berbagai jaringan pada masa kritis termasuk sistem saraf dan rangka tulang. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa efek pertumbuhan dan
perkembangan mungkin diperantarai oleh stimulasi hormon tiroid yang terjadi pada sintesis faktor pertumbuhan dan produksi reseptor faktor pertumbuhan
Nelson, 2000. Salah satu efek hormon tiroid yang menarik adalah efek menguatkan kerja
katekolamin. Peningkatan efek katekolamin merupakan manifestasi yang menonjol pada keadaan hipertiroid. Efek-efek ini diperantarai oleh meningkatnya
pengikatan reseptor beta adrenergik dan oleh ketanggapan pascareseptor Nelson, 2000.
2.3. Hipotiroid kongenital 2.3.1. Definisi hipotiroid kongenital
Kretinisme adalah suatu istilah kuno yang telah lama digunakan di Eropa untuk menggambarkan suatu bentuk keterbelakangan dan kekerdilan yang lazim
terjadi di daerah gondok endemis. Istilah kretinisme tetap digunakan untuk mencirikan gondok kongenital endemis, tetapi istilah hipotiroid kongenital
sekarang lebih digunakan di daerah nonendemis Rudolph, 2007. Hipotiroid kongenital secara tersendiri didefinisikan sebagai defisiensi hormon tiroid yang
sudah ada sejak lahir Rastogi dan LaFranchi, 2010.
2.3.2. Epidemiologi
Prevalensi hipotiroid kongenital telah ditemukan adalah 1 dalam 4.000 bayi di seluruh dunia, lebih rendah pada Negro Amerika 1 dalam 20.000 dan
lebih tinggi pada keturunan Spanyol dan Amerika Asli 1 dalam 2000 Nelson, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Insidens Hipotiroid Kongenital di New York State Demografi
Insidens
Jenis kelamin: Laki-laki
Perempuan 1 : 1763
1 : 1601
Etnis : Putih
Hitam Asia
Spanyol 1 : 1815
1 : 1902 1 : 1016
1 : 1559
Berat badan lahir: 1500 g
1500-2500 g 2500 g
1 : 1396 1 : 851
1 : 1843
Jumlah kelahiran: Satu
Kembar Multipel
1 : 1765 1 : 876
1 : 575
Umur ibu: 20 tahun
20-29 tahun 30-39 tahun
39 tahun 1 : 1703
1 : 1608 1 : 1677
1 : 1328
Sumber: Rastogi dan LaFranchi, 2010
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Etiologi Tabel 2.2. Penyebab Hipotiroid Kongenital
Hipotiroid permanen Hipotiroid transien
Disgenesis
a. Aplasia
b. Hipoplasia
c. Ektopik
Drug induced a.
PTU b.
Methimazole c.
Yodium
Dihormogenesis
a. Tidak responsif terhadap TSH
b. Defek trapping yodium
c. Defek pada tiroglobulin
d. Defisiensi iodotirosine
deiodinase Defisiensi yodium
Maternal antibody induced Idiopatik
Hipotiroid sentral
a. Anomali hipofisis-hipotalamus
b. Panhipopituitarisme
c. Defisiensi TSH terisolasi
Sumber: Huang SA dalam Lifshitz F., 2007
A. Hipotiroid primer permanen
1. Disgenesis kelenjar tiroid
Aplasia, hipoplasia, dan kelenjar tiroid ektopik termasuk dalam disgenesis kelenjar tiroid. Disgenesis kelenjar tiroid merupakan penyebab tersering
hipotiroid kongenital, meliputi 80 kasus dan dua pertiga di antaranya disebabkan oleh kelenjar tiroid ektopik. Hipoplasia tiroid dapat disebabkan
oleh beberapa defek genetik, termasuk mutasi pada TSH subunit beta, reseptor TSH, dan faktor transkipsi PAX8.
2. Dishormogenesis
Dishormogenesis meliputi kelainan proses sintesis, sekresi, dan utilisasi hormon tiroid sejak lahir. Dishormogenesis disebabkan oleh defisiensi
enzim yang diperlukan dalam sintesis hormon tiroid. Kelainan ini diturunkan secara autosomal resesif. Kelainan ini mencakup 10 kasus
hipotiroid kongenital.
Universitas Sumatera Utara
Kelainan ini dapat terjadi karena: 1
Kelainan reseptor TSH Kelainan ini jarang terjadi. Disebabkan oleh kegagalan fungsi reseptor
TSH pada membran sel tiroid atau kegagalan sistem adenilat siklase untuk mengaktifkan reseptor TSH yang sebetulnya normal.
2 Kegagalan menangkap yodium
Kelainan ini jarang terjadi dan disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa yodium untuk memompa yodida konsentrat menembus
membran sel tiroid. 3
Kelainan organik Merupakan yang paling sering dijumpai dan disebabkan oleh defisiensi
enzim tiroid peroksidase menyebabkan yodida tidak dapat dioksidasi sehingga tidak dapat meningkatkan diri pada tiroksin di dalam
tiroglobulin. 4
Defek coupling Jarang terjadi dan disebabkan oleh kegagalan enzimatik untuk
menggabungkan MIT dan DIT menjadi T3 araupun DIT dan DIT menjadi T4.
5 Kelainan deiodinasi
Kegagalan ini menyebabkan MIT dan DIT tidak dapat melepaskan yodotirosin, sehingga “recycling” yodium terhambat.
6 Produksi tiroglobulin abnormal
Kelainan ini menyebabkan tiroglobulin tidak dapat melepaskan T3 dan T4 ke dalam sirkulasi darah.
7 Kegagalan sekresi hormon tiroid
Pada keadaan ini terjadi kegagalan enzim proteolitik untuk memecah ikatan tiroglobulin-T4 sebelum dilepaskan ke dalam sirkulasi.
8 Kelainan reseptor hormon tiroid perifer
Kelainan ini diturunkan secara autosomal dominan. Terjadi akibat gagalnya ikatan hormon tiroid dengan reseptor di inti sel jaringan
target sehingga hormon tiroid tidak dapat berfungsi.
Universitas Sumatera Utara
3. Ibu mendapat pengobatan yodium radioaktif
Preparat yodium radioaktif yang diberikan pada ibu dengan kanker tiroid atau penyakit Frave setelah usia gestasi 10 minggu melewati plasenta,
selanjutnya ditangkap oleh tiroid janin sehingga mengakibatkan “ablasio tiroid”. Kelainan ini juga dapat mengakibatkan stenosis trakea dan
hipoparatiroid.
B. Hipotiroid primer transien
1. Ibu dengan penyakit Graves atau mengonsumsi bahan goitrogenik
Obat golongan tiurasil yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit Graves dapat melewati plasenta sehingga menghambat produksi hormon
tiroid janin. Propiltiourasil PTU 200-400 mghari yang diberikan pada ibu dapat mengakibatan hipotiroid kongenital transien yang akan
menghilang jika PTU sudah dimetabolisme dan diekskresi oleh bayi.
2. Defisiensi yodium pada ibu atau paparan yodium pada janin atau bayi baru
lahir Di daerah endemik goiter, hampir dapat dipastikan bahwa defisiensi
yodium merupakan penyebab utama terjadinya goiter dan hipotiroid. Pemakaian yodium berlebihan pada ibu hamil seperti penggunaan
antiseptik yodium pada mulut rahim saat ruptur kulit ketuban antepartum, ataupun antiseptik topikal pada neonatus dapat menyebabkan terjadinya
hipotiroid primer pada neonatus.
3. Transfer antibodi antitiroid dari ibu
Terdapat laporan tentang tiroiditis neonatal yang berkaitan dengan antibodi antitiroid ibu yang menembus sawar plasenta. Kondisi ini
membaik bersamaan dengan menghilangnya antibodi IgG pada bayi. TSH binding inhibitor immunoglobulin
dari ibu mampu menembus plasenta yang selanjutnya menyebabkan hipotiroid transien.
Universitas Sumatera Utara
4. Idiopatik
Bila hipotiroid transien tidak cocok dengan kategori yang telah disebutkan di atas, maka dapat dimasukkan dalam kelompok ini. Etiologi pasti belum
diketahui, namun beberapa kasus diduga akibat adanya kelainan pada mekanisme umpan balik aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid.
C. Hipotiroid sekunder menetap
Kelainan ini merupakan 5 dari kasus hipotiroid kongenital. Penyebabnya antara lain:
a. Kelainan kongenital perkembangan otak tengah
b. Aplasia hipofisis kongenital
c. Idiopatik
D. Hipotiroid sekunder transien
Bayi dengan kadar T4 total, T4 bebas, dan TSH normal rendah masih mungkin mengalami hipotiroid sementara. Keadaan ini sering dijumpai pada
bayi prematur karena imaturitas organ dianggap sebagai dasar kelainan ini, yaitu imaturitas aksis hipotalamus-hipofisis. Hipotiroid pada bayi prematur
sulit dibedakan dengan bentuk yang terjadi akibat penyakit nontiroid. Batubara, Tridjaja, dan Pulungan, 2010.
2.3.4. Patogenesis