Epidemiologi Etiologi Tabel 2.2. Penyebab Hipotiroid Kongenital

berbagai jaringan pada masa kritis termasuk sistem saraf dan rangka tulang. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa efek pertumbuhan dan perkembangan mungkin diperantarai oleh stimulasi hormon tiroid yang terjadi pada sintesis faktor pertumbuhan dan produksi reseptor faktor pertumbuhan Nelson, 2000. Salah satu efek hormon tiroid yang menarik adalah efek menguatkan kerja katekolamin. Peningkatan efek katekolamin merupakan manifestasi yang menonjol pada keadaan hipertiroid. Efek-efek ini diperantarai oleh meningkatnya pengikatan reseptor beta adrenergik dan oleh ketanggapan pascareseptor Nelson, 2000. 2.3. Hipotiroid kongenital 2.3.1. Definisi hipotiroid kongenital Kretinisme adalah suatu istilah kuno yang telah lama digunakan di Eropa untuk menggambarkan suatu bentuk keterbelakangan dan kekerdilan yang lazim terjadi di daerah gondok endemis. Istilah kretinisme tetap digunakan untuk mencirikan gondok kongenital endemis, tetapi istilah hipotiroid kongenital sekarang lebih digunakan di daerah nonendemis Rudolph, 2007. Hipotiroid kongenital secara tersendiri didefinisikan sebagai defisiensi hormon tiroid yang sudah ada sejak lahir Rastogi dan LaFranchi, 2010.

2.3.2. Epidemiologi

Prevalensi hipotiroid kongenital telah ditemukan adalah 1 dalam 4.000 bayi di seluruh dunia, lebih rendah pada Negro Amerika 1 dalam 20.000 dan lebih tinggi pada keturunan Spanyol dan Amerika Asli 1 dalam 2000 Nelson, 2000. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Insidens Hipotiroid Kongenital di New York State Demografi Insidens Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan 1 : 1763 1 : 1601 Etnis : Putih Hitam Asia Spanyol 1 : 1815 1 : 1902 1 : 1016 1 : 1559 Berat badan lahir: 1500 g 1500-2500 g 2500 g 1 : 1396 1 : 851 1 : 1843 Jumlah kelahiran: Satu Kembar Multipel 1 : 1765 1 : 876 1 : 575 Umur ibu: 20 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun 39 tahun 1 : 1703 1 : 1608 1 : 1677 1 : 1328 Sumber: Rastogi dan LaFranchi, 2010 Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Etiologi Tabel 2.2. Penyebab Hipotiroid Kongenital

