85
BAB IV WEWENANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DALAM
MELAKUKAN PENGAWASAN TERKAIT PENYIMPANGAN YANG TERJADI PADA PELAKSANAAN PERIZINAN
PERUSAHAAN JOINT VENTURE
A. Bentuk Penyimpangan pada Pelaksanaan Perizinan Joint Venture
Berkembangnya berbagai kawasan dapat peningkatan di bidang investasi, khususnya sarana dan penunjangnya mendorong adanya pelanggaran terhadap
ketentuan mengenai penanaman modal atau investasi oleh asing , meliputi: 1.
Pelanggaran terhadap izin prinsip Izin prinsip adalah izin yang wajib dimiliki dalam memulai kegiatan usaha
baik dalam kegiatan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN maupun Penanaman Modal Asing PMA. Kegiatan yang mencakup memulai usaha
adapun sebagai berikut: a.
Pendirian usaha baru baru, baik dalam rangka PMDN maupun PMA; b.
Perubahan status menjadi PMA, sebagai akibat dari masuknya modal asing dalam kepemilikan seluruhsebagian modal perseroan dalam badan hukum,
atau c.
Perubahan status menjadi PMDN, sebagai akibat dari terjadinya perubahan kepemilikan modal perseroan yang sebelumnya terdapat modal asing,
menjadi seluruhnya modal dalam negeri. Terdapat beberapa jenis izin prinsip, sebagaimana yang diuraikan di
bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
86
a. Izin prinsip baru, yakni izin pertama kali sebelum memulai kegiatan usaha;
b. Izin prinsip perluasan, yakni izin sebelum melakukan kegiatan ekspansi
perusahaan; c.
Izin prinsip perubahan, yakni izin sebelum melakukan perubahan rencana investasi atau realisasinya;
d. Izin prinsip penggabungan merger, yakni izin sebelum melakukan
penggabungan dua perusahaan atau lebih
84
Masa berlaku izin prinsip sama dengan jangka waktu penyelesaian proyek yang ditetapkan dalam izin prinsip. Jangka waktu tersebut diberikan satu sampai
lima tahun tergantung karakteristik bidang usahanya. Apabila jangka waktu tersebut yang ditetapkan dalam izin prinsip telah habis masa berlakunya dan
proyek tersebut belum selesai, maka perusahaan tidak dapat mengajukan permohonan perizinan dan non perizinan lainnya. Sehingga apabila perusahaan
belum menyelesaikan proyek sesuai dalam izin prinsip, perusahaan wajib mengajukan perpanjangan jangka waktu penyelesaian proyek selambat-lambatnya
30 hari kerja sebelum berakhirnya jangka waktu penyelesaian proyek yang ditetapkan dalam izin prinsip tersebut.
Jangka waktu penyelesaian proyek dalam izin prinsip yang telah habis masa berlakunya dan perusahaan tidak memperpanjang atau terlambat dalam
mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu penyelesaian proyek tersebut, maka perusahaan akan dikenakan sanksi administrasi berupa surat
peringatan dan ditindaklanjuti oleh BKPM mengenai proyek yang tidak
84
http:hukumpenanamanmodal.compengaturan-izin-prinsip-dan-izin-investasi-terbaru- tahun-2015 diakses pada tanggal 7 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
87
diselesaikan tepat waktu. Lebih lanjut, apabila hasil dari tindak lanjut tersebut perusahaan tidak dapat menyelesaikan proyek sesuai dengan jangka waktu yang
ditetapkan dan terlambat dalam memperpanjang jangka waktu penyelesaian proyek tersebut maka yang dapat dilakukan perusahaan adalah mengajukan
permohonan izin prinsip baru, seperti diatur dalam Perka 142015, apabila perpanjangan waktu penyelesaian proyek diajukan setelah berakhirnya masa
berlaku jangka waktu penyelesaian proyek maka permohonan perpanjangan tersebut tidak dapat diproses dan wajib mengajukan permohonan izin prinsip baru.
Penyebab izin-izin prinsip penanaman modal terancam dibatalkan, sebagian karena masa berlakunya sudah habis, dan sebagian lagi lantaran tidak
menyampaikan LKPM. Sehingga sesuai dengan UUPM dan Perka BKPM Nomor 3 Tahun 2012 telah diatur jenis sanksi dan tata cara pemberian sanksi oleh
BKPM.
85
Apabila telah dibatalkannya izin prinsip penanaman modal, dan perusahaan tersebut masih menjalankan kegiatan usaha maka hal tersebut
merupakan tindakan pelanggaran hukum. Setiap penanam modal berkewajiban membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal sesuai UUPM. Laporan
Kegiatan Penanaman Modal LKPM adalah laporan secara berkala mengenai perkembangan kegiatan perusahaan dan kendala yang dihadapi penanam modal.
LKPM ditujukan untuk memantau realisasi investasi dan produksi. LKPM mencakup kegiatan penanaman modal yang dilakukan perusahaan di setiap lokasi
dan bidang usaha investasi, kecuali bidang usaha perdagangan. Bagi perusahaan
85
Ibid
Universitas Sumatera Utara
88
yang melakukan kegiatan penanaman modal di bidang usaha perdagangan, LKPM cukup berdasarkan lokasi yang telah dinyatakan pada Izin Prinsip.
Perusahaaan yang telah mendapat Pendaftaran Penanaman Modal danatau Izin Prinsip Penanaman Modal danatau persetujuan penanaman modal danatau
Izin Usaha wajib menyampaikan LKPM secara berkala lepada kepala BKPM melalui Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Kepala
PDPPM, dan Kepala PDKPM. Kewajiban menyampaikan LKPM menjadi setiap 3 tiga bulanan atau
triwulan dalam tahap pembangunan, yaitu: 1.
LKPM Triwulan I untuk periode pelaporan Januari-Maret, disampaikan paling lambat 5 April tahun bersangkutan;
2. LKPM Triwulan II untuk periode pelaporan April-Juni, disampaikan paling
lambat 5 Juli tahun bersangkutan; 3.
LKPM Triwulan III untuk periode pelaporan Juli-September, disampaikan paling lambat 5 Oktober tahun bersangkutan;
4. LKPM Triwulan IV untuk periode pelaporan Oktober-Desember,
disampaikan paling lambat 5 Januari tahun berikutnya. Bagi perusahaan yang telah memiliki Izin Usaha menjadi enam bulanan atau
semester, yaitu: 1.
LKPM Semester I untuk periode pelaporan Januari-Juni, disampaikan akhir bulan Juli tahun bersangkutan;
2. LKPM Semester II untuk periode pelaporan Juli-Desember, disampaikan
pada akhir Januari tahun berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
89
Penyampaian LKPM dapat dilakukan melalui beberapa cara: 1.
Mengisi aplikasi on-line melalui Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik SPIPISE ;
2. Menyampaikan hardcopy secara langsung kepada Badan Koordinasi
Penanaman Modal dan kepada PDPPM provinsi serta PDKPM KabupatenKota dimana proyek penanaman modal berlokasi, atau;
3. Via email ke alamat lkpmbkpm.go.id.
Apabila perusahaan tidak menyampaikan kewajiban menyampaikan LKPM maka sesuai ketentuan dapat dikenakan sanksi administratif di antaranya pencabutan ijin
kegiatan atau fasilitas penanaman modal. Tata cara penyampaian LKPM tersebut diatur dalam Perka BKPM No. 3 Tahun
2012 sebagai perubahan dari Perka BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
86
. 2.
