1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak
menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat di manfaatkan untuk memajukan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat.
1
Jumlah pengumpulan zakat Indonesia masih minim jika dibanding dengan potensi zakat yang bisa digali dari masyarakat. Potensi kemudian bisa digunakan
untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang tidak mampu. Sejak tahun 2006 hingga sekarang angka pengumpulan zakat cenderung
naik walaupun masih jauh dari potensi zakat nasional. Pada 2006 pengumpulan zakat secara nasional mencapai Rp300 miliar, tahun 2007 meningkat mencapai
Rp700 miliar dan pada 2008 naik menjadi 900 miliar. Grafiknya menunjukkan kenaikkan, namun tetap saja tidak sebanding dengan potensi zakat yang mencapai
Rp19 triliun per tahun.
2
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, h. 20
2
http:www.antaranews.comview?i=1235991716c=NASs, diakses pada hari Senin,02 Mei 2011.
2 Dalam satu dekade terakhir ini, penghimpunan dana zakat cenderung
meningkat dari waktu ke waktu, seperti terlihat dalam table di bawah ini. Dari data yang berhasil dihimpun oleh the Indonesia Magnificence of Zakat IMZ,
terlihat tren positif dalam penghimpunan dana zakat, terutama melalui organisasi pengelola zakat OPZ di Indonesia. Deskripsi tersebut terlihat dalam Asumsi
Potensi Penghimpunan Dana Zakat 2010.
Penulisan asumsi potensi penghimpunan dana zakat 2010 ini didasarkan pada data urutan waktu time
series dari dana zakat yang terhimpun melalui lembaga dari tahun 2001 hingga
2008.
Gambar 1.1. Penghimpunan Dana Zakat 2001-2008
Sumber: analisa IMZ dari berbagai sumber Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah
penghimpunan zakat dalam OPZ. Persentase tertinggi kenaikan penghimpunan terjadi antara kurun tahun 2004 ke 2005. Dalam rentang waktu tersebut,
penghimpunan OPZ mengalami kenaikan sebesar hampir 71,75 persen, dari total nilai penghimpunan sebelumnya sebesar 167,59 miliar rupiah menjadi 287,84
3 miliar rupiah. Sementara itu, peningkatan jumlah persentase penghimpunan
terendah terjadi antara tahun 2006 ke 2007. Dalam selisih tahun tersebut, terjadi persentase negatif total penghimpunan sebesar 7,28 persen, dari total
penghimpunan tahun 2006 sebesar 413,92 miliar rupiah menjadi 444,07 miliar rupiah.
Sulit menjelaskan
fluktuasi perubahan
persentase dari
total penghimpunan dana zakat yang dilakukan oleh OPZ. Dalam asumsi umum,
banyak yang mengaitkan total penghimpunan ini dengan kreatifitas aktifitas fundraising
maupun agenda program pemberdayaan dari OPZ yang ada. Sebagaimana pandangan umum bahwa progresifitas penghimpunan OPZ
dipengaruhi oleh strategi kegiatan fundraising yang dilakukan, seperti sosialisasi cara-cara berzakat ataupun berderma melalui OPZ. Namun demikian juga,
jumlah penghimpunan OPZ juga dipengaruhi oleh publikasi program pemberdayaan OPZ yang menarik simpati publik untuk berderma. Namun,
asumsi ini masih belum bisa diyakini mengingat belum ada satupun kajian yang membaca korelasi antara total penghimpunan dana dengan strategi program
fundraising ataupun program pemberdayaan OPZ.
3
Sejarah perkembangan pengelolaan nirlaba, khususnya lembaga-lembaga zakat terdapat hubungan erat antara kemampuan menggalang dana fundraising
dengan jumlah yang dihimpun. Aktivitas lembaga nirlaba sangat dipengaruhi
3
http:hanumisme.wordpress.com20091228potensi-zakat-2010, diakses pada hari Senin, 02 Mei 2011.
4 oleh kemampuan menghimpun dana sebagai modal untuk melakukan kegiatan
program dan biaya operasional lembaga. Maju mundurnya setiap organisasi nirlaba juga ditentukan oleh jumlah dana yang dihimpun untuk melaksanakan
setiap programnya. Kegiatan program pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga zakat sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan minat masyarakat
untuk menyampaikan dana amalnya, yang akhirnya sangat membantu dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat secara luas.
Di tengah semarak tumbuhnya lembaga zakat yang mendedikasikan dirinya untuk tidak berorientasi keuntungan, kemampuan menggali dana
masayarakat telah menjadi andalan penting. Berbagai cara untuk menghimpun dana dari masyarakat dilakukan untuk menggerakkan kegiatan organisasi dan
juga untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Berbagai kreasi strategi penghimpunana dana dilakuan untuk mencapai target capaian dana yang harus
terkumpul. Lahirlah strategi fundraising sebagai cara atau upaya untuk menarik simpati masyarakat sehingga dana dapat terkumpul dan kegiatan program
berjalan dengan baik. Fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya
dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan
operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.
4
4
Hendra Sutisna, Fundraising Database, Depok: 2006 Cet 1, Hal 11
5 Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan,
organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kesadaran dan kepedulian.
Fundraising sangat penting dalam lembaga zakat yang merupakan lembaga sosial, karena banyaknya kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi
hadir sebagai solusi atas belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat menjaga kontinuitas keberlangsungan program. Keberlangsungan program membutuhkan
sumberdaya yang berkelanjutan yang harus di capai. Serta keberlangsungan hidup semua organisasi membutuhkan dana uang untuk dapat berlanjut dan
beraktivitas. Perluasan dan pengembangan terutama dalam menghadapi tantangan dan jaringan kerja mengurangi ketergantungan membangun konstituen
tidak hanya uang, tapi fundraising juga membutuhkan pendukung dalam jangka panjang menciptakan organisasi yang giat dan berkesinambungan
5
Laporan IZDR mencatat, sejak awal tahun 1990 Lembaga Pengelola Zakat LPZ merintis dan mengembangkan pengelolaan zakat secara profesional
dan amanah. Seperti layaknya lembaga filantropi modern, mereka menggunakan strategi-strategi modern dan inovatif untuk menggalang zakat, direct mail, media
campaign, membership, special event, internet fundraising dan strategi modern lainnya dalam menggalang dana Zakat. Mereka juga melakukan beragam upaya
untuk menjaga kepercayaan donatur dengan menjalin komunikasi dan mengirim
5
http:www.slideshare.netIBSetiawanteknik-perencanaan-program-fundraising, diakses pada hari Jum’at tanggal 03-11-2010
6 laporan pertanggungjawaban secara rutin dan kontinyu. Tidak heran jika
sejumlah lembaga amil zakat nasional memiliki donatur dalam jumlah besar dan sukses menghimpun Rp 50M – Rp100M pertahun. Berbagai terobosan yang
dilakukan lembaga-lembaga sosial tersebut bisa dibilang sebagai langkah yang reformatif dalam pengelolaan dana ZIS. Lembaga pengelola Zakat berhasil
mentransformasikan pengelolaan zakat dari berbasis individual-tradisional ke berbasis kolektif-profesional, serta merubah paradigma pendayagunaannya dari
ranah amal sosial–keagamaan ke ranah pemberdayaan-pengembangan ekonomi. Ini artinya, kian besar peluang mengkoordinasikan zakat dengan program-
program pengentasan kemiskinan.
6
Oleh karena itu, bagi organisasi pengelola zakat yang tidak memiliki dana awal yang cukup, maka pengumpulan dana untuk membiayai program dan
kegiatan sebuah keharusan bagi organisasi tersebut. Pengumpulan dana untuk membiayai program dan kegiatan bagi sebuah NGO Non Government
Organization biasa di sebut dengan fundraising.
7
Rumah Zakat berbeda dengan lembaga amil zakat yang lainnya. Dengan misi untuk membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat, Rumah Zakat
kini ada pada tingkat yang lebih tinggi; yakni sebagai organisasi sosial keagamaan yang berkelas internasional. Dengan menanamkan tiga nilai
6
http:myzone.okezone.comcontentread2009122438, diakses pada hari Senin, 02 Mei 2011.
