13
e. Seasonal Volatility Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan
gandum sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktor-
faktor tersebut seseorang harus menetapkan volatilitas yang tinggi pada masa-masa tersebut.
4. Volume Perdagangan Trading Volume
Kinerja suatu saham dapat diukur dengan volume perdagangannya. Semakin sering saham tersebut diperdagangkan mengindikasikan bahwa
saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten yang
diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham. Volume perdagangan ini
seringkali dijadikan tolok ukur benchmark untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian.
Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian suatu informasi oleh investor individual dalam arti informasi tersebut
membuat suatu keputusan perdagangan atau tidak. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli
saham yaitu penghasilan yang berkaitan dengan capital gain. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan investor yang sedikit atau kurang
tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder, sedangkan volume
14
yang besar menunjukkan banyaknya investor dan banyaknya minat untuk melakukan transaksi jual dan beli saham.
5. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga umum untuk naik secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas dan mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lainnya Boediono, 1999: 155.
Secara luas inflasi dapat dikatakan sebagai kenaikan harga yang terus menerus sehingga mengakibatkan daya beli dari masyarakat pun menjadi
menurun, hal ini disebabkan karena jumlah uang yang ada di tangan masyarakat tidak sebanding dengan tingkat kenaikan harga yang terjadi.
Dari pengertian tersebut jelas terungkap bahwa dengan kenaikan harga-harga inflasi dapat mengakibatkan nilai uang yang ada menjadi
turun devaluasi, sehingga berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat. Selain itu, Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalam suatu perekonomi. Selain itu, Inflasi dalam buku makroekonomi di terangkan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga Sukirno, 2002;15.
Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan
kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain Boediono, 2000. Tingkat inflasi prosentase pertambahan kenaikan harga berbeda dari
suatu periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke
15
negara lainnya Sukirno, 2003:15. Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering
digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: indeks biaya hidup atau Indeks Harga Konsumen Consumer Price Index, indeks harga
perdagangan besar Wholesale Price Index, GNP deflator. Sedangkan dalam buku Case dan Fair 2007:212 menjelaskan
inflasi sebagai suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan, namun pada dasarnya
inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya produksi.
Pengertian-pengertian tersebut sangatlah sejalan dengan pengertian inflasi yang disebutkan pula oleh Bank Indonesia, BI mendefinisikan
inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, terdapat kesamaan persepsi mengenai Inflasi, bahwa yang disebut dengan inflasi adalah suatu
kenaikan harga-harga yang terjadi secara umum, artinya terjadi pada semua jenis barang dan juga terjadi secara meluas, yang berarti bahwa
kenaikan harga-harga tersebut tidak hanya terjadi di suatu daerah saja, tetapi berdampak pada seluruh daerah yang ada di wilayah negara.
16
1. Jenis-Jenis Inflasi. a. Ditinjau Dari Parah Tidaknya suatu Inflasi.
Apabila dilihat dari skala parah atau tidaknya Inflasi tersebut, maka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Inflasi ringan dengan skala Inflasi sebesar 10 persen tahun. 2. Inflasi sedang dengan skala Inflasi sebesar 10 – 30 persen tahun.
3. Inflasi berat dengan skala Inflasi sebesar 30 – 100 persen tahun. 4. Hiperinflasi dengan skala Inflasi sebesar 100 persen tahun.
b. Ditinjau dari Asal Inflasi. Dilihat dari asal inflasi maka dapat diketahui bahwa inflasi
tersebut berasal dari dalam negeri dan juga berasal dari luar negeri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imported Inflation. Inflasi
yang berasal dari dalam negeri atau disebut Domestic Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kenaikan harga akibat adanya
kondisi shock dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga.
Sedangkan, untuk Inflasi yang berasal dari luar negeri atau yang disebut dengan Imported Inflation merupakan suatu kenaikan harga
yang diakibatkan karena kenaikan harga-harga dari barang-barang yang diimpor, sehingga akan mengakibatkan tekanan terhadap harga
dalam negeri.
17
Sedangkan berdasarkan Bank Indonesia dalam kerangka kebijakan moneter yang baru disebutkan bahwa inflasi terjadi dikarenakan adanya
tekanan dari sisi supply cost push Inflation, dari sisi demand demand pull Inflation, dan juga dari ekspektasi inflasi. Bank Indonesia dalam
Inflation Targeting Framework. Cost push Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi penawaran
dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi
yang diatur pemerintah administered prices, dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya jalur distribusi.
Untuk inflasi yang terjadi dari sisi penawaran ini, biasanya tidak bisa langsung tersentuh oleh kebijakan moneter Bank Indonesia. Hal ini
disebabkan karena sisi penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang tidak bisa dikendalikan oleh Bank Indonesia.
Demand pull Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi permintaan adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap
ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total
agregat demand lebih besar daripada kapasitas perekonomian. Inflasi yang berasal dari sisi permintaan ini bisa dikendalikan oleh
kebijakan Bank Indonesia, dengan cara mengendalikan tingkat permintaan atas suatu barang dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter, dan
diantaranya adalah dengan jalur suku bunga atau BI Rate. Yang terakhir
18
faktor penyebab inflasi menurut Bank indonesia adalah karena adanya ekspektasi Inflasi, Ekspektasi inflasi adalah inflasi yang timbul karena
perilaku masyarakat dan perilaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking.
Ekspektasi inflasi ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari
besar keagamaan lebaran, natal dan tahun baru dan penentuan Upah Minimum Regional UMR.
6. Dividen