Penyelundupan hukum Berkaitan dengan penyelundupan hukum ini dapat dijelaskan bahwa
keberadaan investasi asing di Indonesia merupakan salah satu dampak dari pesatnya pembangunan di berbagai bidang di Indonesia. Pemerintah Indonesia
menempatkan penanaman modal asing pada prioritas tertinggi. Salah satu pengaruh langsung di bidang pertanahan, yang berupa kebutuhan tanah untuk
pembangunan fisik yang semakin meningkat. Bagi bangsa Indonesia, setiap usaha pembangunan diharapkan dapat
memberikan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tujuan ini merupakan dasar
86
http:nswi.bkpm.go.idwpsportalLKPM-ID diakses tanggal 7 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
90
pembangunan ekonomi yang telah dituangkan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang- Undang Dasar Tahun 1945. Selanjutnya, tujuan ini ditindaklanjuti dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang lebih dikenal dengan UUPA. Salah satu asas dalam UUPA adalah
asas kebangsaan. Berdasarkan asas ini, hanya Warga Negara Indonesia WNI yang diperkenankan untuk mempunyai hubungan sepenuhnya dengan tanah. Hal
ini berarti bahwa hubungan WNA dengan tanah dibatasi, yakni hanya diberi kemungkinan untuk mempunyai Hak Pakai HP atau Hak Sewa.
Pemberian HP kepada WNA seyogyanya dapat memberikan kenyamanan bagi WNA yang menguasai tanah di Indonesia terlebih lagi pada masa yang akan
datang, mobilitas WNA yang masuk ke Indonesia semakin bertambah. Mobilitas tersebut dipengaruhi oleh adanya kemajuan di berbagai bidang, seperti ilmu
pengetahuan, telekomunikasi, jaringan transportasi, dan lain-lain akan membuat arus informasi semakin mudah dan lancar mengalir antar individu danatau
kelompok. Batas geografis dan negara tidak lagi signifikan. Kondisi tersebut di atas membutuhkan adanya perangkat peraturan
perundang-undangan yang dapat menjamin kepastian hukum bagi WNA yang menguasai tanah di Indonesia peraturan dimaksud seyogyanya dapat
mengimbangi pesatnya perkembangan kebutuhan hukum dalam praktik. Berkaitan dengan hal kepastian hak atas tanah dimaksud saat ini telah ada peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya, di antaranya adalah: Peraturan Pemerintah PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan HP. PP Nomor 41 Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat
Universitas Sumatera Utara
91
Tinggal atau Hunian Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan Di Indonesia Penerbitan kedua PP ini mengandung arti positif karena pengaturan tentang HP
merupakan landasan yuridis bagi penguasaan tanah oleh WNA di Indonesia Pada tingkat MenteriKepala Badan Pertanahan Nasional, telah pula diterbitkan
Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional PMNAKBPN No. 7 Tahun 1996 Jo. PMNAKBPN No. 8 Tahun 1996 tentang
Persyaratan Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang Asing. Peraturan di atas pada dasarnya merupakan salah satu kebijakan publik
karena merupakan produk dari legislatif dan eksekutif Sebagai suatu kebijakan, selain penetapan kebijakan, maka yang penting juga adalah implementasinya
pelaksanaan kebijakan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan itu sendiri. Oleh karena itu, aparat pelaksana diharapkan dapat menerjemahkan
kebijakan itu ke dalam tindakan yang nyata. Praktiknya, kebijakan pemberian HP kepada WNA diindikasikan tidak
dapat dilaksanakan secara efektif di Indonesia. WNA justru melakukan praktek- praktek penguasaan tanah melalui cara yang tidak sesuai dengan ketentuan
UUPA. WNA memperoleh tanah dengan melakukan praktek penyelundupan hukum, yakni dengan cara pemindahan hak melalui sewa maupun dalam bentuk
pemilikan hak atas tanah yang menggunakan “kedok” atas nama WNI. Kedua cara ini telah marak dimanfaatkan oleh WNA dalam memperoleh hak atas tanah di
beberapa tempat. Di Indonesia, perolehan tanah dengan cara terselubung tersebut biasanya diikuti dengan peruntukkan tanahnya berupa pembangunan fisik
bangunan. Praktek seperti itu dapat disebut sebagai suatu model kerjasama
Universitas Sumatera Utara
92
pemanfaatan tanah antara WNA dengan WNI. Model-model kerjasama yang telah dipraktekkan oleh masyarakat adalah model pinjam nama dan sistem
kontraksewa tanah. Sedangkan model yang diatur menurut ketentuan UUPA dan peraturan pelaksanaannya adalah pemberian HP kepada WNA baik HP di atas
tanah negara maupun HP di atas tanah Hak Milik. Praktek kerjasama pemanfaatan tanah antara WNA dengan penduduk lokal
tersebut akan memberikan dampak terhadap keberlanjutan sistem kehidupan masyarakat. Hal ini karena ketika terdapat pihak yang akan masuk untuk
menanamkan modalnya di Indonesia, sesungguhnya masyarakat telah masuk ke dalam perangkap untuk saling bertikai. Masyarakat sangat mudah berseteru
dengan sanak saudaranya hanya karena perbedaan pendapat dalam pengalihan tanah warisan. Selain itu, kemudahan masuknya arus modal ke Indonesia sering
dilakukan dengan cara mempermainkan hukum, bertabrakan dengan kebijakan pusat, memperkosa hak-hak komunitas, hak adat, tata nilai dan tata kultur yang
berlaku di Indonesia. B. Faktor Pemicu Terjadinya Penyimpangan dalam Pelaksanaan Perizinan
Perusahaan Joint Venture
Berkaitan dengan perizinan, seringkali terjadi kontradiksi antara berbagai peraturan. Kontradiksi ini, misalnya, dapat dilihat dari upaya pemerintah
meningkatkan investasi melalui salah satunya upayanya mempermudah pengurusan izin penanaman modal dengan UU Migas No 22 tahun 2001 yang
menyatakan bahwa investasi di sektor migas harus melalui tiga pintu, yaitu izin dari Dirjen Migas pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kepala
Universitas Sumatera Utara
93
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha BP Migas dan Dirjen Bea Cukai Depkeu.
87
Seorang pengusaha asing kemungkinan besar akan tetap membatalkan niatnya berinvestasi di Indonesia walaupun proses pengurusan izin investasi menjadi lebih
lancar dan lebih murah setelah dilaksanakannya UU PM No.25 2007 tersebut, jika UU mengenai kepabeanan dirasa tidak menguntungkannya karena pengusaha
tersebut akan banyak melakukan impor, atau pasar tenaga kerja di Indonesia dirasa tidak fleksibel akibat berlakunya UU No.13 tahun 2003 mengenai
Ketenagakerjaan. Sebagai contoh dii sektor perhotelan, misalnya, jumlah izin yang
diperlukan mencapai 37 buah, karena setiap bagian dari hotel harus memiliki izin khusus dari departemen terkait. Misalnya untuk membangun restoran di dalam
hotel perlu izin dari Departemen Kesehatan karena menyangkut makanan yang sehat dan aman bagi konsumen, sedangkan untuk membangun kolam berenang
harus dapat izin dari Departemen olah raga, dan untuk pemakaian tenaga kerja harus dapat izin dari Departemen Tenaga Kerja dan jelas harus mengikuti
peraturan yang tercantum di UU Ketenagakerjaan yang berlaku, dan seterusnya. Dapat dibayangkan, jika izin penanam modal sudah keluar, tetap seorang investor
yang akan membangun sebuah hotel akan tetap skeptis apabila beberapa atau semua dari izin-izin lainnya itu tidak jelas atau prosedurnya sangat bertele-tele.
Upaya yang perlu dilakukan yaitu adanya pengawasan pelaksanaan di lapangan. UU PM No.25 2007 harus diakui merupakan suatu kemajuan besar
dalam upaya selama ini menyederhanakan proses perizinan penanaman modal
87
http:thesis.umy.ac.iddatapublikt38750.docxdiakses tanggal 1 Febuari 2016
Universitas Sumatera Utara
94
untuk meningkatkan investasi di dalam negeri, namun, hasilnya sangat tergantung pada bagaimana implementasinya di lapangan. Oleh karena itu, implementasiya
harus dimonitor secara ketat, khususnya di daerah.
88
1. Koordinasi
Koordinasi yang tidak baik antar lembaga pemerintah yang sudah merupakan salah satu persoalan klasik di negeri ini. Sebagaimana diuraikan dalam
kasus perhotelan tersebut di atas, jelas diperlukan suatu kerjasama yang baik antara BKPM, Departemen Ketenaga kerjaan, Departemen Kesehatan,
Departemen Olah Raga, Pemda, dan banyak lagi instansi pemerintah lainnya yang terlibat.
Masalah koordinasi ini terasa semakin parah sejak pelaksanaan otonomi daerah. Banyak peraturan pemerintah atau keputusan presiden tidak bisa berjalan
efektif karena adanya tarik-menarik kepentingan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang semuanya merasa paling berkepentingan atas penanaman
modal di daerah. Otonomi yang dimiliki daerah, pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi, kabupaten dan kota diberikan kewenangan dalam bidang
penanaman modal. Sejak pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah pusat terpaksa mengeluarkan kepres khusus mengenai penanaman modal karena banyaknya
kendala yang dihadapi oleh para investor yang ingin membuka usaha di daerah, khususnya yang berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha. Investor
seringkali dibebani oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan disertai dengan biaya tambahan yang
88
Ibid
Universitas Sumatera Utara
95
cukup besar. Persoalan ini muncul atau tidak adanya koordinasi yang baik antara pusat dan daerah tersebut jelas disebabkan tidak adanya penjelasan lebih lanjut
secara teknis, termasuk soal pelaksanaannya penanaman modal daerah yang berakibat tidak efisiennya pengurusan perizinan usaha. Karena tanpa suatu
panduan yang jelas, pemerintah daerah menafsirkan berbeda dengan pemerintah pusat mengenai wewenang dalam pengurusan penanaman modal di daerah.
Selain harus sejalan dengan atau didukung oleh UU lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kelancaran penanaman modal di
dalam negeri, UU PM yang baru juga harus memberikan solusi paling efektif terhadap permasalahan-permasalahan lainnya yang juga sangat berpengaruh
terhadap kegiatan investasi, di antaranya adalah persoalan pembebasan tanah. Banyak kasus dalam beberapa tahun belakangan ini menunjukkan kegiatan
investasi terhambat atau bahkan dibatalkan karena belum tuntasnya pembebasan tanah. Ini berarti, masalah pembebasan tanah harus masuk di dalam paket
perizinan investasi seperti yang dimaksud di atas. Sekali lagi, UU PM No.25 tahun 2007 tersebut tidak akan efektif meningkatkan investasi di Indonesia
apabila persoalan pembebasan tanah semakin ruwet, semakin mahal dan semakin besar resiko keselamatan jiwa dan usaha bagi calon investor Keselamatan jiwa
dan usaha disini maksudnya adalah karena sering kali terjadi penipuan dalam transakti pembelian tanah, yang beberapa tahun setelah tanah dibeli dan pabrik
dibangun di atas tanah tersebut, tiba-tiba muncul sekelompok masyarakat menduduki pabrik tersebut dengan cara paksa dengan alasan mereka sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
96
alih waris dari tanah itu dan tidak mendapatkan sesenpun uang dari pembelian tersebut.
Upaya yang perlu dilakukan, dalam hal ini pemerintah harus tegas bahwa koordinasi nasional mengenai penanama modal di Indonesia adalah BKPM,
walaupun sekarang ini dalam era otonomi daerah, pemda punya hak mengaturnya di lapangan, seperti yang tercantum dalam Pasal 1 No. 11, Bab I Ketentuan
Umum dari UU PM No.25 2007 sbb.: Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
89
Hal ini sangat perlu mengingat bahwa buruknya koordinasi antar departemen sudah merupakan salah satu masalah klasik di
republik ini, dan jangan dibiarkan koordinasi ini menjadi lebih buruk akibat otonomi daerah.
2. Birokrasi
Kendala yang menghambat lainnya adalah birokrasi. Birokrasi yang tercerminkan oleh antara lain prosedur administrasi dalam mengurus investasi
seperti perizinan, peraturan atau persyaratan, dan lainnya yang berbelit-belit dan langkah-langkah prosedurnya yang tidak jelas. Ini juga merupakan masalah klasik
yang membuat investor enggan melakukan investasi. Birokrasi yang tidak efisien merupakan masalah utama yang dihadapi
pengusaha, bukan hanya membuat banyak waktu yang terbuang tetapi juga besarnya biaya yang harus ditanggung oleh pengusaha atau calon investor.
89
Pasal 1 No. 11, Bab I Ketentuan Umum dari UU PM No.25 2007.
Universitas Sumatera Utara
97
Seperti telah dikatakan sebelumnya, UUP PM yang baru bisa berfungsi sebagai motor akselerasi terhadap pertumbuhan investasi di Indonesia, sesuai harapan
hanya jika UU atau peraturan lainnya yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan investasi atau usaha disederhanakan atau mendukung
UU PM tersebut. Tidak akan ada gunanya jika birokrasi dalam pengurusan izin investasi disederhanakan namun prosedur administrasi untuk mendapatkan izin-
izin lainnya untuk membuka suatu usaha baru tidak turut disederhanakan.
C. Wewenang Pengawasan Badan Koordinasi Penanaman Modal Terhadap Penyimpangan dalam Pelaksanaan Perizinan Perusahaan Joint Venture
Kekuasaan selalu ada di dalam setiap masyarakat baik yang masih
sederhana maupun yang sudah kompleks susunannya.
90
Akan tetapi walaupun selalu ada, kekuasaan tadi tidak dapat dibagi rata kepada semua warga
masyarakat. Wewenang hanya dapat menjadi efektif apabila didukung dengan kekuasaan yang nyata. Akan tetapi acapkali letak wewenang yang diakui dan letak
kekuasaan yang nyata tidak berada di dalam satu tangan atau satu tempat. Apabila kekuasaan dihubungkan dengan sistem hukum, maka yang terjadi para
pembentuk, penegak, maupun pelaksana hukum adalah para warga masyarakat yang mempunyai kedudukan-kedudukan yang mengandung unsur-unsur
kekuasaan. Akan tetapi mereka tidak dapat mempergunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang, oleh karena pembatasan tertentu atas peran-perannya, yang
90
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia, edisi revisi UI-Press, Jakarta, 2002, hlm. 158-162.
Universitas Sumatera Utara
98
ditentukan oleh cita-cita keadilan masyarakat dan oleh pembatasan-pembatasan praktis dari pengguna kekuasaan itu sendiri.
91
Hukum ada karena kekuasaan yang sah. Kekuasaan yang sah menciptakan hukum. Ketentuan-ketentuan yang tidak berdasarkan kekuasaan yang sah pada
dasarnya bukan hukum. Sebaliknya, hukum itu sendiri pada hakekatnya kekuasaan. Hukum mengatur, mengusahakan ketertiban, dan membatasi ruang
gerak individu. Tidak mungkin hukum menjalankan fungsi itu jika tidak merupakan
kekuasaan. Intinya,
hukum merupakan
kekuasaan untuk
mengusahakan ketertiban.
