31
4.5 PENGARUH SUHU TERHADAP YIELD DAN KEMURNIAN BIODIESEL
Suhu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 60, 65, dan 70
o
C .Adapun pengaruh suhu terhadap perolehan yield biodiesel diperlihatkan pada gambar 4.6.
Gambar 4.6 Pengaruh Suhu dan Katalis terhadap Yield pada Rasio Molar dan Waktu Tetap
Perbandingan suhu adalah salah satu variabel yang penting dalam proses pembuatan etil ester. Dari gambar 4.6 dapat dilihat hubungan antara suhu terhadap
perolehan yield etil ester dengan berbagai variasi katalis menunjukkan bahwa semakin besar suhu yang digunakan maka yield yang dihasilkan akan semakin
besar. Suhu jelas mempengaruhi reaksi adan hasil dari produk biodiesel. Suhu
reaksi yang lebih tinggi dapat menurunkan viskositas minyak dan reaksi meningkat. Namun, jika suhu melampaui tingkat yang optimal, maka produksi
biodiesel akan menurun. Suhu reaksi harus kurang dari titik didih alkohol agar alkohol tidak bocor melalui penguapan [31].
Puneet Verma, dan M.P. 2016 Sharma melakukan penelitian tentang pengaruh metanol dan etanol pada pembuatan biodiesel berbahan baku minyak
karanja. Mereka melakukan pengoptimasian dan didapatkan kondisi reaksi
50 60
70 80
90 100
55 60
65 70
75
Y ie
ld
Suhu
o
C
Katalis 5 Katalis 6
Katalis 7
Universitas Sumatera Utara
32 optimal suhu reaksi 61,3
o
C, rasio molar 8,42:1, katalis 1,21 dengan waktu reaksi 2 jam perolehan yield sebesar 77,4. [37].
Mandeep Kaur dan Amjad Ali 2013 juga melakukan penelitian etanolisis limbah minyak biji kapas dengan katalis LiCaO dengan menggunakan pelarut
etanol. Kondisi optimumnya berada pada suhu 65
o
C variasi suhu 35-75
o
C, rasio molar 12:1, persen katalis 5 dan waktu 2,5 jam dengan yield biodiesel
yang dihasilkan sebesar 98 [38]. Pada gambar 4.6, dapat kita lihat bahwa pada suhu di masing-masing katalis
mengalami kenaikan yield, dan kondisi terbaik pada penelitian ini ada pada suhu 70
o
C, waktu 7 jam, rasio molar 17 :1 memberikan yield etil ester sebesar 90,052. Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu diatas, bahwa penelitian
ini masih buruk dibanding dengan penelitian Mandeep Kaur dan Amjad Ali, namun masih lebih bagus dari penelitian Mandeep Kaur dan Amjad Ali walaupun
dengan membutuhkan suhu, katalis dan rasio molar dan waktu yang lebih besar, tetapi yield yang dihasilkan masih lebih besar.
Adapun pengaruh suhu terhadap perolehan kemurnian biodiesel diperlihatkan pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Pengaruh Suhu dan Katalis terhadap Kemurnian pada Rasio Molar dan Waktu Tetap
50 60
70 80
90 100
55 60
65 70
75
K em
u rn
ian
Suhu
o
C
Katalis 5 Katalis 6
Katalis 7
Universitas Sumatera Utara
33 Dari gambar 4.7 dapat dilihat hubungan antara suhu terhadap perolehan
kemurnian etil ester dengan berbagai variasi katalis menunjukkan bahwa semakin besar suhu yang digunakan maka kemurnian yang dihasilkan akan semakin besar.
Maneerung, dkk. 2016 melakukan penelitian tentang produksi biodiesel dengan transesterifikasi minyak jelanta menggunakan katalis CaO dari kotoran
ayam. Pada penelitian ini, suhu yang diteliti yaitu 50, 55, 60, 65 dan 70
o
C, dimana pada penelitian ini didapatkan kondisi optimum di suhu 65
o
C, jumlah katalis pada 7,5 , rasio molar 15:1, waktu 3 jam dengan kemurnian tertingginya
berada pada 97,2 [39]. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, kondisi terbaik pada penelitian ini ada pada suhu 70
o
C, rasio molar 17:1, waktu 7 jam memberikan kemurnian etil ester sebesar 94,988 , maka percobaan
yang dilakukan peneliti masih lebih buruk dari penelitian maneerung, dkk, terlihat dari kemurnian yang dihasilkan, suhu dan waktu yang jauh lebih besar. Namun,
penelitian ini masih sesuai dengan teori.
4.6 SIFAT FISIK DARI BIODIESEL