55 yang disebabkan oleh bakteri anaerob, profilaksis infeksi pasca operasi pada
pasien yang menjalani operasi kolorektal, pengobatan amebiasis, pengobatan trikomoniasis, vaginosis bakteri. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang
hipersensitivitas terhadap derivati Nitroimidazole, trimester pertama kehamilan pada pasien dengan trikomoniasis Medscape, 2015; Tatro, 2003.
Paracetamol merupakan obat golongan analgesik-antipiretik, bekerja dengan menghambat prostaglandin di Central nervous system CNS, menurunkan
demam melalui tindakan langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus. Parasetamol dimetabolisme dihati oleh CYP2E1.Penggunaan paracetamol
bersamaan metronidazole akan meningkatkan efek paracetamol dengan mempengaruhi metabolisme CYP2E1, dalam hal ini metronidazol menghambat
isoenzim ini sehingga metronidazol meningkatkan efek paracetamol. Dengan demikan perlu penyesuaian dosis atau mengatur waktu pemberian sehingga tidak
terjadi interaksi Medscape, 2015.
4.3 Data Kualitas Hidup
Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik, maka data yang telah diperoleh diubah ke
transformed score yang merupakan nilai rentang 0–100. Dari 36 pertanyaan instrumen ini dikelompokkan berdasarkan delapan subvariabel kualitas hidup.
Kualitas hidup dari 39 responden berdasarkan delapan subvariabel dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan kualitas hidup pasien berdasarkan dengan atau tanpa
komplikasi dapat dilihat pada Tabel 4.9 serta kualitas hidup secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Universitas Sumatera Utara
56
Tabel 4.8 Mean kualitas hidup dari kedelapan subvariabel kualitas hidup 39
responden di instalasi rawat inap RSUP H.Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014
Delapan subvariabel Jumlah
skor Total
skor Mean Kualitas
hidup Persentase
Fungsi fisik 16450
39000 0,422
42 Keterbatasan peran fisik
2100 15600
0,135 13
Nyeri tubuh 3840
7800 0,492
49 Kesehatan secara umum
8395 23400
0,359 36
Vitalitas 6700
15600 0,429
43 Fungsi sosial
5250 7800
0,673 67
Keterbatasan emosional 4475
11700 0,382
38 Kesehatan mental
15380 19500
0,789 79
Total delapan subvariabel 62590
140400 0,446
46
Tabel 4.9 Kualitas hidup pasien DM tipe 2 dengan atau tanpa komplikasi yang
dirawat di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014
No DM Tipe 2
Jumlah Pasien
Kualitas Hidup Pasien Dengan Komplikasi
Tanpa Komplikasi
Buruk mean
50 Baik
mean ≥50
1 DM Tipe 2
7 18
5 71
2 29
2 Ulkus Diabetikum
6 15
4 67
2 33
3 CKD Diabetes
Nefropati 6
15 4
67 2
33 4
Ulkus Diabetikum + Hipertensi
5 15
5 100
- 5
Hipertensi 5
10 2
40 3
60 6
Congestive Heart Failure CHF
5 13
5 100
- 7
Diabetes Neuropati 2
5 50
2 100
8 Hipertensi +
Diabetes Nefropati+ CHF
2 5
1 50
1 50
9 Diabetes Retinopati
1 3
- 1
100 Total
39 100
26 67
13 33
Tabel 4.10 Kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang dirawat di instalasi rawat
inap RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014.
Universitas Sumatera Utara
57 Kualitas Hidup
Kategori Jumlah
Buruk mean 50 26
67 Baik mean
≥ 50 13
33 Total
39 100
Kualitas hidup sebagai persepsi kehidupan individu dalam konteks sistem budaya dan nilai dimana mereka hidup berhubungan dengan tujuan, harapan,
standar dan kekhawatiran yang dihadapinya. Kualitas hidup menyangkut dimensi yang lebih luas termasuk kesehatan fisik, psikologis, tingkat kemandirian, sosial,
keyakinan tentang penyakit yang diderita dan lingkungan WHO, 1997. Berdasarkan hasil penelitian ini, dari delapan subvariabel kualitas hidup
diperoleh mean tertinggi adalah kesehatan mental 79 dan mean terendah pada keterbatasan fisik 13. Dalam hal ini sebagian besar dari pasien DM dengan
atau tanpa komplikasi memiliki kualitas hidup yang buruk mean 50, dimana dari 39 responden diketahui 13 responden 33 memiliki kualitas hidup baik
dengan mean ≥50 dan 26 responden 67 kualitas hidupnya buruk dengan
mean 50.
