Pengawasan Penanaman Modal oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM

34 BKPM. Ketua dewan koordinasi investasi daerah BKPMD ditunjuk oleh gubernur provinsi representatif 32 . Posisi kepala biro di BKPM dipegang oleh pejabat yang merangkap kepala biro investasi di departemen terkait 33 . Hal ini dimaksud untuk mempermudah koordinasi antara BKPM dan semua departemen terkait.

C. Pengawasan Penanaman Modal oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM

Joint venture merupakan salah satu bentuk kegiatan menanam modal yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing melalui usaha patungan untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. 34 Joint venture atau usaha patungan ini dikategorikan sebagai kegiatan PMA sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 huruf c UUPM. Berdasarkan Pasal 27 UUPM, maka Pemerintah mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, antar instansi Pemerintah dengan pemerintah daerah, maupun antar pemerintah daerah. Koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal ini dilakukan oleh BKPM. BKPM merupakan lembaga independen non-departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Presiden kemudian menetapkan Peraturan Presiden No. 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal pada 3 September 2007. 32 Luna Destiana, Analisis Kualitas Pelayanan Perizinan Investasi di Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, Hlm.50 33 Ibid 34 http:www.legal4ukm.compengaturan-pengawasan-joint-venturediakses tanggal 1 Desember 2015 Universitas Sumatera Utara 35 Sesuai dengan Pasal 28 UUPM dan Pasal 2 Perpres No. 90 Tahun 2007, maka BKPM memiliki tugas utama untuk melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan kewenangan yang diberikan kepadanya, BKPM mengeluarkan Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal pada 23 Desember 2009. Pengendalian Pelaksanaan Modal ini dimaksudkan untuk melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal. Tujuan dari pengendalian pelaksanaan modal ini adalah agar dapat: 1. Memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan; 2. Melakukan bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan; 3. Melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan penggunaan fasilitas fiskal serta melakukan tindak lanjut atas penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan. Pengawasan pelaksanaan penanaman modal diatur dalam Pasal 6 huruf c Perka BKPM Nomor 13 Tahun 2009 dilakukan melalui: 1. Penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan fasilitas yang telah diberikan; 2. Pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan 3. Tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman modal. Universitas Sumatera Utara 36 Badan yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal tersebut adalah: 1. Perangkat Daerah KabupatenKota bidang Penanaman Modal PDKPM terhadap seluruh kegiatan penanaman modal di kabupatenkota; 2. Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal PDPPM terhadap penanaman modal yang kegiatannya bersifat lintas kabupatenkota dan berdasarkan peraturan perundang-undangan menjadi kewenangan pemerintahan provinsi; 3. BKPM terhadap penggunaan fasilitas fiskal penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah; 4. Instansi teknis terhadap pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan usaha. Berkenaan dengan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana disebut di atas, PDKPM melakukan koordinasi dengan instansi daerah terkait. Sedangkan PDPPM melakukan koordinasi dengan PDKPM dan instansi daerah terkait, di mana BKPM melakukan koordinasi dengan PDKPM, PDPPM dan instansi daerah terkait. BKPM dapat langsung melakukan pemantauan, pembinaan dan pengawasan atas kegiatan penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi atau kabupatenkota, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Perka BKPM No. 13 Thn 2009. Perka BKPM ini kemudian diubah dengan Peraturan Kepala BKPM No. 7 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Universitas Sumatera Utara 37 Setiap PT PMA yang melakukan kegiatan joint venture di Indonesia yang telah mendapatkan Pendaftaran Penanaman Modal danatau Izin Prinsip Penanaman Modal danatau Persetujuan Penanaman Modal danatau Izin Usaha wajib menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal LKPM secara berkala kepada Kepala BKPM melalui Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Kepala PDPPM dan Kepala PDKPM sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat 7 Perka BKPM No. 7 Thn 2010 jo. Pasal 15 ayat c UUPM. LKPM merupakan laporan secara berkala mengenai perkembangan kegiatan perusahaan dan kendala yang dihadapi penanam modal yang disampaikan secara online melalui Sistem Pelayanan Informasi dan Pemberian Izin Investasi Secara Elektronik pada website http:nswi.bkpm.go.id atau langsung kepada BKPM dan kepada Badan Penanaman Modal Provinsi serta KabupatenKota di mana proyek penanaman modal berlokasi. Metode pelaporan LKPM tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagi PT PMA yang masih dalam tahap pembangunan, kewajiban menyampaikan LKPM menjadi setiap tiga bulanan atau per triwulan yaitu: a. LKPM triwulan I untuk periode pelaporan Januari sampai dengan Maret, disampaikan paling lambat pada 5 April bulan yang bersangkutan; b. LKPM triwulan II untuk periode pelaporan April sampai dengan Juni, disampaikan paling lambat pada 5 Juli bulan yang bersangkutan; Universitas Sumatera Utara 38 c. LKPM triwulan III untuk periode pelaporan Juli sampai dengan September, disampaikan paling lambat pada 5 Oktober bulan yang bersangkutan; dan d. LKPM triwulan IV untuk periode pelaporan Oktober sampai dengan Desember, disampaikan paling lambat pada 5 Januari tahun berikutnya. 2. Bagi PT PMA yang telah memiliki izin usaha, memiliki kewajiban menyampaikan LKPM menjadi per enam bulan atau per semester yaitu: a. LKPM semester I untuk periode pelaporan Januari sampai dengan Juni, disampaikan pada minggu pertama Juli bulan yang bersangkutan; dan b. LKPM semester II untuk periode pelaporan Juli sampai dengan Desember, disampaikan pada minggu pertama Januari tahun berikutnya. 3. Bagi PT PMA yang memiliki kegiatan penanaman modal lebih dari satu kabupatenkota wajib menyampaikan LKPM untuk masing-masing kabupatenkota. 4. Bagi PT PMA yang memiliki beberapa bidang usaha wajib merinci realisasi investasi untuk masing-masing bidang usaha dalam LKPM. Adanya LKPM ini, maka segala perkembangan realisasi investasi dan produksi dari PT PMA dapat diawasi oleh BKPM yang kewenangannya dapat didelegasikan kepada PDKPM atau PDPPM yang terkait. LKPM ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan: Universitas Sumatera Utara 39 a. Penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan fasilitas yang telah diberikan; b. Pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal; dan c. Tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman modal. Apabila PT PMA tidak menyampaikan kewajiban menyampaikan LKPM, maka PT PMA dapat dikenakan sanksi administratif di antaranya pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal sebagaimana diatur dalam UUPM. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN