6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara simultan.
2. Apakah volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara parsial.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh volume perdagangan terhadap volatilitas harga saham.
2. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap volatilitas harga saham. 3. Menganalisis pengaruh dividend yield terhadap volatilitas harga saham.
4. Menganalisis pengaruh dividend payout ratio terhadap volatilitas harga saham.
b. Manfaat Penelitian 1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang berguna untuk investor sebagai bahan pertimbangan dan referensi
dalam pengambilan keputusan investasi.
7
2. Bagi Penulis Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu
pengetahuan mengenai volume perdagangan, inflasi, dividend yield, dividend payout ratio dan volatilitas harga saham.
3. Bagi akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
referensi bagi penelitian berikutnya yang tertarik untuk melakukan kajian di bidang yang sama.
4. Bagi umum Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya
manajemen konsentrasi keuangan dan bagi mahasiswa yang mempunyai minat yang sama dengan penulis.
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori yang Berkenaan dengan Variable yang Diambil 1. Pengertian Pasar Modal
Menurut Tandelilin 2001:13 Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas, jadi pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan secara efisien arus dana
dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan investor kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan emiten. Sehingga pasar
modal merupakan sumber utama bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan dana jumlah besar dan akan terikat dalam jangka waktu
yang panjang.
Menurut Yuswandi 2012: 42 Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain melalui sistem perbankan, dimana berbagai
instrumen keuangan sekuritas jangka panjang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang obligasi maupun modal sendiri saham yang
diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta
.
Patriawan Khadijah, 2013 menjelaskan bahwasannya pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar
tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga ada tawar menawar harga.
9
Sedangkan di dalam undang-undang, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek Bab
1, pasal 1, angka 13, UURI No. 8, 1995 tentang pasar modal. Menurut Samsul 2006:46 jenis pasar modal dapat dikategorikan
menjadi 4 pasar, yaitu sebagai berikut: 1. Pasar pertama perdana
Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat
umum. 2. Pasar kedua sekunder
Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui prantara efek.
3. Pasar ketiga Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market
maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. 4. Pasar keempat
Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui prantara efek.
10
2. Indeks LQ45
Indeks LQ45 terdiri dari 45 buah saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ45 harus
memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut: a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler
rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir. b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar rata-rata kapitalisasi pasar selama 12
bulan terakhir. c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan.
d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan. e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Bila ada satu saham yang tidak memenuhi kriteria, saham tersebut akan dikeluarkan dari perhitungan indeks dan digantikan dengan saham
yang memenuhi kriteria. Saham-saham yang masuk dalam kriteria ranking 1-35 dikalkulasikan dengan cepat dalam perhitungan indeks. Sedangkan
saham yang masuk pada ranking 36-45 tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan indeks. Untuk menjamin kewajaran dalam seleksi saham, BEI
mempunyai sebuah komite penasehat yang terdiri dari para ahli di bidang pasar modal yaitu para praktisi, akademisi, profesional independen di
bidang pasar modal. Tujuan indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi
analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal
11
lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan Buku Paduan Indeks 2010: 11.
3. Volatilitas Harga Saham Stock Price Volatility
Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu Firmansyah, 2006. Ukuran tersebut menunjukkan
penurunan dan peningkatan harga. Volatilitas pasar terjadi akibat masuknya informasi baru ke dalam
pasar atau bursa. Akibatnya para pelaku pasar melakukan penilaian kembali terhadap asset yang mereka perdagangkan. Pada pasar yang efisien, tingkat
harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga harga yang terbentuk mencerminkan informasi baru tersebut Anton, 2006.
Menurut Schwert dan Smith Hugida, 2011 terdapat lima jenis volatilitas dalam pasar keuangan, yaitu future volatility, historical volatility,
forecast volatility, implied volatility, dan seasonal volatility. a. Future Volatility
Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain dalam pasar keuangan trader. Volatilitas yang paling baik adalah yang
mampu menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang untuk suatu underlying contract. Secara teori angka tersebut merupakan
yang kita maksud ketika kita membicarakan input volatilitas ke dalam model teori pricing. Trader jarang membicarakan future volatility karena
masa depan tidak mungkin diketahui.
12
b. Historical Volatility Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa
lalu. Hal ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan teori pricing berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan volatilitas
pada masa yang akan datang. Terdapat bermacam-macam pilihan dalam menghitung historical volatility, namun sebagian besar metode
bergantung pada pemilihan dua paremeter, yaitu periode historis dimana volatilitas akan dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga.