92
Melalui kekuasaan lahirlah hukum dan melalui hukum timbulah kewenangan atau wewenang. Wewenang menurut HD. Stout dalam Juniarso
Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat didefinisikan sebagai keseluruhan aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh
subyek hukum publik di dalam hubungan hukum publik.
93
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata Negara dan hukum administrasi. Begitu pentingnya kewenangan ini, maka konsep itu
dapat dikatakan sebagai hal yang paling penting dalam hukum tata Negara dan hukum administrasi negara. Selain hal tersebut dalam kewenangan terdapat hak
dan kewajiban yang harus dijalankan. Menurut P Nicolai dalam Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat dikatakan: Kemampuan untuk melakukan tindakan
hukum tertentu yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan
91
Ibid
92
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1996, hlm.16
93
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Bandung: Nuansa, 2010, hlm. 136
Universitas Sumatera Utara
99
akibat hukum, dan mencakup rnengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum. Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu
atau menurut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.
94
Pengawasan pelaksanaan penanaman modal diatur dalam Pasal 6 huruf c Perka BKPM No. 132009 dilakukan melalui:
1. Penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman
modal dan fasilitas yang telah diberikan; 2.
Pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan 3.
Tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman modal. Badan yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
penanaman modal tersebut adalah:
95
1. Perangkat Daerah KabupatenKota bidang Penanaman Modal “PDKPM”
terhadap seluruh kegiatan penanaman modal di kabupatenkota; 2.
Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal PDPPM terhadap penanaman modal yang kegiatannya bersifat lintas kabupatenkota dan
berdasarkan peraturan
perundang-undangan menjadi
kewenangan pemerintahan provinsi;
3. BKPM terhadap penggunaan fasilitas fiskal penanaman modal yang menjadi
kewenangan pemerintah; 4.
Instansi teknis terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha.
94
Ibid
95
http:www.hukumonline.comklinikdetaillt4da7214a4789fpengaturan-dan- pengawasan-pelaksanaan-joint-venture diakses tanggal 21 Desember 2015
Universitas Sumatera Utara
100
Sebagaimana dalam pelaksanakan tugas pengawasan sebagaimana disebut di atas, PDKPM melakukan koordinasi dengan instansi daerah terkait. Sedangkan
PDPPM melakukan koordinasi dengan PDKPM dan instansi daerah terkait, di mana BKPM melakukan koordinasi dengan PDKPM, PDPPM dan instansi daerah
terkait. Perusahaan yang telah mendapatkan perizinan penanaman modal, wajib
menyampaikan LKPM secara berkala sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 2 Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pengendalian Penanaman Modal dan disampaikan kepada BKPM, PDPPM, PDKPM, dan kepada Badfan Pengusahaan KPBPB apabila lokasi proyek berada
di wilayah KPBPB atau administrator KEK apabila lokasi proyek berada di wilayah KEK
96
. Penyampaian LKPM oleh perusahan yang masih dalam tahap
pembangunan wajib menyampaikan LKPM setiap 3 tiga bulan Triwulan dengan periode laporan sebagai berikut:
1. LKPM Triwulan I untuk periode pelaporan Januari-Maret, disampaikan paling
lambat 5 April tahun bersangkutan; 2.
LKPM Triwulan II untuk periode pelaporan April-Juni, disampaikan paling lambat 5 Juli tahun bersangkutan;
3. LKPM Triwulan III untuk periode pelaporan Juli-September, disampaikan
paling lambat 5 Oktober tahun bersangkutan;
96
Pasal 11 ayat 1 Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
101
4. LKPM Triwulan IV untuk periode pelaporan Oktober-Desember, disampaikan
paling lambat 5 Januari tahun berikutnya. Penyampaian laporan oleh perusahaan yang dalam tahap produksioperasi
komersial telah ada izin usaha wajib menyampaikan LKPM setiap 6 enam bulan Semester dengan menggunakan formulir LKPM.
BKPM, PDPPM,
PDKPM, Badan
Pengusahaan KPBPB
atau Administrator KEK melakukan verifikasi dan evaluasi data realisasi penanaman
modal yang dicantumkan dalam LKPM terhadap perizinan dan nonperizinan penanaman modal yang diterbitkannya
97
Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksdu pada Pasal 3 ayat 1 huruf c Perka BKPM Nomor 3 Tahun 2012 dilaksanakan melalui pemeriksaan ke lokasi
proyek penanaman modal, sebagai tindak lanjut dari evalusai atas pelaksanaan penanaman modal berdasarkanb perizinan dan nonperizinan yang dimiliki, adanya
indikasi penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman modal, penggunaan fasilitas pembebasan bea masuk
98
. Mekanisme pengawasan ke lokasi proyek sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dilakukan secara terkoordinasi dengan memebritahukan terlebih dahulu kepada perusahaan yang diberitahukan paling lambat 5 hari kerja sebelum
pelaksanaan pengawasan dengan menggunakan bentuk surat. Kemudian pimpinan atau penanggung jawab perusahaan di lokasi proyek wajib
memeberikan informasi yang diperlukan terkait dengan objek pemeriksaan. Dan hasil pemeriksaan di lokasi proyek dituangkan kedalam Berita Acara Pengawasan
97
Ibid, Pasal 12 ayat 1
98
Ibid, Pasal 19
Universitas Sumatera Utara
102
yang ditanda tangani oleh pemeriksa dan pimpinanpenanggung jawab perusahaan.
BAP dibuat sebagai bentuk hasil pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal dalam rangka:
1. Evaluasi atas pelaksanaan penanaman modal berdasarkan perizinan dan
nonperizinan yang dimiliki 2.
Proses permohonan pencabutan penanaman modal yang diajukan kepada BKPM oleh PDKPM dan PDPPM
3. Proses permohonan pencabutan proyek penanaman modal.
4. Pengawasan penggunaan mesin danatau barang dan bahan yang mendapat
fasilitas pembebanan bea masuk. 5.
Tindak lanjut ditemukannya bukti awal penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Proses pengenaan dan pembatalan sanksi.
Pembuatan BAP dilakukan di lokasi proyek dan dilaksanakan secara terkoordinasi antara BKPM danatau PDPPM danatau PDKPM danatau Badan
Pengusahaan KPBPB dan atau Administrator KEK Kawasan Ekonomi Khusus dengan
instansi Pemerintah
terkait, serta
ditandatangani oleh
pimpinanpenananggungjawab perusahaan dan pejabat yang melakukakan pemeriksaan
99
. BKPM atau PDPPM atau PDKPM atau Badan Pengusahaan KPBP atau
Administrator KEK Kawasan Ekonomi Khusus yang diterbitkannya dapat
99
Ibid, Pasal 21
Universitas Sumatera Utara
103
mengenakan sanksi administratif kepada perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud di dalam Pasal 5 dan
Pasal 6 Perka BKPM 32012, melakukan penyimpangan terhadap perizinan dan nonperizinan penanaman modal dan ketentuan pelaksanaan pennaman modal.
Sanksi administratif dilakukan secara bertahap: 1.
Peringatan tertulis; 2.
Tidak dilayaninya permohonan perpanjangan jadwal pengimporan mesin danatau barang dan bahan;
3. Tidak dilayaninya permohonan perubahan daftar induk impor mesin, barang
dan bahan; 4.
Pembekuan API; 5.
Rekomendasi pengurangan kuota impor mesin danatau barang; 6.
Pembatasan kegiatan usaha; 7.
Pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal; 8.
Pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal
100
Dan sanksi juga dapat diterapkan apabila dalam kegiatan penanamn modal terjadi pencemaran lingkungan atau keadaan lainnya yang membahayakan
keselamatan masyarakat.
100
Ibid, Pasal 26
Universitas Sumatera Utara
104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN