42 Pada penelitian ini diperoleh pasien DM tipe 2 dengan atau tanpa
komplikasi yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3Kategori pasien DM tipe 2 dengan atau tanpa komplikasi yang diperoleh
dalam penelitian ini yang dirawat di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014
No DM Tipe 2
Jumlah Pasien
Jumlah yang Teridentifikasi
DRPs Dengan Komplikasi
Tanpa Komplikasi
1 DM Tipe 2
7 18
4 10
2 Ulkus Diabetikum
6 15
2 5
3 CKD Diabetes
Nefropati 6
15 1
3 4
Ulkus Diabetikum + Hipertensi
5 13
5 Hipertensi
5 13
2 5
6 Congestive Heart
Failure CHF 5
13 2
5 7
Diabetes Neuropati 2
5 1
3 8
Hipertensi + Diabetes Nefropati+ CHF
2 5
1 3
9 Diabetes Retinopati
1 3
Total 39
100 13
33
4.2 Identifikasi Drug Related Problems
Hasil identifikasi masing-masing DRPs dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 DRPs pada pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUP H. Adam
Malik pada bulan Agustus sampai Desember 2014
No Kategori DRPs
DRP + DRP -
Total Jumlah
Jumlah Jumlah
1 Indikasi tanpa obat 5
13 34
87 39
100 2 Obat tanpa indikasi
3 8
36 92
39 100
3 Interaksi obat 7
18 32
82 39
100
Keterangan:DRPs +: terjadiDRPs DRPs - : tidak terjadi DRPs
Pada Tabel 4.4 dapat diketahui kategori DRPs yang terjadi pada pasien
DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik adalah indikasi tanpa obat terjadi pada 5 pasien 13, obat tanpa indikasi terjadi pada 3 pasien 8
dan interaksi obat yang terjadi pada 7 pasien 18. Dalam hal ini terdapat 2
Universitas Sumatera Utara
43 pasien yang mengalami 2 kategori DRPs, sehingga jumlah seluruh pasien yang
mengalami DRPs adalah 13 pasien 33 dari 39 pasien. Gambaran DRPs yang terjadi pada pasien DM tipe 2 dengan atau tanpa
komplikasi yang dirawat di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Gambaran Kejadian DRPs pada pasien DM tipe 2 dengan atau tanpa
komplikasi di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014
DM tipe 2 dengan atau
tanpa komplikasi
Jumlah pasien
Kategori DRPs Mekanisme
Solusi Indikasi tanpa
obat Obat tanpa
indikasi Interaksi obat
DM tipe 2 tanpa
komplikasi 1
Antidiabetik KGD 358
mgdLtetapi tidak
mendapatkan terapi.
Apabila KGD pasien di atas
normal, pasien harus
mendapatkan terapi.
DM tipe 2 + Congestive
Heart Failure
CHF 1
Antidiabetik Kondisi: KGD
pasien di atas normal, yaitu:
KGDs: 280.50 mgdL, dan
KGDs: 353 mgdL tetapi
tidak mendapatkan
terapi. Apabila KGD
pasien di atas normal, pasien
harus mendapatkan
terapi.
DM tipe 2 + Diabetes
Neuropati 1
Antidiabetik Kondisi: KGD
pasien di atas normal, yaitu:
KGD 230 mgdL tetapi
tidak mendapatkan
terapi. Apabila KGD
pasien di atas normal, pasien
harus mendapatkan
terapi.
DM tipe 2 tanpa
komplikasi 1
Antidiabetik Kondisi: KGD
pasien di atas normal, yaitu:
1 KGDs: 281.90
mgdL dan KGDp2jpp:
209 420 mgdL
Metronidazol dan
Paracetamol Efek:
metronidasol meningkatkan
efek paracetamol.
Farmakok inetika
1. Apabila KGD
pasien di atas normal,
pasien harus mendapatkan
terapi.
2. Penyesuaian
dosis atau mengatur
waktu pemberian.
Universitas Sumatera Utara
44
DM tipe 2 + Hipertensi
1 Antidiabetik
Kondisi: KGD pasien di atas
normal, yaitu: KGDp 2jpp:
175 mgdL 297 mgdL,
HbA1c: 10,1 dan KGDp: 275
mgdL tetapi tidak
mendapatkan terapi.
Kaptopril dan Insulin
Menyebabkan hipoglikemi.
Kondisi: KGD 138 mgdL
menjadi 30 mgdL.
Farmako dinamika
1. Apabila KGD
pasien di atas normal, pasien
harus mendapatkan
terapi. 2.
Monitoring KGD pasien
serta memperhatikan
gejala - gejala hipoglikemia
dan pengaturan dosis obat serta
mengatur waktu pemberian obat
agar tidak terjadi
interaksi.
DM tipe 2 tanpa
komplikasi 1
Paracetamol Kondisi:
pasien tidak mengalami
demam maupun
nyeri tetapi diberi
paracetamol. Paracetamol
diberikan seperlunya.
DM tipe 2 + Ulkus
Diabetikum 1
Antidiabetik insulin
kondisi: pasien
memiliki KGD 69
mgdL tetapi diberi insulin
sehingga KGD menjadi
55 mgdL. Apabila KGD
pasien di bawah normal, tidak
perlu diberikan antidiabetik.
DM tipe 2 + CKD
Diabetes Nefropati
1 Paracetamol
Kondisi: pasien tidak
mengalami demam
maupun nyeri tetapi diberi
paracetamol. Paracetamol
diberikan seperlunya.
DM tipe 2 tanpa
komplikasi 1
Furosemida dan Insulin
Menyebabkan efektifitas
insulin menurun.
Kondisi: KGDp2jpp:
122 221 mgdL menjadi
135 271 mgdL.
Tidak diketahui
Monitoring KGD secara
rutin dan bila KGD meningkat
dengan dosis penggunaan
insulin yang biasanya maka
dosis insulin ditingkatkan.
Universitas Sumatera Utara
45
DM tipe 2 + Ulkus
Diabetikum 1
Siprofloksasin dan Sukralfat
Efek: mengganggu
penyerapan siprofloksasin
dan mengurangi
efektivitasnya. Farmakok
inetika Siprofloksasin
harus diberikan 2 jam sebelum
atau 6 jam setelah
pemberian sukralfat.
DM tipe 2 + Hipertensi
1 Metilprednisol
on dan amlodipin.
Efek: metilpredniso
lon menurunkan
efektivitas amlodipin.
Farmakok inetika
Penyesuaian dosis atau
mengatur waktu pemeberian obat
agar tidak terjadi interaksi.
DM tipe 2 + Diabetes
Neuropati + Congestive
Heart Failure
CHF 1
Furosemida dan Insulin
Menyebabkan efektifitas
insulin menurun.
Kondisi: KGDp2jpp:
136 267 mgdL menjadi
191 274 mgdL.
Tidak diketahui
Monitoring KGD secara
rutin dan bila KGD meningkat
dengan dosis penggunaan
insulin yang biasanya maka
dosis insulin ditingkatkan.
DM tipe 2 + Congestive
Heart Failure
CHF 1
Furosemida dan
Bisoprolol Menyebabkan
hipotensi dan penurunan
detak jantung. kondisi:
TD:14080 mmHg
menjadi 8060 mmHg dan
HR: 80xi menjadi 60xi.
Farmako dinamika
Mengatur dosis obat yang
diberikan, mengatur waktu
pemberian obat atau butuh
pemeriksaan tekanan darah
lebih sering.
Keterangan = KGD: Kadar gula darah TD: tekanan darah
KGDs: kadar gula darah sewaktu HR: Heart rate
KGD2jpp: kadar gula darah 2 jam post prandial KGDp: kadar gula darah puasa
4.2.1 Indikasi tanpa obat
Kejadian tidak mendapatkan terapi obat sesuai indikasi pada pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai
Desember 2014 terjadi pada 5 pasien yaitu pada keadaan pasien yang menderita DM tetapi tidak mendapatkan terapi.
Universitas Sumatera Utara
46 Menurut American Diabetes Association ADA kriteria diagnosis DM
adalah HbA1C: ≥6,5 mgdL, KGDp ≥126 mgdL, dan KGD 2jpp ≥200 mgdL
sementara target KGD adalah KGDp80-130 mgdL dan KGD 2jpp ≤ 180 mgdL.
Menurut Soegondo 1995 kriteria pengendalian DM adalah KGDp baik: 80-109 mgdL, sedang: 110-125 mgdL, buruk: 126 mgdL; KGD 2jpp baik: 110-114
mgdL, sedang:145-175 mgdL, buruk: ≥ 180 mgdL, dan berdasarkanclinical
pathway RSUP H. Adam Malik KGDp yang diharapkan adalah 80-120 mgdL dan KGD 2jpp adalah 200 mgdL.
Berdasarkan hasil pemeriksaan KGD, pasien memiliki KGDp dan KGD 2jpp diatas normal tetapi tidak mendapatkan terapi. Dengan demikian apabila
KGD pasien di atas normal pasien harus mendapatkan terapi.
4.2.2 Obat tanpa indikasi
Drug related problems kategori obat tanpa indikasi pada pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai
Desember 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Obat tanpa indikasi pada pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap
RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014
No Peneyebab
Obat Jumlah Pasien
Persentase 1
Penggunaan obat tidak sesuai
dengan kondisi pasien
1. Paracetamol
Kondisi: pasien tidak mengalami
demam dan nyeri tetapi diberi
paracetamol. 2. Insulin
Kondisi: pasien memiliki KGD 69 mgdL tetapi diberi insulin sehingga
KGD menjadi 55 mgdL. 2
1 67
33
Total 3
100
Berdasarkan Tabel 4.6dapat diketahui mendapatkan terapi obat yang tidak perlu terjadi pada 3 pasien dari penelitian yang dilakukan periode bulan Agustus
Universitas Sumatera Utara
47 sampai Desember 2014, yakni mendapatkan terapi paracetamol terjadi pada 2
pasien 67dan insulinterjadi pada 1 pasien 33. Pada penelitian ini ditemukan pasien mendapatkan terapi paracetamol
tetapi pasien tidak mengalami demam maupun nyeri. Paracetamol merupakan obat bebas yang banyak digunakan sebagai analgesik-antipiretik, walaupun demikian
pengguanaan paracetamol dapat memberikan efek hepatotoksisitas, sehingga sebaiknya paracetamol diberikan seperlunya sajaGunawan, 2007.
Pada penelitian ini ditemukan jugapasien yang memiliki KGD dibawah normal yakni 69 mgdl tetapi mendapatkan terapi insulin sehingga terjadi
hipoglikemia KGD: 55 mgdl, sementara menurut ADA target KGD adalah KGDp 80-130 mgdL dan KGD 2jpp
≤ 180 mgdL dan berdasarkan clinical pathway RSUP H. Adam Malik target KGDp: 70–120 mgdL dan KGD 2jpp
≤ 200 mgdL. Dengan demikian ketika KGDdi bawah normal pasien tidak
perludiberi insulin.
4.2.3 Interaksi Obat
Drug related problems kategori interaksi obat yang terjadi pada pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUP H. Adam Malik periode bulan Agustus
sampai Desember 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 4.7 Interaksi obat pada pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUP H.
Adam Malik periode bulan Agustus sampai Desember 2014
No Penyebab
Obat Jumlah
Pasien interaksi
obat 1
Interaksi obat
1 Insulin dan Furosemida
2 Insulin dan Kaptopril
3 Furosemida dan Bisoprolol
4 Siprofloksasin dan Sukralfat
5 Metilprednisolon dan Amlodipin
6 Metronidazol dan Paracetamol
2 1
1 1
1 1
29 14
14 14
14 14
Total 7
100
Pada Tabel 4.7 dapat diketahui interaksi obat terjadi pada 7 pasien dari
penelitian yang dilakukan periode bulan Agustus sampai Desember 2014 dan dapat diketahui interaksi obat yang terjadi adalah interaksi antara insulin dan
furosemida yakni pada 2 pasien 29, interaksi antara insulin dan kaptopril terjadi pada 1 pasien 14, interaksi antara furosemidadan bisoprolol terjadi
pada 1 pasien 14, interaksi antara siprofloksasin dan sukralfat pada 1 pasien 14, interaksi antara metilprednisolon dan amlodipin pada 1 pasien 14 dan
interaksi antara metronidazol dan paracetamol pada 1 pasien 14. Mekanisme interaksi obat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu interaksi
farmasetik, interaksi farmakokinetik, dan interaksi farmakodinamik. Interaksi farmasetik terjadi di luar tubuh sebelum obat diberikan antara obat yang tidak
dapat dicampur inkompatibel. Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi ADME dari obat
lainnya. Sedangkan interaksi farmakodinamik terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir samaBaxter, 2008;
Gitawati, 2008.
Universitas Sumatera Utara
49 Tingkat keparahan interaksi sangat penting dalam menilai risiko vs
manfaat terapi alternatif. Dengan penyesuaian dosis yang tepat atau modifikasi jadwal penggunaan obat, efek negatif dari kebanyakan interaksi dapat dihindari.
Tiga tingkat keparahan didefinisikan sebagai: a. Minor, efek yang terjadi tidak signifikan mempengaruhi hasil terapi.
Pengobatan tambahan biasanya tidak diperlukan. Meminimalkan resiko: menilai risiko dan mempertimbangkan obat alternatif, mengambil langkah-langkah untuk
mengindari risiko interaksi danatau membentuk rencana pemantauan. b. Moderate, efek yang terjadi cukup signifikan secara klinis, dapat menyebabkan
penurunan status klinis pasien. Pengobatan tambahan, rawat inap, atau diperpanjang dirawat di rumah sakit mungkin diperlukan. Biasanya menghindari
kombinasi atau menggunakan hanya dalam keadaan khusus. c. Mayor, efek yang terjadi sangat signifikan secara klinis, terdapat probabilitas
yang tinggi, berpotensi mengancam jiwa atau dapat menyebabkan kerusakan permanen. Risiko interaksi melebihi manfaat. Hindari kombinasi. Drug.com,
2015. 1.
Insulindan Furosemida
No Interaksi Obat
Mekanisme Tingkat Keparahan
1 Insulin dan Furosemida
Tidak diketahui Moderate
Pada penelitian ini, dapat diketahui interaksi obat antara insulin dan
furosemida terjadi pada 2 pasien 29. Interaksi antara insulin dan furosemida dapat menurunkan efektivitas insulin. Hal ini terlihat dari hasil pemeriksaan KGD
pasien pada saat penggunaan furosemida bersamaan dengan insulin tidak terjadi penurunan kadar gula darah pasien.
Universitas Sumatera Utara
50 Furosemida merupakan salah satu obat golongan diuretik loop yang biasa
digunakan untuk gangguan kardiovaskular, seperti hipertensi dan udem. Diuretik digunakan sebagai terapi lini kedua pada hipertensi dengan penyakit DM yang
dikombinasikan dengan Angiotensin Converting Enziminhibitor ACE inhibitor atau Angiotensin II Reseptor Blocker ARB. Selain itu, furosemida sering
digunakan untuk udem yang sering terjadi pada pasien ginjal ataupun hipertensi. Hal ini dikarenakan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pengeluaran
cairan didalam tubuh melalui urin. Pengeluaran cairan meningkat disebabkan karena penghambatan reabropsi Na dan air di ginjal Dipiro, et al., 2008.
Mekanisme interaksi antara insulin dan furosemida belum diketahui secara pasti, namun literatur menyatakan efek samping dari diuretik loop adalah
hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena diuretik dapat menyebabkan toleransi glukosa. Hal inilah yang mungkin menyebabkan interaksi antara furosemida
dengan insulin sehingga perlu dilakukan monitoring kadar glukosa dalam darah secara rutin dan bila kadar glukosa darah meningkat dengan dosis penggunaan
insulin yang biasanya, maka peningkatan dosis insulin diperlukan Baxter, 2008; Hansten, 1973; Drug.com, 2015.
2. Insulin dan Kaptopril
No Interaksi Obat
Mekanisme Tingkat Keparahan
1 Insulin dan Kaptopril
Farmakodinamika Moderate
Kaptopril adalah obat golongan angiotensin converting
enziminhibitorACE inhibitoryang merupakan obat pilihan pertama dalam pengobatan hipertensi pada pasien DM dikarenakan efektivitas ACE inhibitor
yang dapat melindungi ginjal dengan dilatasi arteriol eferen sehingga akan mengurangi resiko terjadinya nefropati diabetik. ACE inhibitormenghambat
Universitas Sumatera Utara
51 perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, angiotensin II merupakan
vasokonstriktor poten yang juga merangsang sekresi aldosteron. ACE inhibitor juga memblok degradasi bradikinin dan merangsang sintesa zat-zat yang
menyebabkan vasodilatasi, termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACE
inhibitor, selain itu ACE inhibitor juga memiliki efek terhadap penurunan kadar gula darah dengan meningkatkan sensitivitas insulin Dipiro, et al., 2008.
Penggunaan kaptopril bersama dengan insulin dapat terjadi interaksi yang bersifat sinergis sehingga berpotensi menyababkan hipoglikemia. Pada penelitian
ini interaksi antara insulin dan kaptopril terjadi pada 1 pasien 14, hal ini terlihat dari hasil pemeriksaan KGD pasien yang menunjukkkan terjadinya
hipoglikemia, yakni KGDp awal 138 mgdLmenjadi 30 mgdL. Dengan demikian, dalam hal ini perlu monitoring kadar gula darah pasien serta memperhatikan
gejala2 hipoglikemia seperti: pusing, mengantuk, mual, lapar, tremor, gelisah, lemah, detak jantung cepat dan pengaturan dosis obat yang diberikan serta
mengatur waktu pemberian obat agar tidak terjadi interaksi obat Baxter, 2008; Dipiro, et al., 2008; Drug.com, 2015.
3. Furosemidadan Bisoprolol
No Interaksi Obat
Mekanisme Tingkat Keparahan
1 Furosemida dan Bisoprolol
Farmakodinamika Moderate
Bisoprol ol merupakan obat golongan β-bloker kardioselektif yang
menghambat reseptor β-1 pada jantung dan ginjal. Perangsangan reseptor β-1 menaikkan denyut jantung, kontraktilitas, dan pelepasan renin. Bisoprolol dapat
menurunkan denyut jantung, kontraksi dan menurunkan pelepasan renin.Renin merupakan enzim yang diproduksi oleh sel juxtalomedular ginjal yang berperan
Universitas Sumatera Utara
52 dalam lintasan metabolisme sistem RAA Renin-Angiotensin-Aldosteron yang
mengendalikan tekanan darah dan kadar air dalam tubuh. Dipiro, et al., 2008. Furosemidamerupakan obat golongan diuretik loop yang diindikasikan
untuk mengobati udem dan hipertensi. Hal ini dikarenakan furosemida bekerja dengan cara meningkatkan pengeluaran cairan didalam tubuh melalui
urin.Interaksi yang terjadi antara furosemida dan bisoprolol adalah bisoprolol meningkatkan kadar serum kalium dan furosemida menurunkan kadar serum
kalium yang dapat menyebabkan hipotensi dan memperlambat detak jantung. Pada penenitian ini ditemukan interaksi antara furosemida dan bisoprolol terjadi
pada 1 pasien 14, hal ini dapat dilihat dari hasil pemerikasaan tekanan darah TD dan Heart rate HR yang menunjukkan terjadinya hipotensi yakni TD dari
14080 mmHg menjadi 8060 mmHg dan penurunan HR dari 80xi menjadi 60xi. Dengan demikian, dalam hal ini perlu pengaturan dosis obat yang diberikan,
mengatur waktu pemberian obat atau butuh pemeriksaan tekanan darah lebih sering Drug.com, 2015; Dipiro, et al., 2008.
4. Siprofloksasin dan Sukralfat
No Interaksi Obat
Mekanisme Tingkat Keparahan
1 Siprofloksasin dan Sukralfat
Farmakokinetika pada fase absorbsi
Moderate
Siprofloksasin adalah antibiotik golongan fluorokuinolon yang mempunyai spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram
positif. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat dua tipe enzim II topoisomerase yaitu DNA Gyrase dan topoisomerase IV. Enzim topoisomerase II
berfungsi menimbulkan relaksasi pada DNA yang mengalami positive supercoiling pilinan positif yang berlebihan pada waktu transkripsi dalam proses
Universitas Sumatera Utara
53 replikasi DNA. Topoisomerase IV berfungsi dalam pemisahan DNA baru yang
terbentuk setelah proses replikasi DNA bakteri selesai. Antibakteri ini digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih ISK, saluran cerna, saluran nafas,
tulang dan sendi, kulit dan jaringan lunak, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual uretritis dan servisitis gonorea Gunawan, 2009.