4.4 Analisis hubungan DRPs dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik.
Untuk menilai hubungan antara DRPs dan kualitas hidup, DRPs dikategorikan menjadi 2 kategori yakni DRPs + dan DRPs -. Dalam hal ini
DRPs + merupakan pasien yang mengalami DRPs sementara DRPs - merupakan pasien yang tidak mengalami DRPs dan untuk kualitas hidup
dikategorikan menjadi 2 kategori yakni kualitas hidup buruk dengan mean 50 sementara kualitas hidup baik dengan mean
≥50. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12.
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.11 DRPs yang terjadi pada pasien DM tipe 2 yang dirawat di instalasi
rawat inap RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014
DRPs Kategori
Jumlah DRPs +
13 33
DRPs - 26
67 Total
39 100
Keterangan: DRPs + : terjadi DRPs DRPs - : tidak terjadi DRPs
Tabel 4.12 Kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang dirawat di instalasi rawat inap
RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014.
Kualitas Hidup Kategori
Jumlah Buruk mean 50
26 67
Baik mean ≥ 50
13 33
Total 39
100 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 39 responden DM tipe 2
di instalasi rawat inap RSUP H.Adam Malik, DRPs terjadi pada 13 pasiensementara yang tidak mengalami DRPs adalah 26pasien dan untuk kualitas
hidup berdasarkan kuesioner didapat sebagian besar responden memiliki kualitas hidup buruk, yakni 13 responden memiliki kualitas hidup baik dengan mean
≥ 50dan 26 responden memiliki kualitas hidup buruk dengan mean 50.Hasil
crosstabulasi antara kualitas hidup dan DRPs dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Crosstabulasi antara kualitas hidup dan DRPs
Count Kualitas Hidup
Total Buruk
Baik DRPs
DRps + 7
6 13
DRPs - 19
7 26
Total 26
13 39
Universitas Sumatera Utara
59 Berdasarkan hasil crosstabulasi antara kualitas hidup dan DRPs diperoleh:
a. Pasien yang mengalami DRPs adalah 13 orang dengan 7 orang memiliki
kualitas hidup buruk dan 6 orang memiliki kualitas hidup baik. Pasien yang tidak mengalami DRPs adalah 26 orang dengan 19 orang memiliki kualitas
hidup buruk dan 7 orang memilki kualitas hidup baik. b.
Pasien yang memiliki kualitas hidup buruk adalah 26 orang dengan 7orang yang mengalami DRPs dan 19 orang yang tidak mengalami DRPs. Pasien yang
memiliki kualitas hidup baik adalah 13 orang dengan 6 orang yang mengalami DRPs dan 7 orang yang tidak mengalami DRPs.
Analisis dilakukan melalui uji statistik dengan menggunakan Chi-square, dimana hasil yang diperoleh adalah p value0,290. Karena p value0,05 artinya
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara DRPs dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik. Hal ini juga
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wanda 2013 mengenai hubungan antara kejadian DRPs dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di
poliklinik geriatri RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian DRPs dengan kualitas hidup
pasien usia lanjut dengan DM tipe 2. Menurut Pharmaceutical Care Network Europe2010 masalah terkait
obat dapat mempengaruhi kualitas hidup, namun menurut asumsi penelitiDRPs yang terjadi pada pasien DM tipe 2 dalam penelitian ini tidak begitu bermakna
terhadap kualitas hidup pasien oleh karena kondisi penyakit dan komplikasi yang dialami pasien telah mempengaruhi atau menurunkan kualitas hidup pasien, dalam
hal ini hampir seluruh pasien memiliki kondisi penyakit yang sudah parah dengan
Universitas Sumatera Utara
60 berbagai komplikasi yang dapat mengganggu kualitas hidup. Sepertiyang
ditemukan pada hasil penelitian Utami, dkk.,2014, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien DM antar lain umur, lama menderita DM,
komplikasi yang dialami dan kecemasan. Demikian halnya dengan hasil penelitian Yusra 2010 dan Solli, et al., 2010 menyatakan bahwa komplikasi dapat
memberikan dampak terhadap kualitas hidup.Pada hasil penelitian Ningtyas 2013 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
komplikasi DM dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Dalam hal ini, pasien DM tipe 2 yang mengalami komplikasi memiliki risiko 11 kali lebih besar
memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada yang tidak mengalami komplikasi. Menurut Yusra 2010, komplikasi yang dialami mengakibatkan
keterbatasan baik dari segi fisik, psikologis bahkan sosial. Gangguan fungsi dan perubahan tersebut akan berdampak terhadap kualitas hidup pasien DM tipe 2.
Universitas Sumatera Utara
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN