57
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :
1. Kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan
opini going concern. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa ukuran KAP untuk memeriksa laporan keuangan suatu entitas tidak menjadi
pertimbangan auditor dalam menerbitkan opini going concern.
2. Leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa leverage
tidak menjadi
pertimbangan auditor dalam menerbitkan opini going concern.
3. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa ukuran perusahaan tidak menjadi pertimbangan auditor dalam
menerbitkan opini going concern.
4. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan opini going concern. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa auditor akan mempertimbangkan opini audit going concern yang
telah diterima tahun sebelumnya dalam menyatakan opini going concern
tahun berjalan.
Universitas Sumatera Utara
58
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan penelitian ini adalah : 1.
Penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel, yaitu 2 variabel keuangan debt to equity ratio DER dan ukuran perusahaan serta 2 variabel non
keuangan kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya. 2.
Periode penelitian hanya 4 empat tahun sehingga belum bisa melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor
dalam jangka panjang.
5.3 Saran
Dengan berbagai telaah dan analisa yang telah peneliti lakukan, serta
berdasarkan keterbatasan dari peneliti, maka untuk penyempurnan penelitian selanjutnya. Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti yang akan datang, dapat memasukkan variabel tambahan
seperti rasio keuangan yang lain atau faktor-faktor lain seperti audit lag, debt default, sehingga mampu mendeskripsikan penerbitan opini going
concern. 2.
Dapat memperpanjang tahun pengamatan sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern dalam jangka
panjang.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Opini Audit
Proses akhir dari pekerjaan audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor adalah mengkomunikasikan penilaiannya tentang tingkat
kewajaran penyajian laporan keuangan yang disusun manajemen sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Penyampaian hasil penilaian ini
disajikan secara tertulis dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam standar profesional akuntan publik. Dalam laporan tersebut harus
dimuat salah satu pendapat auditor berkenaan dengan tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum standar akuntansi keuangan berdasarkan audit yang
dilaksanakannya.
Proses audit akan menghasilkan sebuah laporan audit. Menurut IAI 1994 pengertian laporan audit adalah
suatu sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak
memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk
tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan memiliki suatu kepentingan dengan
kliennya.
Jadi laporan audit berisi tentang opini auditor yang merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
Universitas Sumatera Utara
9
dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses audit ataupun proses atestasi lainnya karena opini tersebut
merupakan informasi utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Laporan yang diterbitkan oleh auditor dapat dibagai kedalam 2
kategori yaitu: 1 laporan audit standar, dan
2 laporan audit yang menyimpang dari standar. Opini audit merupakan pernyataan auditor terhadap kewajaran
laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini audit
diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan
keuangan yang diauditnya Opini Auditor terdiri atas 5 jenis Mulyadi, 2002 :416 yaitu :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Unqualified Opinion
Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan jika auditor menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan audit
Universitas Sumatera Utara
10
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi :
a. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat
dipenuhi oleh auditor. c.
Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum di Indonesia. e.
Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelasatau modifikasi kata-kata
dalam laporan audit. 2.
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas Unqualified Opinion with Explanatory Language
Auditor dapat menambahkan suatu paragraf penjelas atau bahasa penjelas yang lain dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan
setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab
Universitas Sumatera Utara
11
utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:
a. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima
umum. b.
Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas. c.
Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkanoleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan. d.
Penekanan atas suatu hal e.
Laporan audit yang melibatkan auditor lain. 3.
Pendapat Wajar dengan Pengecualian Qualified Opinion Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee
menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam
keadaan : a.
Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkupaudit.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan
untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
Universitas Sumatera Utara
12
4. Pendapat Tidak Wajar Adverse Opinion
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 5.
Tidak Memberikan Pendapat Disclaimer of Opinion Pernyataan tidak memberikan pendapat apabila auditor
memberikan pendapa atas laporan keuangan uang diaudit. Pendapat ini juga diberikan apabila auditor dalam kondisi tidak
independen dalam hubungannya dengan klien.
2.1.2 Going Concern
Going concern adalah adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan Gray Manson, 2000.
Berdasarkan SPAP PSA 30 SA Seksi 341.1 menyatakan bahwa going concern merupakan kelangsungan hidup entitas dan dapat dipakai sebagai
asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya
informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan.
Menurut Altman dan McGough 1974 masalah going concern terbagi dua, yaitu :
1. Masalah keuangan yang meliputi kekurangan likuiditas,
defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana.
2. Masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus
menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian lemah atas operasi.
Universitas Sumatera Utara
13
Going concern adalah suatu keadaan dimana sebuah perusahaan dapat tetap beroperasi dan dipengaruhi oleh keadaan financial dan non
financial. Sebuah perusahaan dapat terancam tidak dapat beroperasi lagi apabila gagal dalam mempertahankan going concern. Hal ini biasanya
disebabkan oleh manajemen perusahaan yang buruk, kecurangan ekonomis, dan perubahan kondisi ekonomi seperti meningkatnya inflasi
akibat suku bunga yang tinggi, nilai tukar mata uang merosot.