Hipotiroid permanen Hipotiroid transien Disgenesis a. Aplasia b. Hipoplasia c. Ektopik Drug induced a. PTU b. Methimazole c. Yodium Dihormogenesis a. Tidak responsif terhadap TSH b. Defek trapping yodium c. Defek pada tiroglobulin d. Defisiensi iodotirosine deiodinase Defisiensi yodium Maternal antibody induced Idiopatik Hipotiroid sentral a. Anomali hipofisis-hipotalamus b. Panhipopituitarisme c. Defisiensi TSH terisolasi Sumber: Huang SA dalam Lifshitz F., 2007 A. Hipotiroid primer permanen 1. Disgenesis kelenjar tiroid Aplasia, hipoplasia, dan kelenjar tiroid ektopik termasuk dalam disgenesis kelenjar tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid merupakan penyebab tersering hipotiroid kongenital, meliputi 80 kasus dan dua pertiga di antaranya disebabkan oleh kelenjar tiroid ektopik. Hipoplasia tiroid dapat disebabkan oleh beberapa defek genetik, termasuk mutasi pada TSH subunit beta, reseptor TSH, dan faktor transkipsi PAX8. 2. Dishormogenesis Dishormogenesis meliputi kelainan proses sintesis, sekresi, dan utilisasi hormon tiroid sejak lahir. Dishormogenesis disebabkan oleh defisiensi enzim yang diperlukan dalam sintesis hormon tiroid. Kelainan ini diturunkan secara autosomal resesif. Kelainan ini mencakup 10 kasus hipotiroid kongenital. Universitas Sumatera Utara Kelainan ini dapat terjadi karena: 1 Kelainan reseptor TSH Kelainan ini jarang terjadi. Disebabkan oleh kegagalan fungsi reseptor TSH pada membran sel tiroid atau kegagalan sistem adenilat siklase untuk mengaktifkan reseptor TSH yang sebetulnya normal. 2 Kegagalan menangkap yodium Kelainan ini jarang terjadi dan disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa yodium untuk memompa yodida konsentrat menembus membran sel tiroid. 3 Kelainan organik Merupakan yang paling sering dijumpai dan disebabkan oleh defisiensi enzim tiroid peroksidase menyebabkan yodida tidak dapat dioksidasi sehingga tidak dapat meningkatkan diri pada tiroksin di dalam tiroglobulin. 4 Defek coupling Jarang terjadi dan disebabkan oleh kegagalan enzimatik untuk menggabungkan MIT dan DIT menjadi T3 araupun DIT dan DIT menjadi T4. 5 Kelainan deiodinasi Kegagalan ini menyebabkan MIT dan DIT tidak dapat melepaskan yodotirosin, sehingga “recycling” yodium terhambat. 6 Produksi tiroglobulin abnormal Kelainan ini menyebabkan tiroglobulin tidak dapat melepaskan T3 dan T4 ke dalam sirkulasi darah. 7 Kegagalan sekresi hormon tiroid Pada keadaan ini terjadi kegagalan enzim proteolitik untuk memecah ikatan tiroglobulin-T4 sebelum dilepaskan ke dalam sirkulasi. 8 Kelainan reseptor hormon tiroid perifer Kelainan ini diturunkan secara autosomal dominan. Terjadi akibat gagalnya ikatan hormon tiroid dengan reseptor di inti sel jaringan target sehingga hormon tiroid tidak dapat berfungsi. Universitas Sumatera Utara 3. Ibu mendapat pengobatan yodium radioaktif Preparat yodium radioaktif yang diberikan pada ibu dengan kanker tiroid atau penyakit Frave setelah usia gestasi 10 minggu melewati plasenta, selanjutnya ditangkap oleh tiroid janin sehingga mengakibatkan “ablasio tiroid”. Kelainan ini juga dapat mengakibatkan stenosis trakea dan hipoparatiroid. B. Hipotiroid primer transien 1. Ibu dengan penyakit Graves atau mengonsumsi bahan goitrogenik Obat golongan tiurasil yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit Graves dapat melewati plasenta sehingga menghambat produksi hormon tiroid janin. Propiltiourasil PTU 200-400 mghari yang diberikan pada ibu dapat mengakibatan hipotiroid kongenital transien yang akan menghilang jika PTU sudah dimetabolisme dan diekskresi oleh bayi. 2. Defisiensi yodium pada ibu atau paparan yodium pada janin atau bayi baru lahir Di daerah endemik goiter, hampir dapat dipastikan bahwa defisiensi yodium merupakan penyebab utama terjadinya goiter dan hipotiroid. Pemakaian yodium berlebihan pada ibu hamil seperti penggunaan antiseptik yodium pada mulut rahim saat ruptur kulit ketuban antepartum, ataupun antiseptik topikal pada neonatus dapat menyebabkan terjadinya hipotiroid primer pada neonatus. 3. Transfer antibodi antitiroid dari ibu Terdapat laporan tentang tiroiditis neonatal yang berkaitan dengan antibodi antitiroid ibu yang menembus sawar plasenta. Kondisi ini membaik bersamaan dengan menghilangnya antibodi IgG pada bayi. TSH binding inhibitor immunoglobulin dari ibu mampu menembus plasenta yang selanjutnya menyebabkan hipotiroid transien. Universitas Sumatera Utara 4. Idiopatik Bila hipotiroid transien tidak cocok dengan kategori yang telah disebutkan di atas, maka dapat dimasukkan dalam kelompok ini. Etiologi pasti belum diketahui, namun beberapa kasus diduga akibat adanya kelainan pada mekanisme umpan balik aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid. C. Hipotiroid sekunder menetap Kelainan ini merupakan 5 dari kasus hipotiroid kongenital. Penyebabnya antara lain: a. Kelainan kongenital perkembangan otak tengah b. Aplasia hipofisis kongenital c. Idiopatik D. Hipotiroid sekunder transien Bayi dengan kadar T4 total, T4 bebas, dan TSH normal rendah masih mungkin mengalami hipotiroid sementara. Keadaan ini sering dijumpai pada bayi prematur karena imaturitas organ dianggap sebagai dasar kelainan ini, yaitu imaturitas aksis hipotalamus-hipofisis. Hipotiroid pada bayi prematur sulit dibedakan dengan bentuk yang terjadi akibat penyakit nontiroid. Batubara, Tridjaja, dan Pulungan, 2010.

2.3.4. Patogenesis