas asing; 4 pemegang saham asing dan domestik 46 Budiman Ginting, Op.Cit.,hlm.1 Universitas Sumatera Utara 48 berbanding 50: 50 lima puluh banding lima puluh; dan 5 pemilik saham 49 : 49 empat puluh sembilan banding empat puluh sembilan dengan saham pengawas di pegang oleh pihak ketiga. 47 Mengenai kepengurusan, dalam suatu perusahaan modal asing diperkenankan untuk menduduki posisi komisaris atau pengurus. Sedangkan untuk posisi selain komisaris atau pengurus baru dibenarkan jika ada izin untuk itu dari yang berwenang. Pemberian izin tersebut diberikan dengan memperhatikan tenaga lokal yang memadai. UUPM di satu pihak menetapkan asas perlakuan yang sama non diskriminatif dalam penanaman modal di Indonesia, namun, di pihak lain bidang- bidang usaha tertentu dinyatakan tidak terbuka untuk semua penanaman modal karena diperuntukan khusus bagi pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi UMKMK, sehingga asas perlakuan yang sama kelihatannya tidak diterapkan secara utuh. Asas perlakuan yang sama yang tercantum pada Undang- UUPM tersebut hanyalah sebatas asas perlakuan yang sama untuk hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan.perizinan penanaman modal, dan belum mencakup perlakuan yang sama terhadap bidang-bidang usaha yang terhadap bidang-bidang usaha yang dapat dimasuki untuk kegiatan penanaman modal. Pengertian ini harus dipegang secara teguh karena implikasinya akan berbeda terhadap keberhasilan dan kesinambungan pembangunan nasional menuju masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan. Sampai saat ini pemerintah masih memandang perlu untuk mempertahankan kebijakan tersebut karena bagaimanapun juga dalam semangat liberalisasi perdagangan yang begitu 47 Munir Fuady, Op.Cit., hlm. 67 Universitas Sumatera Utara 49 mewabah dewasa ini tentunya tidak semua bidang usaha dapat dibuka dan diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar bebas. Adanya persaingan bebas pada akhirnya akan dapat mematikan pengusaha nasional yang sampai saat ini masih perlu diberikan perlindungan. 48 Pasal 12 ayat 1 UUPM menyatakan bahwa semua bidang usaha atau jenis usaha bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Pasal 12 ayat 2 menetapkan bahwa bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah: a. produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang; dan b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.

B. Pelaksanaan Perusahaan Joint Venture