Periode historis dapat berupa jadi empat belas hari, enam bulan, lima tahun, atau lainnya. Interval waktu dapat berupa harian, mingguan,
bulanan, atau lainnya. Future volatility dan historical volatility terkadang disebut sebagai realized volatility.
c. Forecast Volatility Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan
arah masa depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang berusaha meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan
bisa jadi untuk suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa masa option dari underlying contract.
d. Implied Volatility Umumnya future, historical, dan forecast volatility berhubungan
dengan underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas yang harus kita masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan
nilai teoritis yang identik dengan harga option di pasar.
13
e. Seasonal Volatility Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan
gandum sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktor-
faktor tersebut seseorang harus menetapkan volatilitas yang tinggi pada masa-masa tersebut.
4. Volume Perdagangan Trading Volume
Kinerja suatu saham dapat diukur dengan volume perdagangannya. Semakin sering saham tersebut diperdagangkan mengindikasikan bahwa
saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten yang
diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham. Volume perdagangan ini
seringkali dijadikan tolok ukur benchmark untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian.
Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian suatu informasi oleh investor individual dalam arti informasi tersebut
membuat suatu keputusan perdagangan atau tidak. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli
saham yaitu penghasilan yang berkaitan dengan capital gain. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan investor yang sedikit atau kurang
tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder, sedangkan volume
14
yang besar menunjukkan banyaknya investor dan banyaknya minat untuk melakukan transaksi jual dan beli saham.
5. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga umum untuk naik secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas dan mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lainnya Boediono, 1999: 155.
Secara luas inflasi dapat dikatakan sebagai kenaikan harga yang terus menerus sehingga mengakibatkan daya beli dari masyarakat pun menjadi
menurun, hal ini disebabkan karena jumlah uang yang ada di tangan masyarakat tidak sebanding dengan tingkat kenaikan harga yang terjadi.
Dari pengertian tersebut jelas terungkap bahwa dengan kenaikan harga-harga inflasi dapat mengakibatkan nilai uang yang ada menjadi
turun devaluasi, sehingga berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat. Selain itu, Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalam suatu perekonomi. Selain itu, Inflasi dalam buku makroekonomi di terangkan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga Sukirno, 2002;15.
Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan
kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain Boediono, 2000. Tingkat inflasi prosentase pertambahan kenaikan harga berbeda dari
suatu periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke
15
negara lainnya Sukirno, 2003:15. Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering
digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: indeks biaya hidup atau Indeks Harga Konsumen Consumer Price Index, indeks harga
perdagangan besar Wholesale Price Index, GNP deflator. Sedangkan dalam buku Case dan Fair 2007:212 menjelaskan
inflasi sebagai suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan, namun pada dasarnya
inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya produksi.
Pengertian-pengertian tersebut sangatlah sejalan dengan pengertian inflasi yang disebutkan pula oleh Bank Indonesia, BI mendefinisikan
inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, terdapat kesamaan persepsi mengenai Inflasi, bahwa yang disebut dengan inflasi adalah suatu
kenaikan harga-harga yang terjadi secara umum, artinya terjadi pada semua jenis barang dan juga terjadi secara meluas, yang berarti bahwa
kenaikan harga-harga tersebut tidak hanya terjadi di suatu daerah saja, tetapi berdampak pada seluruh daerah yang ada di wilayah negara.
16
1. Jenis-Jenis Inflasi. a. Ditinjau Dari Parah Tidaknya suatu Inflasi.
Apabila dilihat dari skala parah atau tidaknya Inflasi tersebut, maka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Inflasi ringan dengan skala Inflasi sebesar 10 persen tahun. 2. Inflasi sedang dengan skala Inflasi sebesar 10 – 30 persen tahun.
3. Inflasi berat dengan skala Inflasi sebesar 30 – 100 persen tahun. 4. Hiperinflasi dengan skala Inflasi sebesar 100 persen tahun.
b. Ditinjau dari Asal Inflasi. Dilihat dari asal inflasi maka dapat diketahui bahwa inflasi
tersebut berasal dari dalam negeri dan juga berasal dari luar negeri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imported Inflation. Inflasi
yang berasal dari dalam negeri atau disebut Domestic Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kenaikan harga akibat adanya
kondisi shock dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga.
Sedangkan, untuk Inflasi yang berasal dari luar negeri atau yang disebut dengan Imported Inflation merupakan suatu kenaikan harga
yang diakibatkan karena kenaikan harga-harga dari barang-barang yang diimpor, sehingga akan mengakibatkan tekanan terhadap harga
dalam negeri.
17
Sedangkan berdasarkan Bank Indonesia dalam kerangka kebijakan moneter yang baru disebutkan bahwa inflasi terjadi dikarenakan adanya
tekanan dari sisi supply cost push Inflation, dari sisi demand demand pull Inflation, dan juga dari ekspektasi inflasi. Bank Indonesia dalam
Inflation Targeting Framework. Cost push Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi penawaran
dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi
yang diatur pemerintah administered prices, dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya jalur distribusi.
Untuk inflasi yang terjadi dari sisi penawaran ini, biasanya tidak bisa langsung tersentuh oleh kebijakan moneter Bank Indonesia. Hal ini
disebabkan karena sisi penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang tidak bisa dikendalikan oleh Bank Indonesia.
Demand pull Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi permintaan adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap
ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total
agregat demand lebih besar daripada kapasitas perekonomian. Inflasi yang berasal dari sisi permintaan ini bisa dikendalikan oleh
kebijakan Bank Indonesia, dengan cara mengendalikan tingkat permintaan atas suatu barang dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter, dan
diantaranya adalah dengan jalur suku bunga atau BI Rate. Yang terakhir
18
faktor penyebab inflasi menurut Bank indonesia adalah karena adanya ekspektasi Inflasi, Ekspektasi inflasi adalah inflasi yang timbul karena
perilaku masyarakat dan perilaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking.
Ekspektasi inflasi ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari
besar keagamaan lebaran, natal dan tahun baru dan penentuan Upah Minimum Regional UMR.
6. Dividen
Dividen menurut Weston dan Copeland Rodoni adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para
pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang saham yang dinyatakan dalam suatu jumlah persentase
tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya. Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam
keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting.
Kebijakan pembagian dividen dividend policy tidak saja membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada para investor tetapi harus
selalu diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan investasi kembali reinvesment. Apabila dividen dibayarkan secara tunai makin meningkat,
maka semakin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi. Hal ini
19
menyebabkan tingkat pertumbuhan dimasa mendatang menjadi rendah, sehingga akan menekan harga saham.
Ada dua asumsi yang mendasari kebijakan dividen Bodie,et.al 2008 antara lain:
a. Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh a low invesment rate plan. Pada perusahaan-perusahaan yang termasuk
kategori ini mampu membayarkan dividen lebih tinggi pada awal periode, tetapi pertumbuhan dividen pada tahun-tahun berikutnya lebih
rendah. b. Kebijakan dividen pada perusahaan yang sedang tumbuh a high
reinvesment rate plan. Perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh akan memberikan dividen relatif rendah pada awalnya. Hal ini
dikarenakan adanya rencana reinvestasi dari sebagian laba yang diperoleh untuk membiayai aktivitas ekspansi reinvesment. Tetapi
perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok perusahaan yang sedang tumbuh akan mampu menghasilkan tingkat pertumbuhan
dividen yang lebih tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Walaupun sebagian besar perusahaan kelompok ini mempertahankan rasio
pembayaran dividen dividend payout ratio yang tetap. Namun pertumbuhan laba yang lebih besar akhirnya memberikan dividen lebih
besar. Beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen
pada perusahaan, Weston dan Brigham Rodoni:
20
1. Peraturan hukum, 2. Posisi likuiditas,
3. Perlunya membayar kembali pinjaman, 4. Keterbatasan karena kontrak hutang,
5. Tingkat perluasan perusahaan, 6. Tingkat keuntungantingkat hasil pengembalian atas aktiva yang
diharapkan, 7. Stabilitas perusahaan,
8. Kemampuan memasuki pasar modal, 9. Kontrol,
10. Kedudukan pajak para pemegang saham, 11. Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar,
12. Tingkat inflasi. Kebijakan dividen penting karena ada dua alasan yaitu pertama,
pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham, dengan demikian akan berpengaruh juga dengan perdagangan saham. Kedua, pendapatan
yang ditahan retained earning biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri equity capital yang terbesar dan terpenting untuk
pertumbuhan perusahaan Fajrihan,2010. Menurut Brigham dan Gapenski Rodoni tiap perubahan dalam
kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan yaitu apabila akan dibayarkan semua, maka keputusan
21
cadangan terabaikan dan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua kepentingan pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga
kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang optimal. Kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang
menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan datang, sehingga dapat memaksimumkan laba dan
mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen yang diambil perusahaan
berkaitan dengan tujuan utama pembuatan keputusan keuangan yaitu memaksimalkan nilai harga saham umum perusahaan.
9. Dividend Yield
Jones Fajrihan,2010 Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga sekarang. Deviden Yield dinyatakan dalam bentuk
persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return. Apabila perusahaan dapat memperoleh laba yang besar, maka secara
teoritis perusahaan akan mampu membagikan dividen yang makin besar. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaaan menghasilkan laba yang
juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak
investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan
saham tersebut meningkat.
22
Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud untuk menjual
saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini berarti apabila dividend yield dari
perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tunggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan
dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Dividend
Yield DY dihitung dengan formula sebagai berikut: DY= Dividen yang Dibayarkan
Harga Saham Sekarang
10. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio DPR adalah perbandingan antara dividend per share dan earning per share. Dividend Payout Ratio DPR digunakan
untuk mengukur berapa rupiah yang akan diberikan kepada pemegang saham dari keuntungan yang yang diperoleh perusahaan setelah dikurang
pajak. Jadi, Dividend Payout Ratio DPR adalah sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham.
Rasio pembayaran dividen Dividend Payout Ratio menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber
pendanaan. Rasio pembayaran dividen Dividend Payout Ratio adalah persentase deviden yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia
untuk pemegang saham Jogiyanto,2000:252.
23
DPR memberikan gambaran tingkat pembagian terhadap Net Income yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada
umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi. Rumus:
DPR = Total Dividen Net Income
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan saya rangkum secara singkat karena mengingat penelitian ini sendiri mengacu kepada beberapa penelitian
terdahulu. Meskipun ruang lingkup dari beberapa penelitian yang akan dirangkum ini hampir sama, namun semuanya memiliki objek dan waktu yang
berbeda. Diharapkan dengan adanya perbedaan yang terdapat pada penelitian- penelitian sebelumnya dapat dijadikan acuan penelitian ini dan dapat
menambah referensi daripada penelitian yang akan dilakukan ini. Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian sebelumnya :
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul
Variabel Dependen
Variabel Indpenden
Hasil
1
Lydianita Hugida
2011 Analisi Faktor –
faktor yang Mempengaruhi
Volatilitas Harga Saham Studi
pada Perusahaan Volatilitas
Harga Saham
Volume Perdagangan,
Inflasi, Nilai Tukar dan Tingkat
Suku Bunga. faktor-faktor yang
mempengaruhi volatilitas harga
saham yang berpengaruh secara
24
yang Terdaftar dalam Indeks
LQ45 Periode 2006 – 2009
signifikan terhadap volatilitas harga
saham adalah volume perdagangan, inflasi
dan nilai tukar sedangkan suku
bunga SBI tidak berpengaruh
signifikan terhadap volatilitas harga
saham.
2
Julfi fajrihan
2010 Dampak
Kebijakan Deviden
Terhadap Volatilitas Harga
Saham Perusahaan
LQ45 di BEI Volatilitas
Harga Saham
Deviden Yield, Deviden Payout
Ratio,Volatilitas Earning, size,
Hutang Jangka Panjang dan
Pertumbuhan Aset.
variabel dalam dampak kebijakan
deviden yang berpengaruh
signifikan terhadap Volatilitas Harga
Saham adalah Deviden Yield dan
Deviden Payout Ratio sedangkan Volatilitas
Earning, Firm Size, DAR dan Growth In
Asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap Volatilitas Harga
Saham.
3
Achmad Ath
Thobarry 2009
Analisis Pengaruh Nilai
Tukar, Suku Bunga, Laju
Inflasi dan Pertumbuhan
GDP terhadap indeks harga
saham sektor
properti nilai tukar, suku
bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP
nilai tukar dollar terhadap rupiah, suku
bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP
secara bersamasama berpengaruh
terhadap indeks harga saham sektor
properti, sedangkan
25
Indeks Harga Saham Sektor
Properti Kajian Empiris Pada
Bursa Efek Indonesia
Periode Pengamatan
Tahun 2000- 2008
secara parsial nilai tukar dollar terhadap
rupiah berpengaruh positif signifikan
terhadap indeks harga saham sektor
properti sedangkan inflasi berpengaruh
negat if signifikan t erhadap indeks saham
sekt or propert i.
4
Mamoon 2007
Macro Economic
Uncertainty of 1990s and
Volatility at Karachi Stock
Exchange Volatilitas
harga saham
indeks harga perdagangan
besar, indeks produksi sector
industry, dan jumlah uang
beredar, volume perdagangan
Semua variabel makroekonomi
mempunyai pengaruh positif yang signifkan
terhadap volatilitas harga saham, volume
perdagangan berpengaruh negatif.
5
Dritsaki 2003
Microeconomic Determinants of
Stock Price Movement :An
Empirical Investigation of
the Greek Stock Market
Volatilitaas Harga
Saham Inflasi, tingkat
suku bunga dan produksi industri
Semua variabel independen
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volatilitas harga saham.
6
Zan 2003 The
Macroeconomic Determinants of
Stock Price Volatility:
Evidence From Taiwan, South
Korea, Singapore and
Hong Kong Volatilitas
Harga Saham
Inflasi, Harga Minyak, Nilai
Tukar dan Suplai Uang
Inflasi berpengaruh negatif terhadap
volatilitas harga saham, sedangkan
variabel independen lainnya berpengaruh
positif.
26
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas ada beberapa hal yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal-hal yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah: 1. Studi kasus dalam penelitian
Studi kasus dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 pada tahun 2008 sampai dengan 2011 .
2. Variabel yang digunakan Pada penelitian ini akan menggunakan variabel volume perdagangan,
inflasi, dividend yield dan dividend Payout Ratio dimana variabel-variabel masih terjadi kontradiksi dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
3. Tahun yang digunakan Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar dalam Indeks LQ45 pada tahun 2008 sampai dengan 2011.
C. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen 1. Pengaruh Volume Perdagangan terhadap Volatilitas Harga Saham
Pada berbagai teori model hubungan antara volume dengan volatilitas yaitu
volume berpengaruh
terhadap volatilitas
karena volume
mencerminkan informasi yang diterima oleh pelaku pasar Chan dan Fong, 2000.
Hugida 2011 Volume perdagangan mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Hal ini disebabkan karena apabila tidak ada
informasi mengenai saham, maka investor lebih cenderung untuk tetap
27
memegang saham mereka, sehingga volume perdagangan menurun karena tidak banyak saham yang dijual, maka hal tersebut akan mengakibatkan
volatilitasnya rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila investor menerima informasi yang banyak mengenai suatu saham, maka investor akan banyak
menjual saham mereka, hal ini akan berakibat meningkatnya volume perdagangan. Akibat dari peningkatan volume perdagangan tersebut, maka
volatilitasnya juga akan naik.
2. Pengaruh Inflasi terhadap Volatilitas Harga Saham Fama Dritsaki, 2003 Inflasi menunjukkan hubungan positif dengan
volatilitas harga saham. Hubungan positif antara inflasi dan volatilitas harga saham tersebut disebabkan oleh adanya hubungan positif antara tingkat
inflasi dan tingkat pertumbuhan uang, dimana peningkatan supply uang akan memungkinkan peningkatan discount rate dan membuat harga saham
menjadi lebih rendah. Peningkatan tingkat inflasi akan menyebabkan kebijakan ekonomi yang lebih ketat dan akan membuat efek negatif
terhadap harga saham. Efek negatif yang diterima oleh harga saham ini tentunya akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimiliki,
sehingga akan berakibat meningkatnya volatilitas harga saham.
28
3. Pengaruh Dividend Yield terhadap Volatilitas Harga Saham Dividend Yield adalah rasio antara dividen per saham dalam satu
tahun buku dengan harga saham dividenharga saham, dinyatakan dalam persentase.
Penelitian Fajrihan 2010 menunjukkan dividend yield mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Apabila dividend
yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor mau
menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik dan pada akhirnya menyebabkan harga saham akan
naik juga.
4. Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Volatilitas Harga Saham Dividend Payout Ratio adalah rasio antara dividen yang dibayarkan
sebuah perusahaan dalam satu tahun buku dibagi dengan keuntungan bersih perusahaan net income, pada tahun buku tersebut.
Fajrihan 2010 menunjukkan dividend payout ratio mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Dividend payout ratio
digunakan dalam menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. jadi, semakin mapan perusahaan pada
umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi sehingga permintaan akan saham tersebut meningkat dan menyebabkan harga saham perusahaan
tersebut akan naik juga.
29
D. Kerangka Pemikiran