Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis 1. Manifestasi Klinis

beberapa bulan pertama. Meskipun banyak tanda dan gejala hipotiroid tidak ditemukan atau tidak jelas pada bayi baru lahir, diagnosisnya harus dipertimbangkan pada setiap bayi yang memperlihatkan ikterus berkepanjangan, hipotermia ringan, pembesaran fontanela posterior lebih besar dari 1 cm, kegagalan untuk menyusu dengan baik, atau gawat napas saat pemberian makan. Tabel 2.3. Gejala dan Tanda Hipotiroid Kongenital Berdasarkan Kategori Umur Umur bln 1-3 4-6 7-24 Gejala Konstipasi 65 48 59 Masalah makan 60 61 35 Letargi 55 48 31 Respiratorik tanda dan gejala 30 13 1 Tanda Hernia umbilikalis 68 65 44 Lidah membesar dan menonjol 65 91 100 Fasialis 25 91 100 Ikterus neonatal 28 17 15 Tangisan parau 23 30 21 Sumber : Rudolph, 2007 Wajah klasik pada bayi yang lebih tua menunjukkan penumpukan miksedema pada jaringan subkutan dan lidah. Lidah yang menebal tersebut akan menonjol keluar, sehingga bayi makin lama akan sulit menyusu dan mengalami sekret saliva. Tangisannya parau akibat miksedema pada pita suara. Hipotiroid yang berkepanjangan menimbulkan hipotonia muskular yang nyata serta ketumpulan mental, hipotermi, hernia umbilikalis, potbelly, konstipasi, bradikardi, dan melemahnya tekanan nadi Rudolph, 2007.

2.3.5.2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan rutin untuk menegakkan diagnosis hipotiroid adalah serum T4 bebas, T3 total, TSH, dan T3 uptake. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar T4 bebas, TSH, T4 total, T3RU, TBG Universitas Sumatera Utara dan bila diperlukan untuk antibodi antitiroid, tiroglobulin, dan alfafetoprotein, pemeriksaan urin hanya dilakukan jika terdapat riwayat pemakaian atau paparan yodium berlebihan baik pranatal maupun pascanatal, atau tinggal di daerah endemik. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis etiologi hipotiroid kongenital transien Batubara, Tridjaja, dan Pulungan, 2010. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium: a. Kadar T4 bebas yang rendah dan meningkatnya kadar TSH mengkonfirmasi diagnosis hipotiroid primer sedangkan kadar T4 bebas rendah dengan kadar TSH yang rendah pula mengarahkan pada diagnosis hipotiroid sekunder atau tersier. b. Pada hipotiroid kompensata, awalnya kadar T4 normalrendah dan TSH meninggi, selanjutnya kadar T4 normal dan TSH meninggi. c. Pada hipotiroid transien kadar T4 mula-mula rendah dan TSH tinggi kemudian pada pemeriksaan selanjutnya kadar T4 dan TSH normal. d. Pada defisiensi TBG, mula-mula kadar T4 rendah dan TSH normal, selanjutnya kadar T4 rendah, T3RU meningkat, dan TSH normal. Untuk konfirmasi diagnosis, dapat diperiksa kadar T4 bebas atau kadar TBG yang memberikan hasil kadar T4 bebas normal dan kadar TBG rendah. e. Seperti yang telah diterangkan di atas, interpretasi hasil skrining maupun pemeriksaan lain sulit dilakukan pada bayi prematur atau yang mengalami penyakit nontiroid. Pada bayi tersebut sering dijumpai kadar T4 dan T3 rendah sedangkan kadar TSH normal. f. Pada tiroiditis, pengukuran kadar antibodi antitiroid termasuk anti- tiroglobulin antibodi dan anti-mikrosomal antibodi dapat membantu menegakkan diagnosis pada bayi dengan riwayat tiroiditis familial. Dapat dilakukan pula pengukuran TSH binding inhibitor immunoglobulin. g. Pengukuran tiroglobulin. Kadar tiroglobulin serum secara tidak langsung dapat membantu menegakkan diagnosis etiologi hipotiroid kongenital. h. Hipotiroid dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan kreatinin fosfokinase darah, serta menyebabkan hiponatremia akibat peningkatan Universitas Sumatera Utara sekresi hormon antidiuretik Batubara, Tridjaja, dan Pulungan, 2010.

2.3.5.3. Pemeriksaan radiologis