7
Setiyo Iswoyo, Seri Panduan Menggalang Dana, In Kina Fundraising, Depok: Piramedia, 2006, h. 45
7 organisasi baru; trusted, progressive, dan humanitarian, serta mengusung
positioning baru; yakni Sharing Confidence.
Makna dari brand positioning Sharing Confidence dari Rumah Zakat adalah Rumah Zakat keyakinan kuat untuk berbagi dan menciptakan masyarakat
global madani yang lebih baik, dengan menjadi organisasi terdepan di kawasan ini yang menjamin program efektif dan berkesinambungan dalam
memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Secara singkat, Rumah Zakat yakin bahwa dengan saling berbagi, akan
tercapai sebuah masyarakat yang lebih baik. Seiring dengan perubahan tersebut, identitas Rumah Zakat pun mengalami sebuah perubahan. Identitas ini
mengambil inspirasi dari perjalanan panjang Rumah Zakat sebagai organisasi kemanusiaan yang membangun kemandirian dan pelayanan masyarakat.
8
Secara keseluruhan desain menggambarkan organisasi yang berkomitmen untuk terus memberi dan berbagi kepada masyarakat. Rumah dengan pintunya
menjadi perlambangan sebuah organisasi yang terbuka dan memberi kebaikan dari dan untuk masyarakat. Bentuk rumah yang tampak seperti tanda panah
mengarah ke atas melambangkan pergerakan organisasi Rumah Zakat yang progresif dan terus membangun kemandirian masyarakat. Sementara hati
8
http:rumahzakat.orgprofilnya.php?id=201005030001cat=2, Diakses pada hari Minggu, 22 Mei 2011.
8 menandakan cinta kasih yang menjadi landasan bagi Rumah Zakat dalam
menjalankan aktivitas kemanusiaan dan pemberdayaan.
9
Salah satu program yang ada pada rumah zakat adalah program pemberdayaan ekonomi senyum mandiri yang terfokus dalam hal mendukung
terpenuhinya di bidang comunity development yakni peningkatan kehidupan yang layak. Untuk mencapai kehidupan yang layak itulah rumah zakat berupaya untuk
mencanangkan berbagai program pemberdayaan seperti: kelompok usaha kecil mandiri, empowering center, sarana usaha mandiri, water well, pelatihan skill
dan pemberdayaan potensi lokal dan budidaya agro. Dari sini kita dapat melihat betapa banyaknya program senyum mandiri Rumah Zakat, dalam hal ini untuk
mempertahankan dan mengembangkan program-program senyum mandiri Rumah Zakat memerlukan dana yang banyak agar tetap terlaksana.
Dengan sekian banyaknya program khususnya pada pemberdayaan ekonomi senyum mandiri, Rumah Zakat harus selalu aktif dan kreatif dalam
melakukan fundraising, Tanpa aktifitas fundraising kegiatan lembaga pengelola wakaf ataupun zakat akan kurang efektif. Bahkan lebih jauh dapat dikatakan
bahwa aktivitas fundraising yang tidak menghasilkan dana sama sekali adalah fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya. Karena
pada akhirnya apabila fundraising tidak menghasilkan dana maka tidak ada sumber daya, maka lembaga akan menghilangkan kemampuan untuk terus
9
http:rumahzakat.orgprofilnya.php?id=201005030001cat=2.
9 menjaga kelangsungan programnya, sehingga pada akhirnya lembaga akan
melemah. Dari kasus di atas penulis beranggapan bahwa lembaga zakat harus
memiliki strategi fundraising yang tepat khususnya pada program pemberdayaan ekonomi senyum mandiri yang merupakan solusi dalam hal membantu Rumah
Zakat dalam menjalankan programnya. Untuk itu kiranya penulis tertarik untuk
menyusun skripsi ini dengan judul ”STRATEGI FUNDRAISING PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI SENYUM MANDIRI PADA RUMAH
ZAKAT”
B. Pembatasan Masalah