Sukralfat merupakan salah satu obat gastrointestinal. Dalam hal ini sukralfat dapat membentuk kompleks protein pada permukaan tukak yang
melindunginya terhadap HCl, pepsin dan empedu. Kompleks ini dapat bertahan kurang lebih 6 jam di sekitar tukak, selain itu juga dapat menetralkan asam,
menahan kerja pepsin dan mengadsorpsi asam empedu. Penggunaan sukralfat bersamaan dengan siprofloksasin dapat mengurangi penyerapan siprofloksasin di
saluran cerna sehingga akan mengurangi efektivitasnya. Pada penelitian ini interaksi antara sukralfat dan siprofloksasin terjadi pada 1 pasien 14. Dengan
demikian untuk menghindari terjadinya interaksi, siprofloksasin harus diberikan 2 jam sebelum atau 6 jam setelah pemberian sukralfat Dipiro, et al., 2008;
Drug.com, 2015; Medscape, 2015; Tatro, 2003. 5.
Metilprednisolon dan Amlodipin
No Interaksi Obat
Mekanisme Tingkat Keparahan
1 Metilprednisolon dan Amlodipin
Farmakokinetika fase metabolisme
Moderate
Pada penelitian ini interaksi antara metilprenisolon dan amlodipin terjadi pada 1 pasien 14. Metilprednisolon adalah kortikosteroid yang berkerja
dengan menekan pembentukan, pelepasan dan aktivitas mediator peradangan termasuk prostaglandin, kinins, histamin, enzim liposomal dan sistem
komplemen, juga memodifikasi respon kekebalan tubuh. Amlodipin merupakan
Universitas Sumatera Utara
54 antihipertensi golongan penghambat kanal kalsium. Kalsium merupakan elemen
bagi pembentukan tulang dan fungsi otot kerangka dan otot polos jantungdinding ateriole, untuk kontraksi semua otot diperlukan ion kalsium intrasel bebas. Kadar
ion kalsium diluar sel beberapa ribu kali lebih besar daripada di dalam sel. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat rangsangan akan terjadi depolarisasi membran
sel, yang menjadi permeabel bagi ion kalsium sehingga banyak ion kalsium yang melintasi membran dan masuk kedalam sel. Dalam hal ini, pada kadar kalsium
intrasel tertentu sel mulai berkontraksi, otot jantung dan arteriole menciut konstriksi. Amlodipin akan menghambat pemasukan ion kalsium ekstrasel ke
dalam sel dan dengan demikian dapat mengurangi penyaluran impuls dan kontraksi myocard serta dinding pembuluh darah.Obat ini dimetabolisme di hati
oleh CYP3A4. Penggunaan metilprednisolon bersamaan dengan amlodipin akan menurunkan efek amlodipin dengan mempengaruhi metabolisme CYP3A4.Dalam
hal ini metilprednisolon menginduksi isoenzim ini sehingga menurunkan efek amlodipin. Dengan demikan perlu penyesuaian dosis, pemantauan atau mengatur
waktu pemberian sehingga tidak terjadi interaksi Dipiro, et al., 2008; Drug.com, 2015; Medscape, 2015; Tjay, 2007.
6. Metronidazol dan Paracetamol
No Interaksi Obat
Mekanisme Tingkat
Keparahan 1
Metronidazol dan Paracetamol Farmakokinetika fase
metabolisme Minor
Pada penelitian ini interaksi antara metronidazol dan paracetamol terjadi pada 1 pasien 14. Metronidazol adalah antibiotika yang bekerja dengan
memasuki sel bakteri atau protozoa dan mengganggu sintesis DNA dan mengakibatkan kematian sel. Indikasi obat ini adalah pengobatan infeksi serius
Universitas Sumatera Utara
55 yang disebabkan oleh bakteri anaerob, profilaksis infeksi pasca operasi pada
pasien yang menjalani operasi kolorektal, pengobatan amebiasis, pengobatan trikomoniasis, vaginosis bakteri. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang
hipersensitivitas terhadap derivati Nitroimidazole, trimester pertama kehamilan pada pasien dengan trikomoniasis Medscape, 2015; Tatro, 2003.
Paracetamol merupakan obat golongan analgesik-antipiretik, bekerja dengan menghambat prostaglandin di Central nervous system CNS, menurunkan
demam melalui tindakan langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus. Parasetamol dimetabolisme dihati oleh CYP2E1.Penggunaan paracetamol
bersamaan metronidazole akan meningkatkan efek paracetamol dengan mempengaruhi metabolisme CYP2E1, dalam hal ini metronidazol menghambat
isoenzim ini sehingga metronidazol meningkatkan efek paracetamol. Dengan demikan perlu penyesuaian dosis atau mengatur waktu pemberian sehingga tidak
terjadi interaksi Medscape, 2015.
4.3 Data Kualitas Hidup