6 Berikut disajikan tabel persyaratan kualitas biodiesel :
Tabel 2.3 Persyaratan Kualitas Biodiesel [1]
Palm Diesel Property
Unit Petrolium
Diesel Normal
Grade Winter
Grade EN 14214
ASTM D 6751
Ester content Free glyserol
Total glyserol Density at 15
o
C Viscosity at 40
o
C Flash point
Cloud point Pour point
Cold filter plugging point
Sulfur content Carbon residue
Cetane index Acid value
Copper strip corrosion
Gross heat of combustion
mass mass
mass Kg L
cSt
o
C
o
C
o
C
o
C mass
mass Mg KOHg
3 h at 50
o
C kJ  kg
- -
- 0,853
4 98
- 15
- 0,1
0,14 53
- -
45800 98.5
0,02 0,25
0,878 4,4
182 15,2
15 15
0,001 0,02
58,3 0,08
1a 40135
98,0-99,5 0,02
0,25 0,87-0,89
4,0-5,0 150-200
-18 to 0 -21 to 0
-18 to 3 0,001
0,02-0,03 53,0-59,0
0,3 1a
39160 96,5 min
0,02 max 0,25 max
0,86-0,89 3,5-5,0
120 min -
- -
0,001 max 0,3 max
51 min 0,5 max
1 -
- 0,02 max
0,24 max -
1,9-6,0 130 min
- -
- 0,0015
0,05 max 47 min
0,8 max 3 max
-
2.3 Produksi Biodiesel
Kebanyakan  proses  untuk  membuat  biodiesel  menggunakan  katalis  untuk memulai  reaksi  transesterifikasi  dan  esterifikasi.  Katalis  diperlukan  untuk  memulai
reaksi.  Katalis  pada  proses  transesterifikasi  yang  paling  umum  adalah  katalis  basa kuat  seperti  natrium  hidroksida,  kalium  hidroksida,  dan  natrium  atau  kalium
metoksida.  Setelah  transesterifikasi  selesai,  katalis  basa  terakumulasi  terutama  pada fase  gliserol  produk  samping.  Katalis  asam  yang  juga  digunakan  dalam  reaksi
esterifikasi  homogen,  namun  cenderung  menumpuk  di  fasa  acid  alkohol-air.  Yang paling  umum  digunakan  dalam  produksi  biodiesel  adalah  methanol.  Faktor  kunci
kualitas  untuk  alkohol  adalah  kadar  air  0,08  berat.  Air  mengganggu  reaksi transesterifikasi  dan  dapat  mengakibatkan  hasil  yang  buruk  atau  tidak  ada  ester,
tingkat  sabun  tinggi,  asam  lemak  bebas,  dan  trigliserida  dalam  produk  akhir. Sayangnya, semua alkohol higroskopis dan mampu menyerap air dari udara. Selain
itu, proses dasar-katalis biasanya menggunakan rasio molar 6 : 1 daripada rasio 3: 1
Universitas Sumatera Utara
7 yang dibutuhkan oleh reaksi. Alasan untuk menggunakan alkohol ekstra adalah untuk
hasil  yang  lebih  dekat  dengan  yield  99,7  untuk  memenuhi  total  gliserol  standar untuk bahan bakar biodiesel. Alkohol yang tidak terpakai harus didaur ulang kembali
ke dalam proses untuk meminimalkan biaya operasi dan dampak lingkungan [13]. Ada  tiga  jenis  katalis  yang  digunakan  untuk  prouksi  biodiesel yaitu katalis
asam dan katalis basa baik berupa katalis homogen maupun heterogen, serta enzim. Umumnya  yang  digunakan  adalah  NaOH,  H
2
SO
4
dan  HCl.  sayangnya    katalis    ini sulit sulit dipisahkan, dapat merusak lingkungan, bersifat  korosif  dan  menghasilkan
limbah  beracun [14]. Penggunaan  katalisis  heterogen  adalah  teknologi  yang  menjanjikan  untuk
produksi biodiesel dalam mengatasi masalah yang terkait dengan penggunaan katalis asam-basa  homogen.  Katalis  heterogen  non-korosif  dan  ramah  lingkungan,  dapat
dengan mudah dipisahkan dari produk melalui filtrasi dan masalah pembuangan yang lebih sedikit dari katalis homogen. Selain itu, karena pemisahan yang lebih baik dari
katalis  dengan  produk  akhir,  katalis  heterogen  dapat  didaur  ulang  dan  digunakan beberapa  kali,  sehingga  menawarkan  jalur  yang  lebih  ekonomis  untuk  produksi
biodiesel.  Namun,  tantangan  utama  yang  terkait  dengan  pengembangan  katalis heterogen  adalah  kemampuan  mereka  mentolerir  asam  tinggi  bebas  lemak  FFA
bahan baku pada kondisi ringan dan penggunaanya kembali [15]. Katalis  heterogen  tulang  ayam  merupakan  limbah  dapat  dijadikan  sebagai
sumber  mineral  kalsium  yang  berpotensi  sebagai  sumber  kalsium  oksida  CaO, dimana Ca pada tulang berada dalam bentukan garam kalsium dan fosfor, terdeposit
dalam  jaringan  matriks  lunak  yang  terdiri  dari  bahan  organik  mengandung  serat kolagen dan gel mukopolisakarida. Konversi Ca menjadi CaO diharapkan terbentuk
melalui  dekomposisi  termal  kalsium  karbonat  CaCO3  dari  tulang  ayam  yang dipanaskan pada temperatur tinggi [8].
2.4 Esterifikasi