2.1.3 Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya IAI,2001;SA Seksi 341. Opini audit going concern sangat diperlukan oleh para
pemakai laporan keuangan karena para pemakai laporan keuangan menganggap pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi
kebangkrutan suatu perusahaan. Auditor harus bertanggung jawab terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya, karena akan
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan Setiawan, 2006. Sebagai contoh, ketika seorang investor akan melakukan investasi,
sebelumnya ia perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan terutama menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan tersebut, dan dengan
adanya pengeluaran opini audit opini going concern dapat membantu para investor untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi.
Universitas Sumatera Utara
14
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern atau pertimbangan atas kondisi dan
peristiwa SPAP, 2011 : 341.3 adalah sebagai berikut : 1.
Trend negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali, kekurangan modal kerja, arus kas negatif, rasio keuangan
penting yang jelek.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan,
misalnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran
deviden, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan
pembelian kredit biasa restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau sebagian
besar aktiva.
3. Masalah intern, misalnya pemogokkan kerja, ketergantungan
besar atas suksesnya suatu proyek 4.
Masalah ekstern, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang
mengancam kemampuan perusahaan
untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting,
kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi, banjir
ataupun kekeringan.
2.1.4 Kualitas Audit
Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi kliennya De Angelo, 1981. Laporan auditor berperan penting bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan,
karena hal tersebut maka seorang auditor dituntut untuk menghasilkan kualitas yang baik. Bagi auditor yang memiliki klien yang lebih banyak
dalam industri yang sama akan mempunyai pemahaman yang lebih dalam mengenai risiko audit khusus yang mewakili industri tersebut dan oleh
Universitas Sumatera Utara
15
sebab itu, auditor akan membutuhkan pengembangan keahlian yang lebih daripada auditor pada umumnya.
Ada 4 empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit menurut Deis dan Giroux 1992 yaitu:
1. Jangka waktu auditor dalam melakukan pemeriksaan terhadap
suatu perusahaan tenure, apabila auditor melakukan audit pada klien yang sama dalam jangka waktu yang lama maka
kualitas audit yang dihasilkan semakin rendah.
2. Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit
akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan menjaga reputasinya
3. Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan
klien maka aka nada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar
4. Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika
auditor tersebut mengetahui bahwa hasil bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
Para peneliti memiliki hipotesis bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan
KAP yang kecil Deis dan Giroux, 1992. Ukuran kantor Akuntan Publik KAP dibedakan menjadi dua yaitu KAP yang berafiliasi dengan KAP
Big four dan KAP Non Big Four. Umumnya KAP The Big Four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP Non Big Four.
Hal ini dikarenakan KAP The Big Four memiliki reputasi yang lebih baik, tenaga kerja yang lebih terampil dan kompeten, dan juga cenderung
mengungkapkan masalah-maslah yang ada karena lebih siap menghadapi risiko proses pengadilan.
Berdasarkan pengklasifikasian dari Ikatan Akuntan Indonesia terdapat empat KAP besar di Indonesia :
Universitas Sumatera Utara
16
1. Purwantoro, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst Young.
2. Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu 3.
Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG 4.
Haryanto Sahari dan Rekan berafiliasi dengan Price Waterhouse Cooper.
2.1.5 Leverage
Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya.
Seberapa besar perusahaan menggunakan utang dari luar untuk pendanaan perusahaan tersebut dapat dilihat dari rasio leverage. Chen dan Church
1992 menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Hal
ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern.
Rasio leverage yang digunakan untuk penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio DER. Debt to equity Ratio DER adalah rasio yang
menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan
tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya Agnes Sawir, 2003:13. Semakin rendah DER perusahaan maka kondisi perusahaan semakin baik.
Debt to Equity Ratio
=
Total Hutang Ekuitas
x 100
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Menurut Ferry dan Jones dalam Suianto, 2001, ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Dengan kata lain, ukuran perusahaan merupakan
ukuran besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Mutchler 1985 menyatakan bahwa auditor lebih sering
mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil. Auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-
kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki manajemen yang lebih baik
sehingga pihak kreditor akan lebih bisa percaya untuk memberikan kredit kepada perusahaan besar.
2.1.7 Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian Solikah,
2007. Opini audit tahun sebelumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu auditee dengan opini going concern GCAO dan tanpa opini going
concern NGCAO. Mutchler 1984 menyatakan bahwa perusahaan yang menerima
opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk
Universitas Sumatera Utara
18
menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Solikah 2007 dalam penelitiannya melakukan pengujian terhadap pengaruh ketersediaan
informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, dengan menggunakan discriminant analysis yang memasukan tipe opini audit
tahun sebelumnnya mempunyai akurasi prediksi paling tinggi, yaitu 89,9.
Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany 2004 memperkuat bukti bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara opini audit
going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila auditor mengeluarkan opini audit going concern pada
tahun sebelumnya, maka semakin besar kemungkinan auditor mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berikutnya.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu